Follow us on:
AL-JAMA'AH


AL-JAMA'AH menurut pengertian Asyari'ah (bukan Asy'ariyah_pen) ialah :
»̶>❥orang-orang yang telah sepakat berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana TERTERA dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits
»̶>❥dan MEREKA ITU IALAH para shahabat, tabi'in (yakni orang-orang yang belajar dari shahabat DALAM PEMAHAMAN dan PENGAMBILAN ISLAM)
»̶>»̶>❥❥WALAUPUN jumlah mereka sedikit,

Sebagaimana pernyataan Ibnu Mas'ud radhiallahu anhu :

"AL-JAMA'AH itu ialah apa saja yang MENCOCOKI KEBENARAN, WALAUPUN engkau sendirian (dalam mencocoki kebenaran itu). Maka kamu seorang adalah Al-Jama'ah."

Betapa bagusnya apa yang dikatakan Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma'il yang terkenal dengan Abu Syamah [Abu Syamah wafat pada tahun 655 h. Lihat biografinya dalam Tadzkirah Al-Huffadz IV/1460] dalam kitabnya tentang hal-hal baru dan bentuk-bentuk bid'ah [Yaitu dalam kitabnya Al-Baits 'ala Inkar Al-Bida' wal Hawadits 19-20, dan Ibnu Abil 'Izz Al-Hanafi menukil darinya dalam Syarah Ath-Thahawiyah 362], terdapat perintah memegang teguh JAMA'AH.

Maka
yang dimaksud dengannya adalah, memegang teguh kebenaran dan mengikutinya, meskipun orang yang berpegang teguh kepadanya sedikit, sedangkan orang yang melanggarnya banyak.

Sebab
kebenaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh JAMA'AH pertama pada masa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan shahabatnya, dan tidak diukur oleh banyaknya orang yang mengikuti bid'ah mereka.



'Amr bin Maimun Al-Audi berkata, "Saya telah menyertai Mu'adz di Yaman, dan saya tidak berpisah dengannya hingga saya menguburkannya di Syam. Kemudian setelah itu, saya selalu menyertai orang terpandai dalam ilmu fiqh, Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, maka saya mendengar dia berkata,
"'Hendaklah kalian memegang teguh JAMA'AH. Sebab tangan Allah di atas JAMA'AH.' Pada suatu hari saya mendengar dia berkata, 'Akan memimpin kalian para pemimpin yang mengakhirkan shalat dari waktunya, maka shalatlah kalian tepat pada waktunya, sebab demikian itu adalah yang wajib, dan shalatlah kalian bersama mereka karena shalat itu bagi kalian adalah tambahan (sunnah).' Saya berkata, 'Wahai shahabat Muhammad! Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan kepada kami?' Ia berkata, "Apakah itu?' Saya berkata, 'Engkau memerintahkan aku berjama'ah dan menghimbauku kepadanya kemudian kamu berkata, 'Shalatlah kamu sendirian, dan demikian itu adalah yang wajib, dan shalatlah kalian bersama jama'ah, dan dia sunnah?' Ia berkata, 'Wahai 'Amr bin Maimun. Saya mengira kamu orang yang terpandai tentang fiqh dari penduduk negeri ini.

KAMU MENGERTI, APA JAMA'AH ITU?'

Saya berkata, 'Tidak.'

Ia berkata,
'SESUNGGUHNYA MAYORITAS masyarakat adalah orang-orang yang berpaling dari JAMA'AH. JAMA'AH ADALAH SESUATU YANG SESUAI KEBENARAN, MESKIPUN KAMU HANYA SENDIRIAN '."

[Diriwayatkan oleh Al-Lalikai dalam As-Sunnah nomor 160, dan lihat buku saya Ad-Da'wah Ilallah 89-95 pasal Al-Jama'ah Musthalah wa Bayan.]



Dalam riwayat lain disebutkan, "Maka dia memukul pahaku dan berkata, 'Celakalah kamu! Sesungguhnya mayoritas manusia berpaling dari JAMA'AH. Sesungguhnya JAMA'AH adalah APA YANG SESUAI dengan KETA'ATAN kepada Allah 'Azza wa Jalla'."

Nu'aim bin Hammad berkata, "Yakni, jika JAMA'AH telah rusak, maka kamu harus memegang teguh apa yang telah dilakukan JAMA'AH ketika sebelum rusak, MESKIPUN kamu SENDIRIAN, maka sesungguhnya ketika itu kamu adalah JAMA'AH."
__


Dinukil dr.
Antara Banyak Dan Sedikit


http://almanhaj.or.id/content/1831/slash/0

BAU BUSUK SYI'AH AKHIRNYA TERCIUM JUGA


Oleh: Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja, Lc

Pepatah kita mengatakan : ” Sepandai-pandainya menutup barang busuk akhirnya tercium juga “. Seorang penyair Arab berkata :

ومَهما تكُنْ عندَ امرىء ٍ من خليقةٍ وإنْ خالَها تَخفَى على النّاسِ تُعلَمِ

” Bagaimanapun perangai buruk seseorang meskipun ia menyangka perangainya tersebut tidak nampak oleh manusia maka akan terbongkar juga ” (Diwan Zuhair bin Abi Salma hal 6)

”Aku bersumpah demi Allah Aisyah sekarang di neraka !!! “, ” Aisyah wanita pezina…!!!”, ” Saat ini Aisyah diadzab di neraka, dimasukkan ke dalam tannur dalam tergantung dengan kaki yang terikat…!!! “, ” Sekarang Aisyah di neraka sedang makan daging bangkai…!!!”, ” Semoga Allah melaknat Aisyah dan ayahnya…!!! “

Demikianlah kata-kata kotor yang keluar dari mulut seorang syaikh Syiah yang bernama Yasir Al-Habiib dalam acara perayaan kematian Aisyah bulan Ramadan yang lalu (tahun 1431 H atau 2010 M). Bahkan ia berkata,

” Maka hari ini kita bersyukur kepada Allah, karena dengan matinya Aisyah telah memindahkan Aisyah dari bumi ke dalam adzab di neraka…!!!.

Semua vonis-vonis kotor tersebut dilontarkannya dalam satu pengajian yang berdurasi sekitar setengah jam. Bahkan di akhir pengajian ia mengajak para hadirin tatkala pulang ke rumah masing-masing untuk sholat dua rakaat sebagai tanda syukur kepada Allah atas wafatnya Aisyah dan menjadikan sholat dua rakaat tersebut sebagai wasilah untuk berdoa kepada Allah maka niscaya hajat mereka akan dikabulkan oleh Allah. (lihat video ceramah ini di (http://www.youtube.com/watch?v=KY7ax6k3q6w&feature=player_embedded)

Bagaimanapun syi’ah berusaha untuk ber-taqiyyah dan menyembunyikan aqidah busuk mereka akhirnya ada diantara mereka yang terang-terangan untuk mengungkap kebencian mereka yang terpendam kepada para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan kepada istri Nabi Ummul Mukminin Aisyah binti Abi Bakr –radhiallahu ‘anhuma-.

Setelah sekian lama banyak kaum muslimin yang terpedaya dengan tipuan orang-orang Syia’h maka semoga dengan kejadian ini bisa membuka mata mereka dan sadar bahwasanya selama ini mereka hanyalah terpedaya oleh tipuan dan taqiyyahnya orang-orang Syi’ah.

Bagi orang yang biasa menelaah buku-buku pegangan karangan para ulama Syi’ah maka cacian dan makian seperti di atas merupakan hal yang biasa dalam buku-buku mereka. Akan tetapi sebagian kaum muslimin masih berbaik sangka terhadap mereka dengan berdalih,

PENYIMPANGAN LDII

Kesesatan LDII

A. Bukti-bukti Kesesatan LDII

Bukti-bukti kesesatan LDII, Fatwa-fatwa tentang sesatnya, dan pelarangan Islam Jama’ah dan apapun namanya yang bersifat/ berajaran serupa

1. LDII sesat. MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan bahwa aliran sesat seperti LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan Ahmadiyah agar ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat. Bunyi teks rekomendasi itu sebagai berikut: “Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah. MUI mendesak Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap munculnya berbagai ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam, dan membubarkannya, karena sangat meresahkan masyarakat, seperti Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sebagainya. MUI supaya melakukan kajian secara kritis terhadap faham Islam Liberal dan sejenisnya, yang berdampak terhadap pendangkalan aqidah, dan segera menetapkan fatwa tentang keberadaan faham tersebut. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.” (Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005, halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah).

2. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII. Dalam Makalah LDII dinyatakan: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman, calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,” (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8).

3. Surat 21 orang keluarga R. Didi Garnadi dari Cimahi Bandung menyatakan sadar, insyaf, taubat dan mencabut Bai’at mereka terhadap LDII, Oktober 1999. Dalam surat itu dinyatakan di antara kejanggalan LDII hingga mereka bertaubat dan keluar dari LDII, karena: Dilarang menikah dengan orang luar Kerajaan Mafia Islam jama’ah, LEMKARI, LDII karena dihukumi Najis dan dalam kefahaman Kerajaan Mafia Islam Jama’ah, LEMKARI, LDII bahwa mereka itu BINATANG. (Lihat surat 21 orang dari Cimahi Bandung yang mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi Bandung, Oktober 1999, dimuat di buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280).

4. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok, turuk bosok (vagina busuk). Ungkapan Imam LDII dalam teks yang berjudul Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI (Cinta Alam Indonesia, semacam jamboree nasional tapi khusus untuk muda mudi LDII) di Wonosalam Jombang tahun 2000. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman): “Dengan banyaknya bermunculan jamaah-jamaah sekarang ini, semakin memperkuat kedudukan jamaah kita (maksudnya, LDII, pen.). Karena betul-betul yang pertama ya jamaah kita. Maka dari itu jangan sampai kefahamannya berubah, sana dianggap baik, sana dianggap benar, akhirnya terpengaruh ikut sana. Kefahaman dan keyakinan kita supaya dipolkan.

Bahwa yang betul-betul wajib masuk sorga ya kita ini. Lainnya turuk bosok kabeh.” (CAI 2000, Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI Wonosalam. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman).

5. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga dalam kenyataan, biasanya orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya, hingga mereka membuat masjid-masjid untuk golongan LDII.

Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama ‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma baru, lain dengan yang lama, itu dusta alias bohong.

6. Penipuan Triliunan Rupiah: Kasus tahun 2002/2003 ramai di Jawa Timur tentang banyaknya korban apa yang disebut investasi yang dikelola dan dikampanyekan oleh para tokoh LDII dengan iming-iming bunga 5% perbulan. Ternyata investasi itu ada tanda-tanda duit yang telah disetor sangat sulit diambil, apalagi bunga yang dijanjikan. Padahal dalam perjanjian, duit yang disetor bisa diambil kapan saja. Jumlah duit yang disetor para korban mencapai hampir 11 triliun rupiah. Di antara korban itu ada yang menyetornya ke isteri amir LDII Abdu Dhahir yakni Umi Salamah sebesar Rp 169 juta dan Rp 70 juta dari penduduk Kertosono Jawa Timur. Dan korban dari Kertosono pula ada yang menyetor ke cucu Nurhasan Ubaidah bernama M Ontorejo alias Oong sebesar Rp22 miliar, Rp 959 juta, dan Rp800 juta. Korban bukan hanya sekitar Jawa Timur, namun ada yang dari Pontianak Rp2 miliar, Jakarta Rp2,5 miliar, dan Bengkulu Rp1 miliar. Paling banyak dari penduduk Kediri Jawa Timur ada kelompok yang sampai jadi korban sebesar Rp900 miliar. (Sumber Radar Minggu, Jombang, dari 21 Februari sampai Agustus 2003, dan akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah karya H.M.C. Shodiq, LPPI Jakarta, 2004. ).

7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat: Bahwa ajaran Islam Jama’ah, Darul Hadits (atau apapun nama yang dipakainya) adalah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan penyiarannya itu adalah memancing-mancing timbulnya keresahan yang akan mengganggu kestabilan negara. (Jakarta, 06 Rabiul Awwal 1415H/ 13 Agustus 1994M, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, Ketua Umum: K.H. Hasan Basri, Sekretaris Umum: H.S. Prodjokusumo.

8. Fatwa Majelis Ulama DKI Jakarta: Bahwa ajaran Islam Jama’ah, Darul Hadits (atau apapun nama yang dipakainya) adalah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan penyiarannya itu adalah memancing-mancing timbulnya keresahan yang akan mengganggu kestabilan negara. (Jakarta, 20 Agustus 1979, Dewan Pimpinan Majelis Ulama DKI Jakarta, K.H. Abdullah Syafi’ie ketua umum, H. Gazali Syahlan sekretaris umum.

9. Pelarangan Islam Jama’ah dengan nama apapun dari Jaksa Agung tahun 1971: Surat Keputusan Jaksa Agung RI No: Kep-089/D.A./10/1971 tentang: Pelarangan terhadap Aliran- Aliran Darul Hadits, Djama’ah jang bersifat/ beradjaran serupa. Menetapkan: Pertama: Melarang aliran Darul Hadits, Djama’ah Qur’an Hadits, Islam Djama’ah, Jajasan Pendidikan Islam Djama’ah (JPID), Jajasan Pondok Peantren Nasional (JAPPENAS), dan aliran-aliran lainnya yang mempunyai sifat dan mempunjai adjaran jang serupa itu di seluruh wilajah Indonesia. Kedua: Melarang semua adjaran aliran-aliran tersebut pada bab pertama dalam keputusan ini jang bertentangan dengan/ menodai adjaran-adjaran Agama. Ketiga: Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan: Djakarta pada tanggal: 29 Oktober 1971, Djaksa Agung R.I. tjap. Ttd (Soegih Arto).

10. Kesesatan, penyimpangan, dan tipuan LDII diuraikan dalam buku-buku LPPI tentang Bahaya Islam Jama’ah, Lemkari, LDII (1999); Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah (2004).

11. LDII aliran sempalan yang bisa membahayakan aqidah umat, ditegaskan dalam teks pidato Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama Ir. Soetomo, SA, Mayor Jenderal TNI bahwa “Beberapa contoh aliran sempalan Islam yang bisa membahayakan aqidah Islamiyah, yang telah dilarang seperti: Lemkari, LDII, Darul Hadis, Islam Jama’ah.” (Jakarta 12 Februari 2000, Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama, Ir. Soetomo, SA, Mayor Jendral TNI).

12. LDII dinyatakan sesat oleh MUI karena penjelmaan dari Islam Jamaah. Ketua Komisi fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) KH Ma’ruf Amin menyatakan, Fatwa MUI: LDII sesat. Dalam wawancara dengan Majalah Sabili, KH Ma’ruf Amin menegaskan: Kita sudah mengeluarkan fatwa terbaru pada acara Munas MUI (Juli 2005) yang menyebutkan secara jelas bahwa LDII sesat. Maksudnya, LDII dianggap sebagai penjelamaan dari Islam Jamaah. Itu jelas!” (Sabili, No 21 Th XIII, 4 Mei 2006/ 6 Rabi’ul Akhir 1427, halaman 31).

B. SISTEM MANQUL

LDII memiliki sistem manqul. Sistem manqul menurut Nurhasan Ubaidah Lubis adalah :”Waktu belajar harus tahu gerak lisan/badan guru; telinga langsung mendengar, dapat menirukan amalannya dengan tepat. Terhalang dinding atau lewat buku tidak sah. Sedang murid tidak dibenarkan mengajarkan apa saja yang tidak manqul sekalipun ia menguasai ilmu tersebut, kecuali murid tersebut telah mendapat Ijazah dari guru maka ia dibolehkan mengajarkan seluruh isi buku yang telah diijazahkan kepadanya itu”. (Drs. Imran AM. Selintas Mengenai Islam Jama’ah dan Ajarannya, Dwi Dinar, Bangil, 1993, hal.24).

Kemudian di Indonesia ini satu-satunya ulama yang ilmu agamanya manqul hanyalah Nurhasan Ubaidah Lubis.

Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. yang memerintahkan agar siapa saja yang mendengarkan ucapannya hendaklah memelihara apa yang didengarnya itu, kemudian disampaikan kepada orang lain, dan Nabi tidak pernah mem berikan Ijazah kepada para sahabat. Dalam sebuah hadits beliau bersabda:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا، ثُمَّ أَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا .

Artinya:”Semoga Allah mengelokkan orang yang mendengar ucapan lalu menyampaikannya (kepada orang lain) sebagaimana apa yang ia dengar”. (Syafi’i dan Baihaqi)
Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kepada orang yang mau mempelajari hadits-haditsnya lalu menyampaikan kepada orang lain seperti yang ia dengar. Adapun cara bagaiman atau alat apa dalam mempelajari dan menyampaikan hadits-haditsnya itu tidak ditentukan. Jadi bisa disampaikan dengan lisan, dengan tulisan, dengan radio, tv dan lain-lainnya. Maka ajaran manqulnya Nurhasan Ubaidah Lubis terlihat mengada-ada. Tujuannya membuat pengikutnya fanatik, tidak dipengaruhi oleh pikiran orang lain, sehingga sangat tergantung dan terikat denga apa yang digariskan Amirnya (Nurhasan Ubaidah). Padahal Allah SWT menghargai hamba-hambanya yang mau mendengarkan ucapan, lalu menseleksinya mana yang lebih baik untuk diikutinya. Firman-Nya:

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ(17)

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ(18)

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS Az-Zumar : 17-18).

Dalam ayat tersebut tidak ada sama sekali keterangan harus manqul dalam mempelajari agama. Bahkan kita diberi kebebasan untuk mendengarkan perkataan, hanya saja hrus mengikuti yang paling baik. Itulah ciri-ciri orang yang mempunyai akal. Dan bukan harus mengikuti manqul dari Nur Hasan Ubaidah yang kini digantikan oleh anaknya, Abdul Aziz, setelah matinya kakaknya yakni Abdu Dhahir. Maka orang yang menetapkan harus/ wajib manqul dari Nur Hasan atau amir itulah ciri-ciri orang yang tidak punya akal. (Lihat Buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI, Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 258- 260).

Intinya, berbagai kesesatan LDII telah nyata di antaranya:
1. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII.

2. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok, turuk bosok (vagina busuk).

3. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya.

Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama ‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma baru, lain dengan yang lama, itu dusta alias bohong.

C. Diskrispi tentang LDII :

LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia)
Pendiri dan pemimpin tertinggi pertamanya adalah Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad. Lahir di Desa Bangi, Kec. Purwoasri,. Kediri Jawa Timur, Indonesia, tahun 1915 M (Tahun 1908 menurut versi Mundzir Thahir, keponakannya).

Faham yang dianut oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama’ah/Darul Hadits yang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971). Keberadaan LDII mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits/Islam Jama’ah yang didirikan pada tahun 1951 oleh Nurhasan Al Ubaidah Lubis (Madigol). Setelah aliran tersebut dilarang tahun 1971, kemudian berganti nama dengan Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun 1972 (tanggal 13 Januari 1972, tanggal ini dalam Anggaran Dasar LDII sebagai tanggal berdirinya LDII. Maka perlu dipertanyakan bila mereka bilang bahwa mereka tidak ada kaitannya dengan LEMKARI atau nama sebelumnya Islam Jama’ah dan sebelumnya lagi Darul Hadits.). Pengikut tersebut pada pemilu 1971 mendukung GOLKAR.

Nurhasan Ubaidah Lubis Amir (Madigol) bertemu dan mendapat konsep asal doktrin imamah dan jama’ah (yaitu : Bai’at, Amir, Jama’ah, Taat) dari seorang Jama’atul Muslimin Hizbullah, yaitu Wali al-Fatah, yang dibai’at

pada tahun 1953 di Jakarta oleh para jama’ah termasuk sang Madigol sendiri. Pada waktu itu Wali al-Fatah adalah Kepala Biro Politik Kementrian Dalam Negeri RI (jaman Bung Karno). Aliran sesat yang telah dilarang Jaksa Agung 1971 ini kemudian dibina oleh mendiang Soedjono Hoermardani dan Jenderal Ali Moertopo. LEMKARI dibekukan di seluruh Jawa Timur oleh pihak penguasa di Jawa Timur atas desakan keras MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim di bawah pimpinan KH. Misbach. LEMKARI diganti nama atas anjuran Jenderal Rudini (Mendagri) dalam Mubes ke-4 Lemkari di Wisma Haji Pondok Gede, Jakarta, 21 November 1990 menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia). (Lihat Jawa Pos, 22 November 1990, Berita Buana, 22 November 1990, Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 265, 266, 267).

Semua itu digerakkan dengan disiplin dan mobilitas komando “Sistem
Struktur Kerajaan 354″ menjadi kekuatan manqul, berupa: “Bai’at, Jama’ah, Ta’at” yang selalu ditutup rapat-rapat dengan system:
“Taqiyyah, Fathonah, Bithonah, Budi luhur Luhuring Budi karena
Allah.” (lihat situs: alislam.or.id).

Penyelewengan utamanya: Menganggap Al-Qur’an dan As-Sunnah baru sah diamalkan kalau manqul (yang keluar dari mulut imam atau amirnya), maka anggapan itu sesat. Sebab membuat syarat baru tentang sahnya keislaman orang. Akibatnya, orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan najis (Lihat surat 21 orang dari Bandung yang mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi Bandung, Oktober 1999, Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280).

Itulah kelompok LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang dulunya bernama Lemkari, Islam Jama’ah, Darul Hadits pimpinan Nur Hasan Ubaidah Madigol Lubis (Luar Biasa) Sakeh (Sawahe Akeh/ sawahnya banyak) dari Kediri Jawa Timur yang kini digantikan anaknya, Abdu Dhohir. Penampilan orang sesat model ini: kaku –kasar tidak lemah lembut, ada yang bedigasan, ngotot karena mewarisi sifat kaum khawarij, kadang nyolongan (suka mencuri) karena ada doktrin bahwa mencuri barang selain kelompok mereka itu boleh, dan bohong pun biasa; karena ayat saja oleh amirnya diplintir-plintir untuk kepentingan dirinya. (Lihat buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001).

Modus operandinya: Mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka sacara rutin, agar Islamnya benar (menurut mereka). Kalau sudah masuk maka diberi ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Hanya jama’ah mereka lah yang benar. Kalau menyelisihi maka masuk neraka, tidak taat amir pun masuk neraka dan sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran semacam itu harus ditebus dengan duit. Daripada masuk neraka maka para korban lebih baik menebusnya dengan duit.

Dalam hal duit, bekas murid Nurhasan Ubaidah menceritakan bahwa dulu Nurhasan Ubaidah menarik duit dari jama’ahnya, katanya untuk saham pendirian pabrik tenun. Para jama’ahnya dari Madura sampai Jawa Timur banyak yang menjual sawah, kebun, hewan ternak, perhiasan dan sebagainya untuk disetorkan kepada Nurhasan sebagai saham. Namun ditunggu-tunggu ternyata pabrik tenunnya tidak ada, sedang duit yang telah mereka setorkan pun amblas. Kalau sampai ada yang menanyakannya maka dituduh “tidak taat amir”, resikonya diancam masuk neraka, maka untuk membebaskannya harus membayar pakai duit lagi.

Kasus tahun 2002/2003 ramai di Jawa Timur tentang banyaknya korban apa yang disebut investasi yang dikelola dan dikampanyekan oleh para tokoh LDII dengan iming-iming bunga 5% perbulan. Ternyata investasi itu ada tanda-tanda duit yang telah disetor sangat sulit diambil, apalagi bunga yang dijanjikan. Padahal dalam perjanjian, duit yang disetor bisa diambil kapan saja. Jumlah duit yang disetor para korban mencapai hampir 11 triliun rupiah. (Sumber Radar Minggu, Jombang, dari 21 Februari sampai Agustus 2003, dan akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah karya H.M.C. Shodiq, LPPI Jakarta, 2004. )

semoga bermanfaat


source


Baiat Bid'ah Berbagai Kelompok

Mereka memakai dalil berbaiat riwayat dari berbagai ahli hadits yg tdk pernah berbaiat.

Mereka tdk memahami makna hadits tentang berbaiat.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Artinya : Barang siapa yang mati dan tidak ada diatas pundaknya bai’at maka mati dalam keadaan jahiliyyah”.

Ketika Imam Ahmad ditanya tentang bai’at ini dia berkata: ” Bai’at ini adalah bai’at untuk Imam”.

Bai’at ini memiliki hukum-hukum khusus sebagaimana yang diatur oleh syariat. Dalam hadis panjang yang bersumber dari Abdullah ibn Amr ibn ‘Ash sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang intinya Rasulullah bersabda.
“Artinya : Barang siapa yang membai’at imamnya dan mengulurkan tangan menjabatnya dengan sepenuh hati maka hendaklah mematuhinya sedaya mampu, jika ada imam lain yang muncul ingin merebut imamah darinya maka hendaklah kalian penggal leher orang tersebut. Dalam riwayat lain ; maka penggallah leher orang yang terakhir”.

Kami tidak mengetahui makna bai’at kecuali ini (yakni hanya untuk imam tertinggi,-pent) begitulah ditafsirkan bai’at pada hadis pertama tadi dengan hadis kedua. Jika kita tanyakan kepada kelompok-kelompok hizbiyyah yang menggunakan bai’at-bai’at versi mereka : “Apakah kalian akan menerapkan hadis kedua– yakni memenggal kepala imam-imam lain yang dibai’at jamaahnya– diluar kelompok kalian? mereka akan mengatakan tidak”.

Lantas kita katakan :” Kalau begitu bagaimana kalian membeda-bedakan hadis ini? Inilah yang disebut dalam istilah usul fikih dengan “at-tahakkum” yatiu perkataan sekehendak hati. Agama kita tidak dibangun diatas rasio.

[Seri Soal Jawab DaurAh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002. Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani]

by Al -Akhi Eka Nugraha -hafizhahullah-

Rapuhnya Kitab Syi'ah

Kitab-Kitab Syiah Itu Seperti Kitab-Kitab Injil, Tak Beda Jauh. Saling Berbenturan Satu Sama Lain Dan Saling Tumpang Tindih . Dalam Literatur Kitab Tafsir Syiah Yang Di Jadikan Referensi Oleh Mereka Ada Sebuah Riwayat Sangat Yang Luar Biasa, Adalah Sebuah Pengakuan Bahwa Para Sahabat-Sahabat Nabi Itu Mulya, Melebihi Dari Para Imam Mereka,Dan Mereka Bukanlah Orang-Orang Munafik Sebagaimana yang Telah Di propagandakan Oleh Kaum Keledai Syiah. Dan Anehnya Para Kaum Dungu Syiah Pengekor Ajaran Bin Saba' Ini Tidak Pernah Mengindahkan Riwayat Ini, Padahal Itu Sangat Jelas Terpampang Dengan Terang Benderang Di Dalam Kitab Tafsir Handal Mereka. Tak Jauh Beda Dengan Karakter Orang Kafir Kristen Dan Yahudi Yang Tidak Mengindahkan Ajaran Yesus Yang Mengakui Atas Keutamaan Muhammad dan para Sahabatnya Yang Tertuang Di Dalam Kitab-Kitab Injil Dan Kitab Taurat Milik Orang Yahudi.

Memang Begitulah Karakter Kaum Pengkhinat Para Pecundang Agama Syiah, Secara Turun Temurun Mereka Mewarisi Karakter Dari Para Pendahulunya Yaitu Agama Yahudi Dan Kristen.

Dan Inilah Saya Kutipkan Keterangan Yang Ada Di Dalam Kitab Tafsir Syiah..!! Semuga Ini Menambah Sebuah Keimanan Bagi Kita Kaum Muslimin Semua.

أورد أبو النصر محمد بن مسعود المعروف بالعياشي في تفسيره لقوله تعالى { إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين } رواية تنفي النفاق صراحة عن صحابة النبي صلى الله عليه وسلم، رواها عن محمد الباقر ( وهو خامس الأئمة الاثني عشر المعصومين ) عند القوم : (( فعن سلام قال: كنت عند أبي جعفر عليه السلام فدخل عليه حمران بن أعين فسأله عن أشياء - إلى أن قال محمد الباقر - أما إن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم قالوا: يا رسول الله تخاف علينا النفاق، قال:فقال لهم: ولم تخافون ذلك؟ قالوا إنا إذا كنا عندك فذكرتنا روعنا ووجلنا نسينا الدنيا وزهدنا فيها حتى كأنا نعاين الآخرة والجنة والنار ونحن عندك، فإذا خرجنا من عندك ودخلنا هذه البيوت وشممنا الأولاد ورأينا العيال والأهل والأولاد والمال يكاد أن نحوّل عن الحال التي كنا عليها عندك وحتى كأنا لم نكن علـى شـيء أفتخـاف علينـا أن يكون هذا النفاق؟ فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: كلا ! هذا من خطوات الشيطان ليرغبنكم في الدنيا، والله لو أنكم تدومون على الحال التي تكونون عليها وأنتم عندي في الحال التي وصفتم أنفسكم بها لصافحتكم الملائكة ومشيتم على الماء ولولا أنكم تذنبون فتستغفرون الله لخلق خلقاً لكي يذنبوا - وهذا خير دليل على أن الخطأ أو الذنب الذي يقع فيه الصحابي لا يعتبر قدح به - ثم يستغفروا فيغفر لهم إن المؤمن مفتن توّاب أما تسمع لقوله { إن الله يحب التوابين } وقال {استغفروا ربكم ثم توبوا إليه } )) تفسير العياشي سورة البقرة آية (222) المجلد الأول ص (128). مؤسسة الأعلمي للمطبوعات ـ بيروت، تصحيح: السيد هاشم الهولي المحلاني ط. 1411هـ ـ 1991م.

Abu An-nashr Muhammad Bin Mas'ud Yang Di Kenal Dengan Al-'Ayashi Mengutip Di Dalam Kitab Tafsirnya Sebuah Firman Allah Yang Berbunyi إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين Sesungguhnya Allah Menyukai Orang-Orang Yang Bertaubat Dan Bersuci , Ini Adalah Sebuah Riwayat Yang Membantah Dengan Jelas Atas Sebuah Angapan Bahwa Para Sahabat Rasulillah Munafik. Muhammad Al-Baqir Imam Kelima Dari 12 Imam Yang Di Anggap Maksum Oleh Kaum Syiah Meriwayatkan : Dari Salam Katanya, Saya Berada Di Dekat Abi Jakfar Alaihissalam Kemudian Masuk Salah Seorang Bernama Hamran Bin A'yan Dan Ia Bertanya Tentang Sesuatu , Sampai Pada Akhirnya Muhammad Al-baqir Berkata : " Adapaun Para Sahabat Rasulillah SAW Pernah Bertanya Kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah Kami Takut Kepada Kemunafikan , Maka Rasulullah Saw Bersabda : Mengapa Kalian Takut Akan Kemunafikan ?? Maka Mereka Berkata, Wahai Rasulullah Jika Kami Berada Di Dekat Engkau Maka Kami Menjadi Ingat Dan Khusu' Sehingga Kami Lupa Akan Dunia Dan Kami Menjadi Zuhud Sehingga Seakan-Akan Akhirat Nampak Di Depan Kami , Surga Dan Neraka Seakan-Akan Nampak Begitu Nyata, Akan Tetapi Bila Kami Keluar Dari Engkau Dan Masuk Kerumah Kami Menciumi Anak-Anak kami Dan Melihat Semua Keluarga, Isteri, Anak-Anak Dan Harta Maka Perasaan Yang Begitu Hebat Yang Kami Rasakan Saat Bersama Engkau Sirna Seakan Tidak Kami Rasakan. Kami Takut Bahwa Ini Adalah Sebuah Kemunafikan,..?? Maka Rasulullah Bersabda : Bukan, (Ini Bukan Kemunafikan) Melainkan Ini Adalah Tipu Daya Dari Langkah-Langkah Syaitan Agar Supaya Memperdayakan Kalian Untuk Lebih Mencintai Dunia, Demi Allah Jika Seandainya Kalian Tetap Keada'an nya (Seperti Saat Kalian Berada Di Dekatku) Maka Para Malaikat Akan Bersalaman Dengan Kalian Dan Kalian Akan Mampu Berjalan Di Atas Air, Seandainya Kalian Tidak Pernah Melakukan Dosa Dan Meminta Ampun Kepada Allah Maka Allah Akan Menciptakan Suatu Makhluk Agar Ia Melakukan Berbuat Dosa Agar Kemudian Ia Beristigfar Kepada Allah SWT.

Ini Adalah Sebaik-Baiknya Dalil Bahwa Kekeliruan Yang Di Lakukan Oleh Para Sahabat Tidak Di Anggapnya Sebuah Kenista'an Yang Menjatuhkan Martabatnya, Kemudian Mereka Beristigfar Kepada Allah Maka Allah Menerima Istigfar Mereka, Sesungguhnya Seorang Mukmin Itu Akan Di Uji Untuk Bertaubat Tidakkah Engkau Mendengar Firman Allah : إن الله يحب التوابين Sesungguhnya Allah Menyukai Orang-Orang Yang Bertaubat. Dan Firman Allah Lagi {استغفروا ربكم ثم توبوا إليه : Beristigfarlah Kalian Kepada Allah Kemudian Bertaubatlah Kepada Allah , Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat.
(Tafsir Al-'Ayashi Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 222 Jilid 1 Hal 128. Yayasan Al-'Alami Cetakan Beirut, Pentashih : Sayyid Hasyim Al-Hauly Al-Mahallany 1411 H. 1991 M. )


ويقول الإمام الحسن العسكري ، وهو الإمام الحادي عشر عند القوم ـ في تفسيره مبيناً منزلة الصحابة الكرام عندما سأل موسى عليه السلام الله بضع أسئلة - منها قوله : ((..هل في صحابة الأنبياء أكرم عندك من صحابتي قال الله عز وجل: يا موسى أما علمت أن فضل صحابة محمد على جميع صحابة المرسلين كفضل آل محمد على جميع آل النبييين وكفضل محمد على جميع المرسلين )) تفسير الحسن العسكري ص (11) عند تفسير سورة البقرة. طبع حجري. 1315هـ


Berkata Imam Hasan Al-Askari, Ia Adalah Imam Ke Sebelas Menurut Kaum Syiah, Dalam Kitab Tafsirnya Yang Menjelaskan Tentang Kemulya'an Kedudukan Para Sahabat Termulya Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Di Sebutkan : Ketika Nabi Musa Alaihissalam Bertanya Kepada Allah Dengan Beberapa Pertanya'an . Di Antaranya Adalah : " Wahai Allah Apakah Sahabat Para Nabi Itu Lebih Mulya Menurut Engkau Di Bandingkan Dengan Para Shabat-Sahabat Ku?? Allah Azza Wa Jalla Berfirman. Wahai Musa Ketahuilah...!! Para Sahabat-Sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam Di Atas Para Sahabat Nabi Yang Lain Adalah Seumpama Keutama'an Para Keluarga Muhammad Di Atas Keutamaan Keluarga Nabi Yang Lain. Dan Seumpama Keutama'an Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam Di Atas Keutma'an Para Rasul-Rasul Yang Lain.

Tafsir Hasan Al-Askari Hal 11 Dalam Menafsirkan Surah Al-Baqarah. Cetakan Hujri 1315 H

NAMUN KAUM SESAT TETAPLAH KAUM SESAT, MEREKA JAUH DARI KEBENARAN, KEBENARAN APAPUN YANG DI TAMPAKKAN DI DEPAN BIJI MATA MEREKA , MEREKA TAK MAMPU MELIHAT KEBENARAN. MEREKA MENOLAK KEBANARAN ITU DAN MUNGKIR ATAS KEBENARAN, SEUMPAMA ORANG BUTA DI SURUH MELIHAT MATAHARI DI SIANG BOLONG....!!! BEGITULAH PERUMPAMA'AN KAUM DUNGU DAN TAKABBUR SYIAH ROFIDHOH..!!!
source

Pendustaan Syiah di Dalam Sejarah Islam

Seluruh Ulama ilmu jarh wa ta’dil (penilaian keadilan perawi hadith) telah bersepakat bahwa fenomena pembohongan di kalangan syiah adalah lebih menonjol dan kentara dibanding dengan kelompok-kelompok yang lain. Kitab-kitab ilmu jarh wa ta’dil yang masyhur seperti kitab-kitab Imam Bukhari, Ibnu ‘Adi, Ibnu Mu’ien, Ad-Daruquthni dan lain-lain menuliskan tentang mereka dalam hal sanad periwayatan, secara nyata membuat kesimpulan bahwa, pembohongan oleh syiah adalah yang paling banyak di kalangan ahli qiblat. Bahkan muncul pepatah yang berbunyi ‘makin pembohong seorang rafidhi (syiah)’ menandakan kepada betapa seseorang itu sangat kuat agamanya.

Sebagai contoh, Abu Muawiyah Ad-Dharir Al-Kufi berkata, aku telah mendengar Al-A’masy menyebut, “…aku telah menemui banyak orang dan tidaklah mereka menamakan syiah itu melainkan sebagai para pendusta.” (lihat : Minhaj As-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah juz 1 hal 16). Al-Khatib Al-Baghdadi juga pernah meriwayatkan dengan sanad dari Ibnu Al-Mubarak, beliau berkata, “Abu ‘Ismah telah bertanya kepada Abu Hanifah : dari siapakah kamu memerintahkan aku supaya mendengar (untuk mengambil dan meriwayatkan hadith)?” Abu Hanifah menjawab, “Dari setiap mereka yang adil pada hawa nafsunya selain syiah, karena sesungguhnya usul aqidah mereka adalah menghukum sesat para sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam”. (lihat : Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah oleh Al-Khatib Al-Baghdadi hal. 203).

Bahkan Hamad bin Salamah telah berkata, “telah berkata syeikh mereka (syiah) bahwa: Sesungguhnya jika kami berkumpul, kami akan membelokkan satu demi satu riwayat dan kemudian kami jadikan ia sebagai hadith!” (lihat: Minhaj As-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah juz 1 hal. 16). Selain itu, Yunus bin Abdul A’la telah berkata, “Asyhab telah berkata: Imam Malik telah ditanya pendapatnya mengenai syiah rafidhah”. Imam Malik menjawab, “janganlah kamu bercakap dengan mereka dan jangan meriwayatkan apa-apa dari mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.” (lihat: Al-Muntaqa oleh Adz-Dzahabi, hal. 21). Harmalah juga pernah bekata, “aku mendengar Imam Asy-Syafie berkata: aku tidak pernah melihat seseorang membuat kesaksian palsu selain dari syiah ar-rafidhah”. (lihat : Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah oleh Al-Khatib Al-Baghdadi hal. 202).

Lebih jauh dari itu, syiah telah menjadikan pendustaan sebagai syiar mereka lalu diihias perbuatan itu dengan label keagamaan dengan menamakannya sebagai ‘Taqiyyah’. Misalnya mereka berkata, “Tiada iman bagi sesiapapun yang tidak bertaqiyyah” perkataan ini mereka nisbahkan kepada Muhammad Al-Baqir sebagai pengkhianatan dan pencelaan atas Al-Baqir. (lihat: Al-Kafi fil Usul oleh Al-Kulaini, bab At-Taqiyyah juz 2 hal 19).

Pertanyaan ana, Banyak dari Imam2 Besar Ahlus Sunnah yg telah menyatakan bahwa syiah rafidhah bukan Islam, namun bagaimana halnya dengan mereka yang masih awam namun terdoktrin oleh virus2 rafidhah dan manipulasi hubungan antara iran dgn yahudi hingga akhirnya mereka mencela Abu Bakr dan Umar tanpa 'ilmu? Apakah mereka juga dikenakan hukum tersebut?

???
BENARKAH HUSEIN LEBIH UTAMA DARIPADA BAGINDA NABI DALAM PANDANGAN AT-TABRISI ??

Agama Syiah Rofidhoh Senantiasa Mengunggulkan Hasan Dan husein Radhiyallahu 'Anhuma Sebagai Simbol Imamah, Sebab Dua Imam Ini Adalah Simbol Dari Asas Agama Syiah, Tanpa Mempercayai Konsep Imamah Maka Dengan Sendirinya Orang Tertolak Dalam Beragama, Artinya Orang Itu Di Anggap Tidak Beriman Alias Kafir. Ini Adalah kemufakatan Dari Doktrin Syiah Semenjak Zaman Dahulu kala. Tak heran jika Kaum Syiah Menganggap Kafir Dan murtad Terhadap kita Kaum Muslimin Ahlu Sunnah, Sebab Kita Tidak kenal Konsep imamah dan tidak Mengimani Bentuk Imamah Ala Konsep Yahudi yang di dagangkan oleh Kaum Syiah Ini.

Sikap Berlebih-Lebihan Dalam Mengedapan Imamah Oleh Kaum Syiah Sudah Sampai kepada taraf Kejahilan, Sehingga Hal Ini Menyeret Kepada Kefanatikan Buta Yang menenggelamkan mereka Kepada Lembah Kesesatan, Sampai Pada Akhirnya Mereka lebih mengutamakan Dan Mengedepankan husein daripada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Dan ini Sungguh Keluar Melenceng jauh dari Kesucian ajaran Muhammad .

At-tabrisi Tokoh Ulama Syiah Yang Di Anggap kondang, Salah Seorang Ulama Syiah yang Di Jadikan Marji' (Rujukan Agama) Telah memberikan Fatwa : MENZIARAHI HUSEIN JAUH LEBIH UTAMA DARIPADA MENZIARAHI NABI MUHAMMAD , Sebagaimana Tanah Karbala' Lebih Suci daripada Tanah Suci Ka'bah .

جاء في كتاب " الشعائر الحسينية " (ص 47 ) للتبريزي
( أفضلية زيارة النبي (ص) والحسين (ع) :

سؤال : أيهما أفضل زيارة النبي أم الحسين ؟؟

بسمه تعالى : كل منهما خصوصية ولكن لو دار الأمر بين الزيارتين فزيارة الحسين (ع)

تقدم لأن فيها ترويجا للمذهب وشعائره .

Telah Di sebutkan dalam kitab "As-sya'air Alhusainiyat" Hal 47 "At-tabrisi Di Tanya:

Mana Yang Lebih Utama ? Menziarahi Nabi Atau Menziarahi Husein ??
Ia Menjawab : Dengan nama Allah yang maha Tinggi " Kedua-duanya Mempunyai Keistimewa'an masing-masing. akan tetapi Bila Di hadapkan Antara dua pilihan Maka Menziarahi Husein Lebih Di Dahulukan, Sebab Dalam menziarahi Husein itu mempunyai nilai penyala untuk menghidupkan Doktrin Dan Syiar Syiah.

Jika Orang2 Syi'ah Masih Punya Akal Untuk Di jadikan Sebagai Tolak Ukur Pertimbangan, Maka Sudah Seharusnya Mereka Menela'ahlah Al-Qur'an Dan Assunnah Lalu berfikir Dengan Timbangan Akal Mereka Terhadap Fatwa At-Tabrisi Di Atas, terkecuali jika Mereka Lebih Mengidolakan Seorang At-Tabrisi daripada AlQur'an dan As-Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam..

Nas'alullah As-salamata An Hadzihi Dholalah.

***
 
 Pandangan imam ali zainal abidin tentang syi'ah!

أبوخالد الكابلي سمعت علي بن الحسين عليه السلام يقول: ان اليهود أحبوا عزيزا حتى قالوا فيه ماقالوا فلا عزيز منهم ولاهم من عزيز، وأن النصارى أحبوا عيسى حتى قالوا فيه ماقالوا، فلا عيسى منهم ولاهم من عيسى. وانا على سنة من ذلك ان قوما من شيعتنا سيحبونا حتى يقولوا فينا ماقالت اليهود في عزيز، وماقالت النصارى في عيسى بن مريم، فلاهم منا ولا نحن منهم.(رجال ال...كشى ج2 ص120)

Abu Khalid al-Kabuli berkata, "Aku mendengar Ali (Zainul Abidin) bin al-Husain a.s. berkata: "Sesungguhnya Yahudi mencintai 'Uzair sehingga mereka telah mengatakan sebagaimana yang mereka katakan terhadapnya sedangkan 'Uzair tiada hubungan dengan mereka dan mereka juga tiada hubungan dengan 'Uzair. Sesungguhnya Nasara mencintai Isa sehingga mereka telah mengatakan sebagaimana yang mereka katakan terhadapnya sedangkan Isa tiada hubungan dengan mereka dan mereka juga tiada hubungan dengan Isa. Sesungguhnya kami seperti mereka juga, sesungguhnya satu kaum dari kalangan Syi'ah kami mencintai kami sehingga mereka mengatakan berkenaan kami sebagaimana yang dikatakan oleh Yahudi kepada 'Uzair dan sebagaimana yang dikatakan oleh Nasara kepada Isa bin Maryam, mereka tiada hubungan dengan kami dan kami tiada hubungan dengan mereka". (Rijal Kasyi juz 2 hal 120).

قال أبوعبدالله عليه السلام ما أنزل الله سبحانه آية في المنافقين الا وهي فيمن ينتحل التشيع

Abu Abdillah a.s. berkata: "Tidaklah Allah menurunkan berkenaan munafikin kecuali bertepatan dengan orang yang mendakwa Syi'ah". (Rijal Kasyi juz 2 hal. 589)

***
 
source 

^SEBAGIAN DOKTRIN LDII MENJIPLAK AJARAN SYI’AH IMAMIYAH^l

Posted by abuaslam pada Mei 15, 2008
Sebagian Doktrin LDII Menjiplak Ajaran Syi’ah Imamiyah
Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri

Ikhwah sekalian, tulisan ustadz kali ini mencoba untuk mengurai kekusutan doktrin LDII lainnya, yang ternyata doktrin tersebut menjiplak habis-habisan ajaran Syi’ah Imamiyah yang jauh menyimpang dari ajaran islam. Selain itu, ustadz Muhammad Arifin juga mengulas tentang standar kebenaran yang telah keliru dimaknai oleh pengikut LDII, yaitu menjadikan permusuhan dan penentangan dari kelompok selainnya sebagai standar kebenaran. Sungguh suatu pemikiran yang keliru, karena kita tahu sebelumnya bahwa kelompok Ahmadiyah juga mempraktekkan standar tersebut, dan baru-baru ini kelompok ‘Kerajaan Tuhan’ Lia Eden juga menggunakan standar tersebut sebagai pembenaran bagi kelompoknya. Semoga dengan adanya penjelasan ini dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua.

***
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, keluarga dan sahabatnya.

Doktrin Mangkul

Mungkin ada dari pembaca yang bertanya-tanya: apa buktinya bahwa doktrin Mangkul LDII adalah hasil jiplakan dan hasil adopsi dari sekte Syi’ah Imamiyah adalah salah satu judul bab dalam kitab Al Kafi karya Al Kulainy:

باب: أنه ليس شيء من الحق في أيدي الناس إلا ما خرج من عند
الأئمة وأن كل شيء لم يخرج من عندهم فهو باطل.

“Bab: Tidak ada sedikit pun kebenaran yang ada di masyarakat selain yang disampaikan oleh para imam, dan segala sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka maka itu adalah bathil.” (Al Kafi 1/399).

Kemudian Al Kulainy menyebutkan ucapan Abu Ja’far (salah seorang yang dianggap sebagai Imam Syi’ah Itsna ‘Asyariyyah):

ليس عند أحد من الناس حق ولا صواب ولا أحد من الناس يقضي
بقضاء حق إلا ما خرج منا أهل البيت وإذا تشعبت بهم الأمور
كان الخطأ منهم والصواب من علي عليه السلام. الكافي للكليني
1/399.

“Tidaklah ada seseorang memiliki al haq tidak juga kebenaran, dan tidaklah ada seseorang yang memutuskan suatu keputusan yang benar, selain dengan apa yang telah kami ajarkan yaitu ahlul bait (anak keturunan Ali). Dan bila mereka telah berselisih dalam berbagai permasalahan, maka pasti merekalah yang salah dan kebenaran hanya datang dari Ali alaihis salam.” (Al Kafi oleh Al Kulainy 1/399).

Bandingkan antara ucapan apa yang saya nukilkan dari kitab Al Kafy karya Al Kulainy ini, dengan doktrin mangkul ala LDII. Saya yakin orang yang hati nuraninya masih terpancar kecintaan terhadap kebenaran dan rasa takut akan neraka serta harapan untuk masuk surga akan berkata: Sesungguhnya doa doktrin ini adalah sama dan tidak ada bedanya. Inilah sekte induk LDII.

Dengan demikian jelaslah asal usul doktrin mangkul ala LDII dan bahwa Nur Hasan Ubaidah hanyalah menjiplak dan mencuri doktrin Syi’ah Imamiyah dan kemudian dipoles dengan belajar hadits dengan penafsiran dan pemahaman yang mendukung kepentingannya, yaitu pemungutan upeti sebagaimana yang diakui oleh saudara Aris Wahyono (mantan pengikut LDII).

Imam Bithonah

Diantara yang menguatkan dugaan bahwa LDII adalah hasil jiplakan dari Syi’ah Imamiyyah ialah apa yang mereka sebut dengan Imam Bithonah. Dalam keyakinan Syi’ah Imamiyah dinyatakan bahwa umat islam harus dipimpin oleh seorang imam yang ma’shum (terpelihara dari kesalahan dan perbuatan dosa), jumlahnya adalah 12 orang, dan imam mereka yang terakhir disebut dengan Muhammad bin Hasan Al Askary. Syi’ah Imamiyyah meyakini bahwa imam mereka yang ke 12 ini bersembunyi sejak berumur 4 atau 5 tahun di ruang bawah tanah, dan tidak ada yang dapat menjumpainya kecuali orang yang mereka istilahkan sebagai al bab (perwakilan/agen/amir perantara). Dan Mereka mengharamkan siapa saja untuk menentukan tempat persembunyiannya ini, bahkan sampai-sampai Al Kulainy berkata:

عن داود بن القاسم الجعفري قال : سمعت أبا الحسن العسكري:
الخلف من بعدي الحسن، فكيف بكم بالخلف من بعد الخلف؟
فقلت:ولم جعلني الله فداك؟ قال: إنكم لا ترون شخصه ولا يحل
لكم ذكره باسمه. فقلت: فكيف نذكره؟ قال: قولوا: الحجة من آل
محمد صلوات الله عليه وسلامه. الكافي للكليني 1/332-333.

“Dari Dawud bin Al Qasim Al Ja’fary, ia menuturkan: Aku pernah mendengar Abul hasan Al Askary (yaitu imam yang ke-10) berkata: ‘Penggantiku ialah Al Hasan (yaitu putranya sendiri), dan bagaimana sikap kalian dengan pengganti orang yang menggantikanku?’ Akupun bertanya: ‘Mengapa? Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu.’ Ia menjawab: ‘Sesungguhnya kalian tidak akan melihat orangnya, dan juga tidak halal bagi kalian untuk menyebutkan namanya.’ Maka aku pun bertanya: ‘Bagaimanakah kami menyebutnya?’ Ia menjawab: ‘Katakan: Orang yang menjadi hujjah dari keluarga Muhammad, semoga shalawat dari Allah dan salam-Nya terlimpahkan selalu kepadanya.’” (Al Kafi 1/332-333).

Bila kita bandingkan doktrin Syi’ah Imamiyah ini dengan doktrin LDII yang mengajarkan kepada umatnya agar berbai’at kepada Imam Bithonah yang senantiasa dirahasiakan jati dirinya (nama, tempat tinggal, umur dll), niscaya kita dapatkan dua doktrin ini serupa dan sama. Mungkin yang membedakan antara keduanya hanyalah hukum menyebutkan nama atau tempat tinggal imam tersebut.
Permusuhan Dari Kelompok Lain Bukanlah Standar Kebenaran
Kemudian ada satu poin dari perkataan Abul Baghda yang terlupakan untuk saya komentari, yaitu ia berdalil dengan ucapan Waraqah bin Naufal kepada Nabi shollallahu’alaihiwasallam pada saat beliau menceritakan kisahnya menerima wahyu untuk kali pertama, yaitu ketika beliau menerima 5 ayat pertama dari surat Iqra’ di gua Hira’. Waraqah berkata kepadanya:

قال ورقة: م يأت رجل قط بما جئت به إلا عودي

“Tidak akan ada seorang pun yang membawa kebenaran semisal yang engkau bawa (ajarkan) melainkan akan dimusuhi.” (Muttafaqun ‘alaih)

Kemudian Abul Baghda’ bertanya:

GOL ANDA DI HUJAT ? DI KAFIRKAN ? OLEH GOL LAIN ? TIDAK ? BERARTI ANDA BUKAN YANG DI MAKSUD DALAM HADITS INI.

Ahli Hadits muda ini (Abul Baghda’ -ed) menjadikan permusuhan yang ditujukan kepada suatu kelompok sebagai standar kebenaran? Sehingga menurut pemahaman ucapannya ini: karena LDII dimusuhi maka LDII adalah kelompok yang benar. Sedangkan kelompok lain selain LDII tidak dimusuhi, maka mereka tidak benar alias sesat. Subhanallah! Demikianlah pemahaman ahli hadits LDII muda ini? Betapa dangkalnya cara berfikir mereka?! Sekedar permusuhan yang ditujukan kepada suatu kelompok atau seseorang dijadikan sebagai dalil atau pertanda kebenaran kelompok atau orang tersebut.

Saya ingin bertanya: Siapakah diantara kita bahkan dari manusia yang ada di dunia ini yang tidak memusuhi perampok, pendusta, pengkhianat, penjilat, pemalsu, pencuri, pemerkosa, pemabok, pencopet, pemakan daging manusia??!! Saya yakin setiap orang memusuhi mereka. Nah, apakah permusuhan yang tertuju kepada mereka merupakan pertanda bahwa mereka adalah orang-orang yang dimaksudkan dari ucapan Waraqah bin Naufal??!! Jawablah dengan jujur wahai ahli hadits muda LDII! Semoga saja ahli hadits muda ini menjawab pertanyaan ini dengan: “Ya”, Dan bila demikian berarti agama LDII adalah agama berbagai pe-pe di atas.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dan bila ahli hadits muda ini menjawab: “Tidak”, demikian berarti pertanyaan yang anda ajukan serta pendalilan ini adalah salah serta sesat dan menyesatkan. Dan ini membuktikan betapa ngawur dan sesatnya pemahaman yang diajarkan oleh Imam Bithonah kepada anggotanya.
Standar kebenaran dalam agama islam ialah Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang selaras dengan pamahaman Salafus Sholeh (para sahabat dan murid-muridnya), -sebagaimana yang telah saya jabarkan pada artikel saya tentang ilmu mangkul, dan bukan permusuhan yanng ditujukan kepada seseorang. Bahkan bila kita sedikit berfikir lebih jernih, permusuhan yang dilontarkan oleh kelompok LDII kepada selain mereka lebih besar dibanding permusuhan yang dilontarkan oleh kelompok lain kepada LDII.

Hal ini karena LDII telah mengkafirkan selain kelompoknya, dan bila seseorang itu telah kafir, maka halal darah, jiwa, harta, serta kehormatannya untuk dirampas. Sedangkan permusuhan kelompok lain kepada LDII hanya sebatas meyakini bahwa LDII adalah aliran sesat, menyeleweng dari kebenaran/agama islam yang benar, dan belum sampai pada tahap meyakini mereka telah kafir keluar dari agama islam.

Sadarlah wahai saudaraku! berfikirlah jernih! gunakan akal sehatmu! Dan lapangkan dadamu untuk berdoa memohon hidayah/petunjuk dari Allah Ta’ala, agar anda ditunjukkan kepada kebenaran dan dihindarkan dari kesesatan. Berdoalah dengan doa yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shollallahu’alaihiwasallam berikut ini:

اللهم ربَّ جبرائيلَ وميكائيلَ وإسرافيلَ فاطَر السَّماواتِ
والأرضِ، عالمَ الغيبِ والشَّهادة، أنتَ تحْكُمُ بين
عِبَادِك فيما كانوا فيه يَخْتَلِفُون، اهْدِنَا لِمَا
اخْتُلِفَ فيه من الحق بإِذْنِكَ؛ إنَّك تَهْدِي من تَشَاء
إلى صراط مستقيم. وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله
وأصحابه أجمعينز والله أعلم بالصَّواب، وآخر دعوانا أن الحمد
لله رب العالمين. رواه مسلم

“Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Dzat Yang telah Menciptakan langit dan bumi, Yang Mengetahui hal yang gaib dan yang nampak, Engkau mengadili antara hamba-hambamu dalam segala yang mereka perselisihkan. Tunjukilah kami -atas izin-Mu- kepada kebenaran dalam setiap hal yang diperselisihkan padanya, sesungguhnya Engkau-lah Yang menunjuki orang yang Engkau kehendaki menuju kepada jalan yang lurus. Shalawat dan salam dari Allah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Dan Allah-lah Yang Lebih Mengetahui kebenaran, dan akhir dari setiap doa kami adalah: “Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam”. (Riwayat Muslim)
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan keikhlasan kepada kita semua dan melapangkan dada kita guna menerima setiap kebenaran yang datang kepada kita. Wallahu a’alam bisshowab.

semoga bermanfaat

^SUNNAH DAN SYIAH BERDAMPINGAN? MUSTAHIL! (Bagian 1)^

Jun 21
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A. hafizhahullah

Alhamdulillâh, salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam , keluarga dan Sahabatnya. Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antara semua aliran yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan sekte Syi’ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti sekte Syi’ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?Pandangan Akidah Ahlus Sunnah dan Keyakinan Syi’ah tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sebagai seorang Muslim, Anda pasti beriman bahwa sesembahan Anda hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya, dan Dia pula yang mengatur semuanya. Demikianlah keyakinan umat Islam secara umum dan syariat dalam Alqurân,

اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ اْلأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ اْلأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًا

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu pula. Perintah Allah terus-menerus berlaku di antara alam langit dan alam bumi, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Q.S. at-Thalâq/65: 12).

Umat Islam meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentukan takdir seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu kejadian pun kecuali atas kehendak-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ – قَالَ – وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ)

Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan ‘Arsy-Nya berada di atas air. (H.R. Muslim).

Pada suatu hari, Sahabat Ubâdah bin Shâmit radhiallahu ‘anhu memberikan petuah kepada putranya dengan mengatakan,

يَا بُنَىَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ. سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ n يَقُولُ: (إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ، قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ). يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ n يَقُولُ: (مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّيْ)

“Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan manisnya iman hingga engkau percaya bahwa sesuatu yang (ditakdirkan) menimpamu, tidak mungkin meleset darimu. Sebaliknya, sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tidak mungkin menimpamu. Aku mendengar Rasulullâh bersabda, ‘Sesungguhnya, pertama kali Allah menciptakan al-Qalam (Pena), Ia befirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Mendengar perintah itu, al-Qalam berkata, ‘Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu hingga kiamat tiba.’”

(Lalu Sahabat Ubâdah bin Shâmit melanjutkan petuahnya dengan berkata), “Wahai anakku! aku telah mendengar Rasulullâh bersabda,’Barangsiapa mati di atas keyakinan menyelisihi keyakinan ini, maka ia tidak termasuk dari golonganku.” (H.R. Abu Dâwud).

Demikianlah sekelumit tentang akidah umat Islam tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, tahukah Anda apa ideologi sekte Syi’ah? Simaklah ideologi mereka dari riwayat yang termaktub dalam kitab terpercaya mereka, yaitu Al-Kâfi karya al-Kulaini:

Abu Hâsyim al-Ja’fary menuturkan, “Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah Abul Hasan (Ali bin Muhammad-pen) ‘alaihissalâm sepeninggal putranya Abu Ja’far (Muhammad-pen). Kala itu aku berencana mengatakan, ‘Seakan kejadian yang menimpa Abu Ja’far dan Abu Muhammad (al-Hasan bin Ali ) pada saat ini serupa dengan yang dialami oleh Abul Hasan Mûsa dan Ismâîl putra Ja’far bin Muhammad ‘alaihimussalâm.’ Kisah keduanya (Ali dan Muhammad bin Muhammad) serupa dengan kisah keduanya (Mûsa dan Ismâîl bin Ja’far), dikarenakan Abu Muhammad al-Murji menjadi imam sepeninggal Abu Ja’far ‘alaihissalâm. Tiba-tiba Abul Hasan menatapku sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun, lalu ia berkata, ‘Benar, wahai Abu Hâsyim, Allah memiliki pendapat baru tentang Abu Muhammad sepeninggal Abu Ja’far yang sebelumnya tidak Dia ketahui. Sebagaimana sebelumnya muncul pendapat baru pada Mûsa (bin Ja’far) sepeninggal Ismâîl (bin Ja’far) suatu pendapat baru yang selaras dengan keadaannya. Kejadian ini sebagaimana yang terbetik dalam jiwamu, walaupun orang-orang yang sesat tidak menyukainya.’“ [Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/327]

Demikianlah Saudaraku! sekte Syi’ah meyakini adanya perubahan pada pengetahuan dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Ia berubah pendapat dan keinginan karena terjadi sesuatu yang di luar pengetahuan dan kehendak-Nya.

Menurut hemat Anda! Mungkinkah seorang Muslim memiliki keyakini semacam ini?

-bersambung insya Allah-

Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

AL-FIRQAH AN-NAJIYAH (Jalan Golongan Yang Selamat)

semoga bermanfaat
^SUNNAH DAN SYIAH BERDAMPINGAN? MUSTAHIL! (Bagian 2)^

Sebelumnya, silakan baca Sunnah & Syi’ah, Bersandingan? Mustahil (Bagian 1)
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A. hafizhahullah

Nabi Muhammad versi Ahlus Sunnah & Syi’ah

Saudaraku! Anda pasti mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi seorang Muslim ialah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar bahwa sesembahan Anda hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Muhammad bin `Abdillâh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan di antara konsekuensi dari persaksian bahwa beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah Anda meyakini bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan seluruh wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umatnya.

Oleh karena itu, pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di Padang Arafah, beliau bertanya tentang hal ini kepada para Sahabatnya,

أَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ ؟

Kalian pasti akan ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Simaklah jawaban umat Islam yang menghadiri khutbah beliau ini,

قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ: (اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ) ثَلاَثَ مَرَّاتٍ رواه مسلم

Para Sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan mengemban risâlah dengan sempurna tanpa ada sedikit pun campuran.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah langit lalu menunjuk ke arah para sahabatnya seraya berdoa, “Ya Allah, persaksikanlah, Ya Allah persaksikanlah (sebanyak tiga kali).” (H.R. Muslim).


Saya yakin, Anda dan juga seluruh umat Islam di seantero dunia pun demikian, bersaksi bahwa beliau telah sepenuhnya menunaikan amanah, menegakkan agama dan menyampaikan seluruh wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umatnya.

Akan tetapi, tahukah Anda, apa kira-kira sikap dan keyakinan sekte Syi’ah? Anda ingin tahu? Temukan jawabannya pada pengakuan revolusioner mereka, yaitu al-Khumaini berikut ini,

لَقَدْ أَثْبَتْنَا فِيْ بِدَايَةِ هَذَاالْحَدِيْثِ بِأَنَّ النَّبِيَّ أَحْجَمَ عَنِ التَّطَرُّقِ إِلَى اْلإِمَامَةِ فِيْ القُرْآنِ، لِخَشْيَتِهِ أَنْ يُصَابَ الْقُرآنُ بِالتَّحْرِيْفِ، أَوْ أَنْ تَشْتَدَّ الْخِلاَفَاتُ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَيُؤَثِّرُ ذَلِكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ

Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari membicarakan masalah imâmah (kepemimpinan) dalam Alqurân;([1]) karena beliau khawatir Alqurân akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang sengit di tengah-tengah kaum Muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi masa depan agama Islam.” [Kasyful Asrâr oleh al-Khumaini 149].

Al-Khumaini belum merasa cukup dengan menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa gentar untuk menyampaikan ayat-ayat imâmah kepada umatnya. Lebih jauh, dengan tanpa merasa bersalah al-Khumaini menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyebab terjadinya seluruh perpecahan dan peperangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam sepeninggal beliau,

وَوَاضِحٌ بِأَنَّ النَّبِيَّ لَوْ كَانَ قَدْ بَلَغَ بِأَمْرِ اْلإِمَامَةِ طَبَقًا لِمَا أَمَرَ بِهِ اللهُ، وَبَذَلَ الْمَسَاعِيَ فِيْ هَذَا الْمَجَالِ، لَمَا نَشَبَتْ فِيْ اْلبُلْدَانِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ كُلُّ هَذِهِ اْلإِخْتِلاَفاَتِ وَالْمُشَاحَنَاتِ وَالْمَعَارِكِ، وَلَمَا ظَهَرَتْ ثَمَّةَ خِلاَفاَتٌ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْعِهِ

Sangat jelas, bahwa Andai Nabi telah menyampaikan perihal imâmah (kepemimpinan), sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia benar-benar mengerahkan segala upayanya dalam urusan ini, niscaya tidak akan pernah terjadi berbagai perselisihan, persengketaan dan peperangan ini di seluruh belahan negeri Islam. Sebagaimana di sana tidak akan muncul perselisihan dalam hal ushûl (prinsip) dan juga cabang furû‘ (cabang) agama.” [Kasyful Asrâr oleh al-Khumaini 155].


Mungkin Anda berkata, “Ah ini hanya salah tulis al-Khumaini saja, dan tidak mewakili ideologi kaum Syi’ah.”

Tunggu sejenak Saudara! Coba Anda bandingkan ucapan al-Khumaini di atas dengan dua riwayat berikut:

Al-Kulaini meriwayatkan, bahwa Imam Abu `Abdillâh Ja’far Ash-Shâdiq, menyatakan,

لَوْلاَ نَحْنُ مَا عُبِدَ اللهُ

Andai bukan karena kami, niscaya Allah tidak akan pernah diibadahi. [Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/144]

Mufti sekte Syi’ah pada abad ke-11 H, yang bernama al-Majlisi menambahkan riwayat di atas menjadi,

لَوْلاَهُمْ، مَا عُرِفَ اللهُ وَلاَ يَدْرِيْ كَيْفَ يَعْبُدُ الرَّحْمَنَ

Andai bukan karena para imam, niscaya Allah tidak akan dikenal, dan tidak akan ada yang tahu bagaimana beribadah kepada Ar-Rahmân (Allah). [Bihârul Anwâr 35/29]
 

Apa perasaan dan pendapat Anda setelah membaca dua riwayat yang termaktub dalam dua referensi terpercaya umat Syi’ah ini?

Berdasarkan kedua riwayat ini, kira-kira apa peranan dan jasa Nabi Muhammad menurut sekte Syi’ah? Mereka meyakini bahwa hingga sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat manusia belum juga mengetahui bagaimana harus beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalaulah bukan karena jasa para imam-imam umat Syi’ah, maka tidak ada manusia yang bisa shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Saudaraku! sebagai seorang Mukmin, dapatkah batin Anda menerima tuduhan keji sekte Syi’ah ini kepada Nabi Anda?

Coba sekali lagi Anda bandingkan kedua riwayat ini dengan ucapan al-Khumaini di atas. Al-Khumaini beranggapan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sumber petaka yang menimpa umat ini. Berbagai persengketaan, pertumpahan darah dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah umat berawal dari kegagalan beliau dalam menyampaikan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala, terutama yang berkaitan dengan “al imâmah” (kepemimpinan).

Perkenankan saya bertanya, “Menurut hemat Anda, apakah kedua riwayat dan juga ucapan al-Khumaini di atas mencerminkan syahadat “Muhammad Rasulullâh”? Sebagai seorang Muslim yang bersaksi bahwa Muhammad bin `Abdullâh adalah Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa perasaan Anda membaca kedua riwayat dan ucapan al-Khumaini di atas? Kuasakah Anda untuk menutup mata dan telinga dari fakta ini, lalu Anda bergandengan tangan dengan orang-orang yang meyakini demikian itu tentang Nabi Anda?

Bersambung insya Allah

Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12 Tahun XIII

[1]) Aneh bin ajaib, al-Khumaini meyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kebebasan untuk menyembunyikan masalah al-Imâmah dari umatnya. Anggapan ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut,

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. al-Mâidah/5: 67).


^SUNNAH DAN SYIAH BERDAMPINGAN? MUSTAHIL! (Bagian 3)^

Silakan baca tulisan sebelumnya, Sunnah & Syi’ah, Bersandingan? Mustahil (Bagian 1) dan Sunnah & Syi’ah, Bersandingan? Mustahil (Bagian 2)

***
Sahabat Nabi dalam Akidah Ahlisunnah & Kebencian Syi’ah.

Saudaraku, bila Anda mencermati sejarah para nabi dan umatnya, niscaya Anda dapatkan bahwa sahabat setiap nabi adalah orang-orang pilihan dan generasi terbaik dari umat nabi tersebut. Kesimpulan Anda ini benar adanya dan selaras dengan sabda Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ

Tidaklah ada seorang nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pendamping dan sahabat setia, yang senantiasa mengikuti ajarannya dan berpedoman dengan perintahnya. Sepeninggal mereka, datanglah suatu generasi yang biasa mengatakan sesuatu yang tidak mereka perbuat, serta melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. (H.R. Muslim).

Demikian pula halnya dengan Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat beliau adalah generasi terbaik dari umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah. (Q.S. Ali Imrân/3: 110).

Saya yakin, Anda pun meyakini bahwa generasi pertama dari umat Islam yaitu para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dari umat Islam. Bukankah demikian, Saudaraku!

Akan tetapi, tahukah Anda, siapakah Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mata umat Syi’ah? Anda ingin tahu, silahkan simak riwayat-riwayat mereka berikut,

عَنْ سُدَيْرٍ عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ سَنَةً، إِلاَّ ثَلاَثَةٌ: فَقُلْتُ: وَمَنْ الثَّلاَثَةُ ؟ فَقَالَ: الْمِقْدَادُ بْنُ اْلأَسْودُ وَأَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَسَلْمَانَ اْلفَارِسِيُّ، وَقَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ دَارَتْ عَلَيْهِمُ الرَّحَى وَأَبَوْا أَنْ يُبَايِعُوْا حَتَّى جَاؤُوْا بِأَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ مَكْرَهاَ فَبَايَعَ

Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm, “Dahulu sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang.” As-Sudair pun bertanya, “Siapakah ketiga orang tersebut?”Dia menjawab, “Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi,” lalu beliau berkata, “Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar As-Shiddîq-pen) hingga didatangkan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thâlib) ‘alaihissalâm dalam keadaan terpaksa, lalu beliaupun berbaiat.” [Bihârul Anwâr oleh al-Majlisy 22/351 dan Tafsir Nur As-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jum'ah al- 'Arusy al-Huwaizy, 1/396]

Syaikh Mufîd (wafat tahun 413 H) juga meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm,

اِرْتَدَّ النَّاسُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ إِلاَّ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ: الْمِقْدَادُ بْنُ اْلأَسْو
َدِ وَأَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَسَلْمَانُ اْلفَاِرسِيُّ، ثُمَّ ِإنَّ النَّاسَ عَرَفُوْا وَلَحِقُوْا بَعْدُ

Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâry, dan Salmân al-Fârisi. Kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam.” [Al-Ikhtishâsh, karya Asy-Syaikh Mufîd, hlm. 6]

Dalam riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tetap mempertahankan keislamannya menjadi empat orang:

Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far, bahwa ia berkata,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ لَمَّا قُبِضَ، صَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةٌ: عَلِيٌّ وَالْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ وَأَبُوْ ذَرٍّ

Sesungguhnya, tatkala Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyah, kecuali empat orang saja: yaitu Ali, al-Miqdâd, Salmân dan Abu Dzar.” [Tafsir Al 'Ayyasyi 1/199, karya An-Nadhir Muhammad bin Mas'ûd as-Samarqandi (wafat th: 320 H), Bihârul Anwâr 22/333 karya Al-Majlisy, (wafat th. 1111 H)]

Saudaraku! apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang termaktub dalam kitab-kitab terpercaya agama Syi’ah di atas?

Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika membaca riwayat-riwayat itu
. Betapa tidak, para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.

Saudaraku! Coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama riwayat-riwayat di atas. Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut? Pada riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâry, dan Salmân al-Fârisi.

Bila demikian adanya, lalu bagaimana halnya dengan Ali bin Abi Thâlib, Fâtimah bintu Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain? Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk dari ketiga orang tersebut?

Demikianlah Saudaraku! Umat Syi’ah mempropagandakan sebagai para pencinta Ahlul Bait dan pembela mereka. Akan tetapi, faktanya, mereka menghinakan Ahlul Bait, bahkan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Bila Anda tidak percaya, silahkan buktikan dan datangkan satu riwayat saja yang menyebutkan bahwa Ahlul Bait tidak termasuk yang murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya yakin Anda tidak akan menemukan riwayat tersebut, walau Anda membaca seluruh kitab-kitab Syi’ah.

Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam ‘Amir bin Syurahil asy-Sya’bi untuk berkata tentang sekte Syi’ah, “Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi’ah. Bila dikatakan kepada kaum Yahudi, ‘Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Tentu para Sahabat Nabi Mûsa.’ Dan bila dikatakan kepada kaum Nasrani, ‘Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setiap Nabi ‘Isa.’ Akan tetapi, bila dikatakan kepada agama Râfidhah (Syi’ah), ‘Siapakah orang terjelek dari penganut agamamu?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad.’”
 
Saudaraku! Mungkin Anda bertanya-tanya, “Mengapa para pengikut agama Syi’ah begitu membenci para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama ketiga Khulafâ‘ur Râsyidin yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsmân? Saudaraku! Benarkah And
a merasa penasaran ingin mengetahui biang kebencian mereka kepada para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Obatilah rasa penasaran Anda dengan jawaban seorang pakar yang telah kenyang dengan pengalaman dalam menghadapi para penganut Syi’ah. Tokoh tersebut adalah Abu Zur’ah ar-Râzi rahimahullah. Beliau menyampaikan hasil studi dan pengalaman beliau pada ucapannya berikut, “Bila engkau dapatkan seseorang mencela seorang sahabat Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindîq (kafir yang menampakkan keislaman). Alasannya, karena kami meyakini bahwa Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar, dan Alqurân juga pasti benar. Sedangkan yang menyampaikan Alqurân dan Sunnah Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Sahabat. Dengan demikian, sesungguhnya orang yang mencela para saksi (perawi) kami (yaitu para sahabat), hendak menggugurkan Alqurân dan Sunnah . Karena itu, merekalah yang lebih layak untuk dicela.” (Riwayat al-Khathîb al-Baghdâdi dalam kitab Al-Kifâyah Fî ‘Ilmir Riwâyah).

Bersambung insya Allah

Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12 Tahun XIII

fin
 
   

Awas! Taring Syi’ah Menancap di Bumi Pertiwi

Sebagian pengamat menyatakan bahwa paham syi’ah masuk ke negri Indonesia jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahkan kesultanan Pasai atau Samudra Pasai yang berdiri di sekitar kota Kota Lhokseumawe, atau Aceh Utara pada sekitar tahun 1267 M, ditengarai oleh sebagian pengamat berkulturkan Syi’ah. Bahkan salah seorang raja kesultanan ini pernah didampingi dua orang Persia terkenal, yaitu Qadi Sharif Amir Sayyid dari Shiraj dan Taj Ad-Din dari Isfahan. ([1])

Bahkan sebagian lain, lebih jauh menengarai bahwa Syi’ah telah masuk ke Indonesia sejak abad ke- 9. Praduganya ini berdasarkan pada asumsi bahwa kerajaan Islam pertama yang berdiri di Nusantara, yaitu kerajaan Peureulak (Perlak) yang konon, didirikan pada 225H/845M telah menganut paham Syi’ah. Sebagaimana diketahui bahwa Kerajan ini didirikan oleh para pelaut-pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengislamkan penduduk setempat. Belakangan mereka mengangkat seorang Sayyid Maulana Abdul ‘Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang konon katanya menganut paham politik Syi’ah, sebagai sultan Perlak.([2])

Manapun pendapat yang benar, sebagian pengamat telah menyimpulkan bahwa pengaruh ajaran Syi’ah telah dirasakan di negri kita sejak jauh hari. Dan mereka berusaha menguatkan kesimpulan itu dengan beberapa indikasi berikut:

1. Perayaan Hoyak Tabuik.

Tradisi ini dapat anda temui di Pariaman Sumatra Barat. Perayaan Hoyak Tabuik atau juga dikenal dengan Perayaan Tabot konon pertama kali dilaksanakan oleh Syeikh Burhanuddin Ulakan yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685.

Perayaan ini dimulai pada hari pertama bulan Muharam hingga hari kesepuluh. Puncak dari upacara tradisional ini adalah prosesi mengarak usungan (tabut) yang dilambangkan sebagai keranda jenazah Imam Husain yang gugur di Padang Karbala.

Perayan serupa juga dapat anda temukan di Bengkulu, Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan Singkil. Hanya saja di sebagian daerah perayaan ini lebih dikenal dengan Tabot atau Tabut.
2. Tari Jari-jari Karbala.

Tarian ini adalah salah satu tarian khas daerah Bengkulu ini juga memiliki kultur dan makna yang sama dengan tradisi tabot.
3. Peringatan Syura atau Suro (Gerebek Sura di Jogjakarta dan Ponorogo).

Bagi masyarakat jawa, atau Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya, bulan Muharram atau yang sering disebut dengan bulan Suro adalah bulan yang penuh nahas. Karenannya penduduk setempat berpantangan mengadakan pernikahan atau membangun rumah atau bercocok tanam pada bulan ini. Dan untuk menebus kesialan yang diyakini, mereka mengadakan upacara grebeg suro. Semua itu sebagai bias langsung dari peringatan tragedi pedih yang pernah terjadi di bulan itu, yaitu terbunuhnya Al Husain bin Alin bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma.

4. Tradisi membaca Barzanji dan Diba’i

Sebagian kalangan meyakini bahwa kebiasaan membaca barzanji atau diba’i adalah wujud nyata dari hubungan NU dengan ajaran Syi’ah.

Dan masih banyak lagi tradisi dan budaya masyarakat Indonesia yang diklaim oleh sebagian orang berafiliasi dengan simbul-simbul agama Syi’ah.

Hanya saja dari mencermati berbagai data di atas, ada satu fenomena unik yang pantas untuk dicermati dan sekaligus disyukuri, yaitu:

1. Anggapan bahwa berbagai tradisi dan kesultanan di atas adalah bernuansakan atau bahkan berasal dari ajaran Syi’ah tidak sepenuhnya dapat diterima. Karenanya ternyata banyak pihak, diantaranya Buya Hamka meragukan anggapan tersebut.

2. Diantara hal yang mementahkan anggapan sebagian orang itu ialah fakta umat islam di Indonesia sendiri. Anda pasti mengetahui bahwa umat islam di Indonesia sejak dahulu kala menganut mazhab Imam As Syafi’i dan tidak menganut mazhab Ja’fari. Ini bukti kuat nan akurat bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak melalui para penganut ajaran Syi’ah.

3. Kalaupun kesultanan dan berbagai warisan budaya di atas benar berafiliasi dengan ajaran syi’ah, maka ini menjadi bukti kuat bahwa ajaran Syi’ah sejak jauh hari telah terbukti tidak cocok untuk disebarkan di Indonesia. Oleh karena itu, para penggiat ajaran Syi’ah kala itu hanya berhasil membuat suatu tradisi atau upacara atau amalan ritual belaka. Padahal sebagian tokohnya telah berhasil menjadi orang kepercayaan sebagian raja-raja Islam kala itu. Sedangkan inti dari doktrin agama Syi’ah, berupa pengkafiran sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meragukan keabsahan Al Qur’an, dan lainnya tetap saja tidak dapat merubah arah keagamaan muslim Indonesia.

Ini bukti kuat bahwa berbagai doktrin agama Syi’ah nyata-nyata bertentangan dengan kultur penduduk Indonesia yang lembut dan jauh dari permusuhan, caci maki dan kebencian. Masyarakat Indonesia memiliki karakter lemah lembut, tenggang rasa, sehingga tidak sejalan dengan ajaran Syi’ah yang lembaran sejarahnya dilumuri oleh cacian, kekerasan dan pertumpahan darah.

4. Adanya kesamaan dalam beberapa hal, tidak serta merta dapat dijadikan bukti bahwa masyarakat setempat berpahamkan Syi’ah atau telah memiliki hubungan langsung dengan ajaran Syi’ah. Karenanya tidak ada seorangpun yang mengklaim bahwa agama Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh para penganut agama hindu, padahal betapa banyak tradisi dan ritual agama Hindu yang diamalkan oleh umat Islam.

Sekelumit Metode Penyebaran Agama Syi’ah Di Indonesia.

1. Berusaha menyusupkan ajaran Syi’ah pada berbagai tradisi masyarakat.

Sejak jatuhnya ORBA dan ditabuhnya genderang reformasi, para penggiat agama Syi’ah di negri kita mendapatkan ruang gerak yang lebih luasa guna melancarkan propagandanya. Karenanya mereka berusaha memanfaatkan berbagai tradisi dan simbol yang diyakini berafiliasi dengan ajaran Syi’ah, untuk dijadikan sebagai media sosialisasi dan penyebaran agama Syi’ah.

Mereka berusaha menyusupkan ajaran syi’ah kedalam berbagai ritual dan budaya yang ada di tengah masyarakat.

Karenanya, betapa girangnya DUBES Iran ketika mengetahui adanya tradisi Tabut atau Tabot di tanah Minang Dan Bengkulu. Tidak ingin kehilangan momentum, ia segera mengadakan kunjungan ke sana. Yang sangat disayangkan, panitia perayaan memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan memberikan kata sambutan. Bahkan tidak ada satupun dari ormas Islam, termasuk MUI setempat yang merespon kunjungan ini.

Sudah dapat ditebak, dalam orasinya DUBES Iran Behrooz Kamalvandi memuja agama Syiah. Bukan sebatas itu, kunjungannya ini berlangsung selama 2 hari dan dengan membawa rombongan 10 orang dan mengikut sertakan Televisi Nasional Iran untuk meliput acara Tabuik Pariman (Tabut Pariaman). ([3])

Gayungpun bersambut, Dubes Iran terus melanjutkan upaya penjinakan salah satu “basis ahlissunnah” yang selama ini memiliki slogan: “Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah.” Ia menjanjikan akan memindahkan daerah tujuan wisata (DTW) warganya ke Asia Tenggara dari Malaysia ke Sumatera Barat (Sumbar) pada 2009. Dan konon jumlah wisatawan Iran ke Malaysia berjumlah 15 ribu orang. ([4])

Anda bisa bayangkan bila wisatawan Iran benar-benar berpindah ke SUMBAR:

- Jerat nikah mut’ah terbuka lebar.
- Penyebaran agama Syi’ah menjadi pesat.

- Tidak dapat dihindari, gadis-gadis SUMBAR pun berpeluang memperpanjang daftar korban nikah mut’ah.
asyura Awas! Buaya Meneteskan Air Mata (Bag. 23)
Acara Arba’in/peringatan Asyura’ Di Kutai asyura2 Awas! Buaya Meneteskan Air Mata (Bag. 23)
Pj Bupati Kutai Kartanegara (H.Sjahruddin)Ketika memberi sambutan pada acara Asyura’

2. Meningkatkan Hubungan Bilateral Antara Kedua negara.

Hubungan bilateral, baik dalam sekala pemerintah pusat atau pemerintah daerah terus semakin diintensifkan. Dimulai dari kunjungan kepala negara, menteri, mahkamah agung, dewan perwakilan rakyat, dan tidak ketinggalan berbagai pemerintah daerah kedua belah pihak.

Diantara pemerintah daerah yang telah menjalin hubungan dengan beberapa pemerintah daerah, dan bahkan telah berganti kunjungan ialah Pemda Pariaman dan Bogor.

Sebagaimana kedua negara juga berkomitmen untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara.

Dari wujud meningkatnya hubungan perdagangan Iran ke Indonesia ialah dengan dibangunnya kilang minyak di Banten dan Tuban-Jawa Timur.

Sudah barang tentu, dengan adanya perusahaan-perusahaan Iran yang masuk ke Indonesia, jumlah warga negara Iran di Indonesia turut meningkat pula. Dan bersama meningkatnya jumlah warga negara Iran di Indonesia, maka meningkat pula penebaran agama Syi’ah.

3. Meberangus Ketabuan Syi’ah Di Tengah Umat Islam Indonesia.

Hingga saat ini, umat Islam di Indonesia masih tetap bangga dan yakin bahwa mereka beragama Islam dengan pahaman ahlissunnah wal jama’ah. Tidak mengherankan bila merekapun merasa bersebrangan dengan paham bersebrangan dengan paham Syi’ah. Oleh karena itu para penjaja paham Syi’ah mendapatkan tantangan yang cukup berat untuk menyebarkan pahamnya di masyarakat Indonesia. Dan salah satu langkah yang mereka tempuh guna memudahkan dakwah mereka, ialah dengan mengikis ketabuan dan memperpendek jurang pemisah antara mereka dengan umat Islam Indonesia. Bila langkah ini telah tercapai, maka jalan menjadi mulus dan hamparan karpet merahpun terbentang di hadpan para penjaja paham Syi’ah. Berikut beberapa indikasi yang menunjukkan akan adanya fase ini:

A. Pendekatan Terhadap Sebagian ORMAS Islam.

Diantara indikasi yang menunjukkan akan hal itu ialah pernyataan Dr. Said Aqil Siraj mantan Wakil Katib Syuriah PBNU, dan mantan Mentri Agama RI: ” Harus diakui pengaruh Syi’ah di NU sangat besar dan mendalam. Kebiasaan membaca barzanji atau diba’i yang menjadi ciri khas masyarakat NU misalnya secara jelas berasal dari tradisi Syi’ah.”

Ungkapan senada dalam beberapa kesempatan juga disampaikan oleh Gus Dur (Abdurrahman Wahid). ([5])

Saya yakin anda tidak dapat menerima ucapan kedua tokoh ini, karena anda mengetahui bahwa ormas NU berasaskan paham asy ‘ariyah dan bermazhabkan dengan mazhab Imam As Syafi’i. Fakta ini mementahkan anggapan mereka berdua, karena Syi’ah berpaham dan bermazhabkan Ja’fariyah.

Ucapan keduanya ini mengindakasikan telah adanya pendekatan yang begitu kuat yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Syi’ah kepada kedua tokoh ini secara khusus dan ormas NU secara umum.

B. Propaganda bahwa Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah hanya sebatas Masalah Furu’.

Propaganda ini rupanya cukup ampuh, sampai-sampai tokoh sekaliber Din Syamsuddin yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, terpengaruh dengannya. Pada Konferensi Islam Sedunia, Senin (5/05/2008), yang berlangsung di Teheran beliau menegaskan bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah hanya pada wilayah cabang (furu’iyat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah). Keduanya berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat pada penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu.

Lebih jauh, Din Syamsuddin menyatakan: “Kedua kelompok (Sunnah & Syi’ah) harus terus melakukan dialog dan pendekatan. Seandainya tidak dicapai titik temu maka perlu dikembangkan tasamuh atau toleransi. ([6])

Aneh bin ajaib, tokoh sekaliber bapak Din Syamsyudin beranggapan bahwa perbedaan antara Syi’ah dan Sunnah hanya sebatas masalah furu’.

Anda pasti bertanya-tanya, apakah menurut beliau pengkafiran seluruh sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah masalah furu’? Apakah idiologi imamah yang menyatakan bahwa seluruh pemimpin umat Islam selain dari ke 12 imam agama Syi’ah adalah pemimpin yang tidak sah, juga termasuk masalah furu’? Apakah kultus terhadap ke-12 imam juga masalah furu’?

C. Anggapan Syi’ah ekstrim telah punah, yang tersisa Syi’ah Moderat

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, seorang tokoh yang konon ahli di bidang tafsir Al Qur’an dalam bukunya yang berjudul : Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan: Mungkinkah? menekankah bahwa kelompok ekstrim Syi’ah yang menuhankan para Imam telah punah. Yang tersisa pada zaman ini hanyalah Syi’ah Imamiyah.([7])

Walau demikian penjelasan beliau, akan tetapi pada buku yang sama beliau banyak menukil ucapan salah seorang tokoh Syi’ah Imamiyah yang bernama: Abdul Husain Syarafuddin Al Musawi. ([8])

Anda bisa bayangkan, dari namanya saja telah terbaca sikap ekstrim yang begitu kelewat batas, Abdul Husain (Hamba Husain). Saya heran, mengapa tokoh sekaliber Prof. Dr. Quraish Shihab kok dapat melewatkan fakta semacam ini tanpa ada komentar atau kritikan sedikitpun. Apakah adanya nama-nama semacam ini pada para tokoh Syi’ah Imamiyah belum cukup sebagai bukti akan sikap ekstrim Syi’ah Imamiyyah?

Saudaraku! Nama-nama semacam ini dapat anda temukan dengan mudah pada masyarakat Syi’ah, baik di zaman dahulu atau sekarang. Berikut beberapa nama tokoh Syi’ah yang serupa dengan itu:

Abdul Husain bin Ali wafat tahun 1286 H, ia adalah seorang tokoh terkemuka agama syi’ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan Syeikhul ‘Iraqain (Syeikh kedua Iraq/ Iraq & Iran).
Abdul Husain Al Aminy At Tabrizi 1390 H, penulis buku Al Ghadir.
Abdul Husain Syarafuddin Al Musawy Al ‘Aamily 1377 H, penulis buku Abu Hurairah, kitab Kalimatun Haula Ar Riwayah, Kitab An Nash wa Al Ijtihaad, Al Muraja’aat
Abdul Husain bin Al Qashim bin Sholeh Al Hilly wafat tahun 1375 H.
Abduz Zahra’ (Hamba Az Zahra’/Fatimah) Al Husainy, penulis kitab: Mashaadiru Nahjil Balaaghah wa Asaaniduhu.

Lebih mengherankan, pada buku yang sama, hal: 104, Prof Dr. Muhammad Quraish Shihab menukilkan ucapan Khumeini berikut:

إن للإمام مقاما محمودا ودرجة سامية وخلافة تكوينية، تخضع لولايتها وسيطرتها جميع ذرات هذا الكون. وإن من ضروريات مذهبنا: أن لأئمتنا مقاما لا يبلغه ملك مقرب ولا نبي مرسل.

“Sesungguhnya imam memiliki kedudukan yang terpuji serta tingkat yang tinggi serta kekhilafahan terhadap alam yang tunduk kepada kekuasaannya (kekhilafahan itu) semua atom (butir-butir) alam raya. Sesungguhnya merupakan bagian dari pemahaman aksioma mazhab kami adalah bahwa imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak dicapai oleh malaikat yang didekatkan (Allah ke sisi-Nya) tidak juga oleh nabi yang di utus (Allah).”

Ingin sekali rasanya bertanya epada Prof Dr. Qurish Shihab: Adakah idiologi yang lebih ekstrim dibanding idiologi yang diucapkan oleh tokoh revolusioner sekter Syi’ah Imamiyah ini? Bila ini adalah sikap dan keyakinan tokoh terkemuka, lalu bagaimana sikap rakyat dan masyarakat awam mereka?

D. Publikasi buku-buku yang menghujat para sahabat.

Beberapa waktu silam, Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan penerbit Dian Rakyat menerbitkan sebuah buku dalam edisi Indonesia, yang berjudul: “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin” , karya Faraj Fouda (Judul aslinya: al-Haqiqah al-Ghaybah).

Dari judulnya, bisa ditebak, buku ini mengangkat apa yang oleh penulis disebut sebagai sisi kelam dari sejarah Islam.

Saudaraku! Tahukan, apa yang dimaksud dengan sisi kelam dari sejarah Islam? Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan ialah zaman Khulafaurrasyidin. Zaman yang menurut umat islam sebagai masa keemasan, ternyata oleh Fouda dianggap sebaliknya. Menurutnya, zaman itu tidak layak disebut sebagai masa keemasan umat Islam, tapi “zaman biasa”. “Tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Malah, ada banyak jejak memalukan.” ([9])

Pada buku ini, Faraj Fouda nyata-nyata melecehkan sayyidina Utsman bin Affan Radhiallahu ‘Anhu, khalifah ketiga dan sekaligus menantu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , bukan hanya sekali bahkan dua kali.

Berikut contoh dari ucapan Fouda yang begitu biadab tentang sahabat Utsman:

”Namun Usman membawa umat Islam ke dalam polemik tentang sosok dirinya. Para pemimpin di dalam Ahl al-Hall wa al-’Aqdi membuat konsensus untuk melarikan diri dari kepemimpinannya, baik lewat cara pemecatan menurut kalangan ahli pikirnya, maupun kekerasan menurut kalangan garis kerasnya. Wibawanya terguncang di mata rakyat, sampai sebagian masyarakatnya menghunus pedang yang siap mencincangnya dan menohoknya ketika berada di atas mimbar. Bahkan sebagian menghinanya dengan sebutan Na’tsal, sebutan untuk orang Kristen Madinah bernama Na’tsal yang kebetulan berjenggot lebat seperti Usman. Para pemuka sahabat pun menentangnya, ini adalah sesuatu yang sangat terang benderang menunjukkan bahwa ia keluar dari ketentuan al-Quran dan Sunnah. Karena itu, muncul seruan secara terang-terangan untuk membunuhnya. Hadits Aisyah meriwayatkan: “Bunuhlah Na`tsal, dan terlaknatlah Na`tsal.” ([10])

Selanjutnya, untuk lebih mempertajam citra buruk Usman Radhiallahu ‘Anhu Fouda menulis secara dramatis kisah kematian Usman dan pemakamannya:

”Ia terbunuh oleh tangan umat Islam sendiri yang bersepakat memberontak dan mengepung rumahnya. Dan anda dapat saja membayangkan bahwa kematian Usman telah melegakan hati sebagian umat Islam. Bahkan, permusuhan sebagian umat Islam atas dirinya berlangsung setelah kematiannya….” ([11])

Walau demikian adanya, buku ini mendapat apresiasi yang begitu istimewa dari Prof. Dr. Syafi`i Maarif, yang dikenal sebagai Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY). Berikut sebagian dari komentar beliau tentang buku ini : ”Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan ”kacamata” lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam ”kacamata” Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif”.

Sanjungan beliau di atas dimuat pada sampul belakang buku ini. ([12])

Mengherankan bukan? Seorang yang bergelar Prof. Dr. di bidang filsafat sejarah, dapat berhati dingin membaca hujatan kepada sahabat Utsman bin Affan, dan bahkan memuji pelakunya.

4. Sandiwara Iran “bermusuhan” Dengan Israel & Amerika.

Diantara metode yang ditempuh oleh para penggiat agama Syi’ah ialah dengan memanfaatkan sandiwara yang berjudul : Iran “bermusuhan” dengan Negara Yahudi Israel dan Amerika.

Isu ini sangat efektif untuk menarik simpati umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Sampai-sampai terkesan bahwa negara Iran yang nota bene adalah penganut agama Syi’ah adalah satu-satunya negara pembela kepentingan umat Islam di zaman sekarang.

Karenanya tatkala Indonesia yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB turut menyetujui resolusi no: 1747 yang hanya berisikan kecaman terhadap Iran atas kegiatannya pengayaan uranium. Betapa solidaritas umat Islam di Indonesia begitu besar kepada Presiden SBY, sampai-sampai DPR mengajukan hak interpelasi.

Dengan adanya kejadian semacam ini, menjadikan masyarakat kurang peka terhadap berbagai trik para penggiat agama Syi’ah bahkan menjadi lebih terbuka untuk menerima berbagai kenylenehan ajaran mereka.

Saudaraku, agar anda menjadi tahu apa sebenarnya isu “permusuhan” dengan bangsa Yahudi, saya mengajak saudara untuk merenungkan beberapa fakta berikut:

A- Iran adalah negara yang memiliki komunitas yahudi terbesar setelah Israel. Menurut sumber resmi pemerintah Iran, jumlah pemeluk agama Yahudi di Iran berkisar antara 25- 30 ribu penduduk. Bahkan di kota Teheran didapatkan lebih dari 10 Synagogue (tempat ibadah umat Yahudi). Akan tetapi, masjid-masjid Ahlussunnah tidak satupun yang mereka biarkan berdiri tegak di sana. Bukan sekedar itu saja, orang-orang Yahudi diberi ruang yang begitu istimewa, yaitu dengan diberikan kesempatan untuk memiliki perwakilan di parlemen. Sebagaimana umat Yahudi di Iran memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan para penganut agama Syi’ah. Suatu hal yang tidak mungkin dirasakan oleh komunitas ahlussunnah. Bahkan komunitas Yahudi Iran hingga saat ini bebas untuk berkunjung ke karib-kerabat mereka di Israel, tanpa ada gangguan sedikitpun, baik dari pemerintah Iran atau penduduk setempat.([13])

B- Adanya hubungan perdagangan antara Iran dan Israel. Sejak zaman Syah Vahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Israel. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syi’ah yang dipimpin oleh Khumaini. Pada tahun 1982 M, Israel menjual persenjataan yang berhasil mereka rampas dari para pejuang Palestina di Lebanon dengan harga 100 juta dolar Amerika. ([14])

Bahkan pada tahun 1980 s/d1985, Israel merupakan negara pemasok senjata terbesar ke Iran. ([15])

Sandiwara “permusuhan” Iran dan Israel mulai terbongkar, ketika pesawat kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Israel ke Iran tersesat, sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan Iran membeli persenjataan dari Israel seharga 150 juta Dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.([16])

C- Perdagangan antara kedua negara (Iran & Israel) hingga kini juga terus berkelanjutan. Sebagai salah satu buktinya, harian Palpress News Agency (وكالة فلسطين برس للأنباء) edisi 25/04/2009 melaporkan bahwa di kota Teheran, telah dipasarkan buah-buahan yang diinpor dari Israel.

D- Bila anda mengikuti berita internasional, anda pasti pernah membaca pemberitaan bahwa pada hari Selasa 12/1/2010 ahli nuklir Iran yang bernama Masoud Ali-Mohammadi yang berdomisili di kota Teheran ibu Kota Iran mati di dekat rumahnya akibat serangan bom. Dan Kementerian Luar Negeri Iran langsung menuduh kaki tangan AS dan Israel di balik serangan bom itu.

Aneh bukan? Iran telah memiliki bukti bahwa Israel dan Amerika telah mengadakan sernagan di Teheran dan telah menewaskan ahli nuklirnya. Walau demikian, tidak ada reaksi pemerintah Iran dan para penganut Syi’ah tetap berdarah dingin dan tidak satupun tentara Iran yang dikirim untuk membalas serangan tersebut.
5. Jaringan Kantor Berita IRIB, Mass Media Lokal, Situs dan Penerbit.

Diantara metode yang digunakan para penggiat agama Syia’ah ialah memanfaatkan keberadaan IRIB (radio Iran sesi bahasa Indonesia), beberapa mass media, penerbi dan situs di jaringan internet yang memiliki loyal terhadap agama Syi’ah.

Diantara yang terbaru ialah masuknya televisi Al Manar milik Hizbullah-Lebanon.

Diketahui bersama bahwa Indosat telah menyewakan transponder Satelit Palapa C selama tiga tahun dari April 2008 sampai April 2011 M kepada TV Al Manar. Dengan kerjasama ini, televisi Al Manar dapat menjangkau berbagai negara di Asia Tenggara, Cina, Taiwan sampai ke Australia.

Sudah bisa di tebak, bahwa televisi Al Manar ini pasti berperan sebagai pencair kebekuan dan kekakuan sikap umat Islam di Indonesia terhadap Syi’ah yang merupakan idiologi Hizbullah pemilik stasiun ini.

Adapun mass media lokal, penerbit buku, dan berbagai yayasan yang menjajakan paham Syi’ah mulai banyak bertebaran, dan biasanya mereka menggunakan nama ahlul bait, atau salah satu tokoh mereka sebagai nama yayasan atau penerbit mereka.

Artikel www.salafiyunpad.wordpress.com
Disalin dari www.gensyiah.com

[1] ) Sebagaimana yang dilakukan oleh Ahmad Baso, salah seorang staf PBNU. Majalah SYIAR edisi Muharram 1428 H.
[2] ) Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, pada makalahnya yang berjudul: Sunnah-Syi’ah di Indonesia: Perspektif Ilmu Hadits
[3] ) Sumber: www.hidayatullah.com
[4] ) Sumber http://www.antara.co.id/view/?i=1230902078&c=EKB&s
[5] ) Babak Kedua Sengketa Gus Dur – Abu Hasan, oleh Ulil Abshar Abdallah, Tempo Interaktif, Selasa, 26 Maret 1996 | 09:36 WIB
[6] ) Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1101.
[7] ) Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan: Mungkinkah? Hal: 70 & 83
[8] ) Sebacai contoh, silahkan buka buku : Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan: Mungkinkah?, hal: 58, 123 &124.
[9] ) Kebenaran yang Hilang, hal.xv.
[10] ) Kebenaran yang Hilang, hal. 25.
[11] ) Idem.
[12]) Sumber: Memuja Fouda, Menfitnah Sahabat, oleh Asep Sobari, Lc, http://www.darulkautsar.net/article.php?ArticleID=879
[13] ) Roger Cohen of The International Herald Tribune, 22 Februari 1999 M.
[14] ) Sumber:
(الحرب المشتركة: إيران وإسرائيل) حسين علي هاشمي ص 35. والقبس الكويتية 4/12/1986، مجلة أكتوبر المصرية في عددها آب1982، مجلة ميدل إيست البريطانية في عددها تشرين الثاني 1982.
[15] ) Sumber :
( الحرب المشتركة إيران وإسرائيل) حسين علي هاشمي ص 35
[16] ) Sumber :
( الحرب المشتركة إيران وإسرائيل ( حسين علي هاشمي ص 23، والمجلة السويدية TT في 18 آذار 1984.

AL-FIRQAH AN-NAJIYAH (Jalan Golongan Yang Selamat)

semoga bermanfaat

Blog Archive