Follow us on:

^LAFAZH NIAT SHOLAT^

bismillaah,

^LAFAZH NIAT SHOLAT^

Imam Ramli mengatakan:

وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ

"Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’-an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dan untuk menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat". (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437).

Siapa Imam Ramli ini? kok mengatas namakan sunnah yang bukan sunnah?

Nukilan diatas, saya dapatkan dari ahlul bid'ah yang membela mati2an kebid'ahan.
Maka pertanyaan saya adalah tetap, yakni siapa Imam Ramli ini? Manhajnya bagaimana? Adakah yang tahu biografinya? Tafadhdhol....

Imam Hafidz Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah (wafat 795 H) (1374 M) berkata :
"Kewajiban orang yang telah menerima dan mengetahui perintah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam yang shahih adalah menyampaikan kepada ummat, menasihati mereka, dan menyuruh mereka untuk mengikutinya sekalipun bertentangan dengan pendapat mayoritas ummat. Perintah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti dibandingkan dengan pendapat tokoh mana pun yang menyalahi perintahnya, yang terkadang pendapat mereka itu salah. [Muqodimah Sifat Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani]

Munculnya pendapat bahwa shalat harus melafalkan niat dengan lisan adalah dari kesalahan Abdullah bin Az-Zubairy dalam memahami ucapan Imam As-Syafi'i: "Jika seseorang berniat haji atau umrah maka sudah cukup, walaupun tidak dilafalkan. Berbeda dengan shalat, tidak sah kecuali dengan ucapan." Abdullah Az-Zubairy mengatakan bahwa Imam As-Syafi'i mewajibkan pelafalan niat dalam shalat.

Imam An-Nawawi berkata: "Para sahabat kami berkata: "Telah tersalah orang ini (Abdullah Az-Zubairy), bukanlah yang dimaksud Imam As-Syafi'i dengan "ucapan" itu niat, tetapi yang dimaksud adalah takbir."

Jadi, menisbatkan "Ushalli" kepada Imam As-Syafi'i itu tidaklah benar. Kalau memang ada ulama yang berpendapat seperti itu, maka seharusnya perkataan (sabda) dan amalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib didahulukan, ketimbang qaul ulama.

Imam Ar-Ramli Asy-Syafi'i,salah seorang Imam Ahli Sunnah di zaman nya,insya allah.Salah satu yg ana pernah dgr dr ustadz ana adalah bahwa Beliau juga sama dgn gurunya Imam Asy-Syafi'i mengharamkan kenduri arwah.Adapun nukilan yg antum katakan,maka sebaiknya di cros chek ke kitab terseut,benar apa tidak tulisan itu bersumber dari Imam Ar-Ramli rahimahullah.,wallahu a'lam.

imam ramli adalah Imam Syihabuddin Ahmad bin Hamzah ar-Ramli al-Anshari seorang sufi bapak dari Syamsuddin Muhammad ar-Ramli al-Anshari pengarang "Nihayah" lihat di :

http://wwwahamid.blogspot.com/2011/06/fatwa-al-imam-ar-ramli-istighatsah.html
________________________________

Perkataan diatas sudah dijawab oleh ustadz Muhammad abduh tuasikal dalam sesi tanya jawab dalam blognya "Mengenal ajaran islam lebih dekat" berikut jawabannya:

Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa barokatuh.

Do’a yang sangat bagus sekali akhi.

Dan terima kasih telah memberikan tanggapan yang sangat menarik. Kami cuma bisa berkomentar sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan di atas.

”Jika seseorang menunjukkan pada kami satu hadits saja dari Rasul dan para sahabat tentang perkara ini (mengucapkan niat), tentu kami akan menerimanya. Kami akan menerimanya dengan lapang dada. Karena tidak ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi dan sahabatnya. Dan tidak ada petunjuk yang patut diikuti kecuali petunjuk yang disampaikan oleh pemilik syari’at yaitu Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam.”

Kami hargai pendapat ulama yang Anda sampaikan. Namun, kami hanya mau mengikuti perkataan ulama selama itu bersesuaian dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak bersesuaian, maka cukup kami katakan:

Semua perkataan bisa ditolak selain pendapat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jika antum katakan niat kami kan baik, agar dapat membantu kekhusyu’an ketika kita mengucapkan (melafazhkan) niat. Maka cukup kami sanggah:

Jika itu memang baik, siapakah yang melaksanakan shalat yang paling bagus: Anda ataukah Nabi dan sahabatnya [?] Kok mereka tidak melafazhkan niat, sedangkan Anda iya.

Kami katakan sebagaimana perkataan Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang menunjukkan prinsip Ahlus Sunnah: “Seandainya hal tersebut baik, tentu para sahabat akan mendahului kita dalam melaksanakannya.”

Dan ingat akhi, ada suatu kaedah: La qiyasa fil ‘ibadah (tidak ada qiyas atau analogi dalam ibadah). Jadi, alasan yang antum kemukakan terakhir dengan diqiyas dengan haji dapat disanggah dengan kaedah ini.

Siapa yang menfitnah umat [?] Masa’ orang yang menyampaikan ajaran Nabi dituduh menfitnah [?]

Apakah masalah melafazhkan niat termasuk masalah sunnah yang masih diperselisihkan [?] Siapa bilang [?] Di sana, tidak ada dalil dari HADITS yang menunjukkan adanya melafazhkan niat, kok malah dikatakan khilaf [?] Coba ditinjau lagi, kalo masalah yang kami sampaikan ini akan memecah belah umat.

Kami hanya menyampaikan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar umat menjadi mudah, tidak perlu menghafal niat yang begitu banyak. Justru orang yang menganjurkan melafazhkan niat yang mempersulit umat ini, padahal agama ini adalah mudah, tidak membuat sulit.

Semoga engkau selalu mendapat taufik Allah akhi.
Inni uhibbuka fillah.

Ini adalah salah satu fatwa beliau (Imam Ar-Ramli rahimahullah) mengenai kenduri arwah atau dalam bahsa kita biasa disebut dgn Majlis Tahlilan.

قَالَ شَیْخُنَا الرَّمْلِى : وَمِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الْمَكْرُوْهِ فِعْلُھَا كَمَا فِى الرَّوْضَةِ مَا یَفْعَلُھُ النَّاسُ
مِمَّا یُسَمَّى الْكِفَارَةَ وَمِنْ صُنْعِ طَعَامِ للاِجْتَمَاعِ عَلَیْھِ قَبْلَ الْمَوْتِ اَوْبَعِ دَهُ وَمِ ن ال ذَّبْحِ عَلَ ى
الْقُبُوْرِ ، بَلْ كُلُّ ذَلِكَ حَرَامٌ اِنْ كَانَ مِ نْ مَ الٍ مَحْجُ وْرٍ وَلَ وْ مِ نَ التَّركَ ةِ ، اَوْ مِ نْ مَ الِ مَیِّ تٍ
عَلَیْھِ دَیْنٌ وَتَرَتَّبَ عَلَیْھِ ضَرَرٌ اَوْ نَحْوُ ذَلِكَ.

“Telah berkata guru kami Ar-Ramli: Antara perbuatan bid’ah yang mungkar jika dikerjakan ialah sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab “Ar-Raudah” iaitu mengerjakan amalan yang disebut “kaffarah” secara menghidangkan makanan agar dapat berkumpul di rumah si Mati sama sebelum atau sesudah kematian, termasuklah (bid’ah yang mungkar) penyembelihan untuk si Mati, malah yang demikian itu semuanya haram terutama jika sekiranya dari harta yang masih dipersengketakan walau sudah ditinggalkan oleh si Mati atau harta yang masih dalam hutang (belum dilunas) atau seumpamanya”.

Adapun (jika Melafazkan Niat) memang benar berasal dari perkataan Imam Ar-Ramli,maka kita kembalikan kepada pendapat gurunya Imam Asy-Syafi'i rahimahullah yg mengatakan :
"Apabila suatu Hadits telah (dihukum) Shahih,maka itu adlah madzhabku ' "

Kalau ttg talaffuz an-niiyah, maka hukumnya jelas Mahalluha fil Qalbi (tempat nya itu dihati, tidak perlu di lafazkan ) Mohon antum share jika tahu mengenai Biografi Imam Ar-Ramli, tentunya dari sumber-sumber yg dikenal dikalangan thalibul ilmi 'ala fahmi salafil ummah.

Imam Ar-Ramli 'Ulama Ahli Sunnah yg berjalan diats manhaj gurunya Imam as-Syafi'i rahimahullah

Imam Ar-Ramli adalah salah seorang 'Ulama Ahli Sunnah di zamannya, insya Allah.Perkataannya diambil tidak ditinggal. Adapun jika fatwa dan perkatannya menyelisihi Sunnah,maka kita tinggalkan,karena Imam itu tidak ma'shum sebagaimana Imam-Imam yang lain rahimahumullah.

“Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalan ya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)


source 

Blog Archive