Follow us on:
Dari Rusaknya Khawarij, Fitnah Wanita, Hingga Terbunuhnya ‘Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu ‘anhu


Materi Kisah, Tarikh & Sejarah

Tiga orang dari kelompok khawarij diutus. Mereka adalah ‘Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi yang berasal dari suku Himyar namun ia dianggap penduduk Bani Murad dan merupakan halif Bani Jabalah dari Kandah. Yang kedua adalah Al-Bark bin ‘Abdillah At-Tamimi dan yang ketiga adalah ‘Amru bin Bakir At-Tamimi. Mereka berkumpul di Mekkah, saling berjanji dan bertekad akan membunuh tiga orang yaitu ‘Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan ‘Amru bin Al-’Ash serta menghabisi nyawa para sahabat yang ahli ibadah di antara mereka.

‘Aburrahman bin Muljam berkata, ”Aku yang akan membunuh ‘Ali bin Abi Thalib.”

Al-Bark berkata, “Aku yang akan membunuh Mu’awiyah.”

Dan ‘Amru bin Bakir berkata, “Aku yang akan membunuh ‘Amru bin Al-’Ash.”

Mereka pun berikrar mengikat perjanjian unutuk tidak mundur dari niat semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Setelah itu mereka pun menentukan saatnya yaitu pada malam 17 Ramadhan. Lalu masing-masing dari mereka berangkat menuju kota tempat target mereka berada. ‘Abdurrahman bin Muljam menuju Kufah lalu bertemu dengan beberapa orang sahabatnya dari kalangan khawarij. Namun ia merahasiakan rencananya kepada mereka. Seperti biasa ia mengunjungi mereka dan mereka mengunjunginya.

Pada suatu hari ia mengunjungi beberapa orang laki-laki dari suku Taim Ar-Rabab. Diantara mereka ia melihat seorang wanita bernama Qatham binti Syijnah bin ‘Adi. Ia menyaksikan ayah dan saudara laki-lakinya terbunuh pada peperangan Nahrawan. Wanita ini membuatnya mabuk kepayang sehingga ia ingin meminangnya.

Qatham berkata, “Aku tidak mau menikah denganmu hingga engkau mengabulkan permintaanku.”

Ibnu Muljam berkata, “Tidaklah engkau meminta sesuatu kepadaku melainkan aku pasti memberikannya kepadamu.”

Qatham berkata, “Maharnya tiga ribu Dirham dan membunuh ‘Ali bin Abi Thalib.”
Ibnu Muljam berkata, “Demi Alloh, tidak ada yang membawaku ke kota ini kecuali keinginan untuk membunuh ‘Ali bin Abi Thalib. Berarti aku telah memberikan kepadamu apa yang engkau minta tadi.”

‘Abdurrahman bin Muljam menemui Syabib bin Bajarah Al-Asyja’i untuk memberitahukan rencananya dan mengajaknya ikut bersamanya, dan ternyata Syabib mau ikut bersamanya. Malam itu dia bermalam di sana sebelum esoknya membunuh ‘Ali. Pagi harinya ia berbicara dengan berbisik kepada Al-Asy’ats bin QaisAl-Kindi di masjidnya hingga matahari hampir terbit.

Al-Asy’ats berkata kepadanya, ”Semoga pagi ini membongkar kejelekanmu! Enyahlah dari hadapanku!”

‘Abdurrahman bin Muljam dan Syabib bin Bajarah bangkit lalu mengambil kedua pedang mereka. Kemudian mereka berangkat hingga duduk menghadap pintu yang biasanya dilalui ‘Ali untuk keluar.

Al-Hasan bin ‘Ali menyebutkan, “Aku mendatangi ayahku waktu sahur lalu duduk di sebelahnya.

Beliau berkata, ”Sesungguhnya tadi malam aku sudah berniat akan membangunkan keluargaku namun aku tidak sanggup menahan kantuk padahal aku sudah duduk. Tiba-tiba Rosululloh Shollallohu ‘alayhi wa ‘ala aalihi wa sallam menjelma dalam mimpiku.

Aku berkata, “Ya Rosululloh! Apa yang harus aku lakukan bila menemui kebengkokan dan permusuhan di kalangan umatmu?”

Beliau berkata kepadaku, “Do’akanlah mereka dengan keburukan!” Maka aku pun berdo’a, “Ya Alloh, melalui mereka berilah aku ganti yang lebih baik untukku dari mereka! Dan berilah mereka ganti yang lebih buruk dariku!”

Saat kami dalam keadaan demikian tiba-tiba Ibnu An-Nibaj sang muadzin masuk.

Ia berkata, “Sholat!” Aku langsung memegang tangan beliau. Beliau bangkit lalu berjalan (menuju pintu). Ibnu An-Nibaj berjalan di depannya sedangkan aku berjalan di belakangnya.

Ketika keluar dari pintu beliau berseru, “Wahai kaum muslimin. Sholat! Sholat!” Begitulah yang biasanya beliau lakukan setiap harinya ditemani anaknya membangunkan orang untuk sholat. Tiba-tiba dua orang berdiri di hadapan beliau.
Beberapa saksi mata mengatakan, “Aku melihat kilatan pedang dan mendengar seseorang berkata, “Hukum hanya milik Alloh bukan milikmu, wahai ‘Ali!”

Kemudian aku melihat pedang kedua sehingga kedua pedang itu menebas sekaligus. Tebasan pedang ‘Abdurrohman bin Muljam mengenai dahi sampai ke gelung rambut dan mengenai otaknya. Sedangkan tebasan pedang Syabib mengenai bajunya.

Aku mendengar ‘Ali berteriak, “Tangkap orang itu!”

Orang-orang pun mengepung Ibnu Muljam dan Syabib dari segala penjuru. Syabib berhasil kabur sedangkan Ibnu Muljam berhasil diringkus lalu dibawa ke hadapan ‘Ali.

‘Ali berkata, “Beri ia makanan dan pembaringan yang baik! Jika aku hidup maka aku yang lebih berhak terhadap darahnya. Apakah memaafkannya atau mengqishosnya. Namun apabila aku mati, maka kalian bunuhlah dia agar aku bisa menuntutnya di sisi Robbul ‘Alamin!”

Ummu Kaltsum binti ‘Ali berkata, “Wahai musuh Alloh, engkau telah membunuh Amirul Mukminin!”,

“Aku membunuh ayahmu! (tidak mengakui ‘Ali sebagai Amirul Mukminin -pent)” balas Ibnu Muljam.

Ummu Kaltsum berkata, “Demi Alloh, aku benar-benar berharap Amirul Mukminin tidak mengalami luka parah.”

Ibnu Muljam berkata, “Kalau begitu mengapa engkau menangis?” Kemudian ia kembali berkata, “Demi Alloh, aku telah membubuhkan racun ke pedangku.”

Al-Hasan berkata, “’Ali masih bisa bertahan hari jum’at dan malam sabtu, dan menghembuskan nafas terakhirnya pada malam Ahad 18 Romadhontahun 40 Hijriyah. Yang memandikan jenazahnya adalah Al-Hasan, Al-Husein, dan ‘Abdulloh bin Ja’far. Beliau dikafani tiga lapis tanpa gamis.”

Adapun Al-Bakr bin ‘Abdillah, pada malam ‘Ali diserang, ia sedang duduk menunggu Mu’awiyah. Ketika ia keluar hendak mengerjakan sholat Shubuh Al-Bark menyerangnya dengan pedangnya namun mengenai bagian dubur Mu’awiyah. Ia berhasil diringkus lalu berkata,

“Aku punya informasi yang bisa membuatmu senang. Jika aku sampaikan kepadamu maka akan membebaskan aku.”

Mu’awiyah berkata, “Baiklah!” Al-Bark berkata, “Sesungguhnya saudaraku membunuh ‘Ali malam ini juga.”

Mu’awiyah, ”Mungkin saja ia tidak bisa membunuhnya.”

Al-Bark menanggapi, “Bisa saja. Karena biasanya ‘Ali kalau keluar (hendak mengerjakan sholat Shubuh -pent) tidak dikawal.”

Mendengar ucapannya Mu’awiyah langsung memerintahkan supaya lelaki ini dibunuh.Setelah itu ia mengutus seseorang untuk menjemput As-Sa’di yang merupakan seorang dokter. Sesampainya di tempat Mu’awiyah, As-Sa’di melihat lukanya dan berkata,

“Silahkan pilih dua alternatif, aku panaskan besi lalu menyundutkannya di luka bekas tebasan pedang atau aku beri ramuan minuman yang membuatmu tidak bisa mendapatkan anak lagi namun engkau bisa sembuh. Sebab luka tebasannya beracun.”
Mu’awiyah berkata, “Kalau disundut api aku tidak tahan. Adapun jika aku tidak punya anak lagi maka aku sudah memiliki Yazid dan ‘Abdulloh yang menyenangkan hatiku.”

Akhirnya Mu’awiyah meminum ramuan itu dan sembuh. Dan selamanya ia tidak bisa memiliki anak. Saat itu juga Mu’awiyah memerintahkan pengepungan, jaga malam serta seorang polisi untuk menjaga kepalanya ketika ia sujud.

Sedangkan’Amru bin Bakir, malam itu juga duduk menunggu ‘Amru bin Al-’Ash namun ia tidak keluar karena sedang sakit perut. Ia menyuruh Khorijah bin Hudzafah pengawal pribadinya yang berasal dari Bani ‘Amir bin Lu’ay untuk memimpin sholat. Segera saja ‘Amru bin Bakir menyerang Khorijah yang dianggapnya ‘Amru bin Al-’Ash. Ia menebasnya dan berhasil menghabisi nyawanya. Lalu orang-orang meringkusnya dan selanjutnya dibawa ke hadapan ‘Amru bin Al-’Ash. Mereka mengucapkan salam terlebih dahulu kepadanya di istananya.

‘Amru bin Bakir bertanya, “Siapa orang ini?”

Mereka menjawab, “’Amru bin Al-’Ash.”

“Lantas siapa yang aku bunuh tadi?” tanyanya lagi.

Mereka menjawab, “Khorijah bin Hudzafah.” ‘Amru bin Bakir berkata, “Demi Alloh, wahai orang yang fasiq! Aku kira orang itu adalah engkau.”

‘Amru bin Al-’Ash berkata, “Engkau menginginkan aku sedangkan Alloh menginginkan Khorijah.” ‘Amru membawanya ke depan lalu membunuhnya.”

Demikianlah konspirasi seburuk-buruk makhluq, kaum khowarij berhasil merusak kehidupan kaum muslimin dengan membunuh Amirul Mukminin yang memulai segmen baru mengenai perselisihan yang mencuat seputar masalah khilafah.

{Hadits laa ba’sa bihi dengan seluruh jalur periwayatannya. Diriwayatkan oleh Ath-Thobari (V/143) melalui jalur Musa bin ‘Abdirrohman Al-Masruqi dari ‘Utsman bin ‘Abdirrohman Al-Harroni dari Isma’il bin Rosyid. Para perowinya laa ba’sa bihim hanya saja statusnya mursal. Melalui jalur ini Ath-Thobroni meriwayatkannya (168) dalam Al-Kabiir. Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’ (IX/145), “Riwayat ini mursal dan sanadnya hasan.}

[Sumber: Diketik ulang dari buku “Terputusnya Ilmu Para Ulama” Syaikh Majdi Fathi As-Sayyid, penerbit At-Tibyan, halaman 85-90.]

Add Facebook: http://www.facebook.com/MenjadiMuslimBertaqwa

by Abu 'Abdillah Huda

posted : Tarikh ISLAM

source

"Ushul Tsalatsah"






بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

Berikut ini, saya salin ulang sebuah kitab aqidah ahlussunnah wa jama'ah. Semoga dapat bermanfaat bagi saudara-saudaraku sekalian. Adapun segala kekurangan seperti kurangnya pemakaian font-font alQuran (arabic), saya minta maaf. Hal ini berhubung keterbatasan waktu dan fasilitas yang ada. Wallahu a'lamu bishshowab.


Kitab      : Ushul Tsalatsah (Mengenal Allah, Mengenal Rasul dan Dinul Islam)
Karya      : Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
Penerbit   : Waqaf As Salam Al Khairi, Riyadh, 1421 H


Ketahuilah , semoga Allah merahmati anda, sesungguhnya kita wajib mempelajari empat perkara, yaitu :

1.   Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.
2.   Beramal berdasarkan ilmu.
3.   Menda’wahkan ilmu tersebut dan mengajak orang untuk mengamalkannya.
4.   Bersabar terhadap gangguan dalam menuntut ilmu, beramal dan berda’wah.

Dalil pernyataan di atas adalah firman Allah ta’ala :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal kebajikan, saling nasihat dan menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3)

Imam Syafi’i (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i Al Hasyimi al Quroisy. Beliau lahir di Ghaza tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H) rahimahullah ta’ala berkata : Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah kepada hamba-Nya kecuali surat ini, niscaya surat ini sudah cukup bagi mereka.(Maksudnya adalah surat ini sudah cukup untuk mendorong orang agar komitmen dengan Islam yaitu dengan beriman, beramal shalih, berdakwah dan bersabar dalam melakukan itu semua. Lihat Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Al Utsaimin hlm.24)

Imam Bukhori (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al Bukhori. Beliau dilahirkan di kota Bukhara pada tahun 194 H rahimahullah ta’ala (dalam kitab shohihnya,-pent) membuat bab tersendiri dengan judul “Wajib Berilmu Sebelum Berucap dan Berbuat.” Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :

 “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan memintalah ampun atas dosamu.”(QS. Muhammad : 19)

Beliau memulai dengan berilmu lebih dahulu sebelum berucap dan melakukan perbuatan.

Ketahuilah,-semoga Allah merahmatimu- sesungguhnya setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajari tiga perkara berikut dan beramal berdasarkan ketiga hal tersebut.

1.   Sesungguhnya Allah telah menciptakan  dan memberi rezeki kepada kita. Dia tidak membiarkan kita begitu saja, akan tetapi Dia mengutus seorang rasul untuk kita. Barang siapa menaati rasul tersebut maka dia akan masuk surga. Barangsiapa yang menentangnya, maka dia akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian (orang-orang Makkah) yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami juga telah mengutus rasul kepada Fir’aun. Fir’aun menentang rasul tersebut, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”(QS. Muzammil : 15-16)

2.   Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan dengan sesuatu selain-Nya ketika seseorang beribadah kepada-Nya, meskipun yang dipersekutukan dengan-Nya tersebut adalah malaikat yang dekat dengan Allah maupun rasul yang diutus-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :

“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah keputusan Allah, maka janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin:18)

3.   Sesungguhnya orang yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah tidak memiliki loyalitas kepada orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun orang-orang itu adalah kerabatnya yang paling dekat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Engkau tidak akan mendapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun mereka itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara atau keluarga mereka sendiri. Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan memperkuat mereka dengan ruh yang berasal dari-Nya. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya ada sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha dengan mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Mereka itu adalah golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.”(QS. Al Mujadalah:22)

   Ketahuilah,-semoga Allah memberi keteguhan kepadamu untuk melakukan ketaatan- sesungguhnya hanifiyah, agama Nabi Ibrahim, adalah agama yang menyeru manusia agar beribahadah kepada Allah semata. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan Allah menciptakan mereka untuk tujuan tersebut.

Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:

   “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz Dzariyat: 56)

   Makna beribadah kepada-Ku dalam ayat di atas adalah mentauhidkan-Ku. Perintah Allah yang paling agung adalah perintah untuk bertauhid. Bertauhid adalah menyerahkan peribadahan hanya kepada Allah. Larangan Allah yang paling berbahaya adalah larangan melakukan perbuatan syirik. Syirik adalah beribadah kepada selain Allah di samping (beribadah) kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”(QS. An Nisa’: 36)


Tiga Landasan Utama

Kalau engaku ditanya , “Sebutkanlah tiga landasan yang wajib diketahui oleh orang?” jawablah, “Mengenal Rabb, agama, dan Nabi-Nya yaitu Muhammad saw.”


Landasan Pertama

Mengenal Rabb

Kalau engkau ditanya, “Siapakah Rabb kamu?” Jawablah,”Rabbku adalah Allah yang telah menciptakanku dan seluruh ala mini dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia adalah sesembahanku. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk kusembah selain Dia. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Segala puji bagi Allah Rabb segenap alam.”(QS. Al Fatihah:2)

Kalau engkau ditanya,”Dengan apakah engkau bias mengetahui Rabbmu?” Jawablah,”Dengan tanda-tanda kekuasaan (ayat-ayat)-Nya adalah adanya malam, siang, matahari dan bulan. Di antara makhluk-makhluk-Nya adalah tujuh langit, tujuh bumi, segala yang berada di dalamnya dan segala yang berada di antaranya. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:
“Sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah adanya malam,siang,matahari dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan bulan. Bersujudlah kepada Allah yang telah menciptakannya kalau kalian (benar-benar) hanya menyembah keada-Nya.” (QS.Fushilat:37)

Allah ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam tempo enam masa. Dia lantas bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Allah juga menciptakan) matahari, bulan dan bintang. Masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah itu hanya hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raf: 54)

Rabb adalah Dzat yang berhak untuk disembah. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:

“Wahai manusia, sembahlah rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Allah telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap bagi kalian. Dia menurunkan hujan dari langit. Dan dengan hujan itu, Allah mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Janganlah kalian menjadikan tandingan untuk Allah padahal kalian mengtahuinya.”(QS. Al Baqoroh: 21-22)

Ibnu Katsir (Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar Al Quraisyi AD Dimasqi Al Hafizh. Beliau adalah salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau wafat pada tahun 774 H) rahimahullah mengatakan, “Pencipta segala yang ada ini adalah Dzat yang berhak untuk diibadahi.”

Macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara lain: Islam, iman, ihsan, do’a:

Do’a ada dua macam: do’a permintaan dan do’a ibadah.
Doa permintaan adalah doa yang dipanjatkan seseorang agar terpenuhi hajat kebutuhannya.
Do’a ibadah adalah doa yang dipanjatkan seseorang untuk mencari pahala di sisi Allah dan agar selamat dari siksa-Nya,

khauf(Reaksi yang muncul akibat ras khawatir akan terjadinya sesuatu yang membahayakan),
raja’(Keinginan seseorang terhadap  sesutau yang mungkin diperoleh dalam waktu dekat atau jauh akan tetapi diposisikan sebagai sesuatu yang bias diperoleh dalam waktu dekat),
tawakal(Menyandarkan hati kepada Allah dalam mencari kemanfaatan dan menolak marabahaya dengan tetap mencari sebab-sebabnya yang dibenarkan oleh syariat),
raghbah(Berkeinginan untuk memperoleh sesuatu yang disenangi),
rahbah(Rasa takut yang mengakibatkan lari dari sesuatu yang ditakuti),
khusyuk(Merasa dan hina dengan keagungan Allah),
khasyyah(Rasa takut yang dilandasi dengan pengetahuan terhadap keagungan dan kebesaran sesuatu yang ditakuti), inabah(Kembali kepada Allah dengan dilandasi dengan melakukan ketaatan dan tidak berbuat kedurhakaan kepada-Nya), isti’anah(Meminta pertolongan),
isti’adzah(Meminta perlindungan sebelum ditimpa musibah),
itighosah(meminta perlindungan sesudah ditimpa musibah),
menyembelih hewan kurban,
nadzar dan amal ibadah lainnya yang diperintahkan Allah ta’la.

Semua ibadah itu adalah hak Allah.

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Oleh karena itu, janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin: 18)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah itu walaupun sedikit saja kepada selain Allah maka dia adalah orang musyrik dan kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Barangsiapa yang menyembah sesembahan lain di samping (menyembah) Allah padahal tidak ada keterangan tentang sesembahan itu maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al Mukminun: 117)

Dalam sebuah hadits dikatakan:

“Do’a adalah inti sari ibadah.”(Hadits ini adalah lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi. Lihat footnote hadits ini dalam kitab Taisir Wushul ila Nailil Ma’mul bi Syarh Tsalatsatil Ushul buah karya Nu’man bin Abdil Karim Al Watr)

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Rabb kalian berkata,’Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kukabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Ku akan masuk jahanam dalam keadaan terhina.’”(QS. Ghafir: 60)

Dalil tentang khauf adalah firman Allah ta’ala:

“Janganlah kalian takut kepada mereka, takutlah kepada-Ku kalau kalian (benar-benar) beriman.” (QS. Ali Imran: 175)       

Dalil tentang raja’ adalah firman Allah ta’ala:

“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya, hendaknya bermal shalih dan tidak menyekutukan Allah dengan seorang pun.” (QS. Al Kahfi: 110)

Dalil tentang tawakal adalah firman Allah ta’ala:

“Dan bertawakallah kepada Allah jika kalian (benar-benar) beriman.”(QS.Al Maidah: 23)

Allah berfirman:

“Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka dia akan mencukupi (keperluannya).”(QS. Ath Thalaq: 3)

Dalil tentang raghbah, rahbah dan khusyuk adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera untuk melakukan kebaikan dan menyembah Kami dengan dilandasi rasa harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al Anbiya: 90)

Dalil tentang khasyyah adalah firman Allah ta’ala:

“Janganlah kalian takut kepada mereka akan tetapi takutlah kepada-Ku.”(QS. Al Baqarah: 150)

Dalil tentang inabah adalah firman Allah ta’ala:

“Dan kembalilah kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.”(QS. Az Zumar: 54)

Dalil tentang isti’anah adalah firman Allah ta’ala:

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”(QS. Al Fatihah: 5)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

“Jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”(HR. Ahmad & Tirmidzi)

Dalil tentang isti’adzah adalah firman Allah ta’ala:

“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai shubuh.”(QS. Al Falaq: 1)

Allah berfirman:

“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb manusia.’”(QS. An Naas: 1)

Dalil tentang istighatsah adalah firman Allah ta’ala:

“Jika kalian memohon bantuan kepada Rabb kalian niscaya Dia akan menabulkannya.” (QS. Al Anfaal: 9)

Dalil tentang menyembelih kurban adalah firman Allah ta’ala;

“Katakanlah,’Sesungguhnya shalatku, hewan sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Rabb segenap alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.’”(QS. Al An’am: 162-163)

Dalil dari hadits Nabi adalah:

“Allah melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Allah.”(HR. Muslim)

Dalil tentang nadzar adalah firman Allah ta’ala:

“Mereka memenuhi nadzar-nadzar mereka dan takut dengan suatu hari yang siksanya merata ke mana-mana.”(QS. Al Insan:7)


Landasan Kedua

Mengenal Agama Islam dengan Dalil-dalilnya

Islam artinya adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menjalankan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun-rukun.

Tingkatan Pertama : Islam

   Rukun Islam ada lima, yaitu: bersyahadat laa ilaha illallah muhammad rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah.

   Dalil syahadat adalah firman Allah ta’ala:

   “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dia, Yang menegakkan keadilan . Para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu (juga mengatakan yang demikian itu). Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Yang maha Perkas lagi Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18)

   Makna kalimat laa ilaha illallah adalah tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah. Kalimat laa ilaha artinya meniadakan seluruh sesembahan selain Allah.  Kalimat illallah artinya menetapkan peribadatan hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya sebagaimana juga tidak ada sekutu bagi Allah dalam kekuasaan-Nya.

   Tafsir kalimat laa ilaha illallah diperjelasa dengan firman Allah ta’ala:

   “Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,’Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah.(Aku hanya menyembah) Dzat yang telah menciptakanku. Sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepada-Ku. Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya. Mudah-mudahan mereka kembali kepada kalimat tauhid tersebut.’”(QS.Az Zukhruf: 26-28)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Katakanlah, hai ahli kitab, kemarilah kepada kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu: Janganlah kita menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah. Kalau mereka berpaling, maka katakanlah: Persaksikanlah bahwa kami adalah orang yang berserah diri.”(QS. Al Imran: 64)

   Dalil tentang syahadat muhammad rasulullah adalah firman Allah ta’ala:

   “Sungguh telah dating seorang rasul kepada kalian dari kaum kalian sendiri. Dia merasakan berat penderitaan kalian, sangat menginginkan kalian (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(QS. At Taubah: 128)

   Makna syahadat muhammad rasulullah adalah menaati perintahnya, membenarkan kabar yang dibawanya, menjauhi segala yang dilarng dan dicegahnya dan tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan tuntunan beliau.

   Dalil tentang shalat, zakat dan tfsir tauhid adalah firman Allah:

   “Tidaklah mereka diperintahkan kepada Allah dengan menyerahkan ibadah hanya kepada-Nya dengan lurus, menegakkan shalat dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

Dalil tentang puasa adalah firman Allah ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk mengerjakan shoum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

   Dalil tentang haji adalah firman Allah ta’ala:

   “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)

Tingkatan kedua: Iman

   Iman memiliki tujuh puluhan cabang. Cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan laa ilaha illallah. Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah salah satu cabang dalam iman.
   Rukun iman ada enam: beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk.

   Dalil tentang keenam rukun di atas adalah firman Allah ta’ala:

   “Bukanlah menghadapkan wajah kalian kea rah timur dan barat itu suatu kebaikan, akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)

   Dalil tentang beriman kepada akdir yang baik dan buruk adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al Qamar: 49)

Tingkatan ketiga: Ihsan

   Ihsan merupakan rukun tersendiri. Makna ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau  melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. An Nahl:128)

   Allah ta’ala berfirman:

   “(Allah) yang melihat kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.”(QS. Asy Syu’ara: 217-219)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Kalian tidak berada dalam suatu keadaan , tidak membaca suatu ayat dari Al Qur-an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya.” (QS. Yunus: 61)

   Dalil  dari hadits Nabi adalah hadits Jibril yang terkenal. Hadits itu diriwayatkan dari Umar bin Khotthob radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:

Pada suatu hari, tatkala kami duduk bersama Rasulullah saw datanglah seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan memiliki rambut yang sangat hitam. Bekas  perjalanan jauh tidak tampak pada orang tersebut, namun tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia lantas duduk di depan Nabi saw dan menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.

Lelaki itu mengatakan,”Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.” Rasulullah saw menjawab,”Islam itu adalah bersaksi Laa ilaha illallah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika mampu menempuh perjalanan ke sana.” Lelaki itu mengatakan,”Engkau benar.”

Kami terheran-heran dengan lelaki itu; dia bertanya namun dia juga yang membenarkan jawabannya. Lelaki itu kemudian berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah menjawab,”Beriman kepda Allah, malaikat, kitb-kitab, para rasul, hari akhir dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” Lelaki itu berkata,”Engkau benar.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan.” Nabi menjawab,”Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesunguhnya Allah meilhatmu.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat.” Nabi menjawab,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Lelaki itu bertanya lagi,”Kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tanda hari kiamat.” Nabi menjawab,”Bila seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang dan miskin yang menggembalakan kambing saling berlomba meninggikan bangunan.”

Umar radliyallahu 'anhu berkata,”Lelaki itu kemudian pergi dan aku pun diam sejenak. Nabi lantas berkata kepadaku,’Wahai Umar apakah engkau tahu siapa orang yang bertanya tadi?’Aku menjawab,’Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’Nabi berkata,’Lelaki itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.’”(HR. Muslim)
 
Landasan Ketiga

Mengenal Nabi Kalian, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Mutholib bin Hasyim dari suku Quraisy. Suku Quraisy itu berasal dari bangsa Arab dan bangsa Arab itu berasal dari keturunan Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as, kekasih Allah. Semoga sholawat dan salam yang paling mulia dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim as dan juga kepada Nabi kita. Beliau berumur 63 tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi dan 23 tahun setelah menjadi nabi dengan turunnya surat Al Muddatsir. Negeri tempat beliau tinggal adalah Makkah, setelah itu beliau hijrah ke Madinah.

   Allah mengutus beliau untuk membasmi kesyirikan dan mengajak (orang) untuk bertauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Agungkanlah Rabbmu dan bersikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala dan jangan kamu memberi dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Bersabarlah untuk (memenuhi perintah) Rabbmu.” (QS. Al Muddatsir: 1-7)

   Makna qum fa andzir adalah memberi peringatan terhadap bahaya syirik dan berdakwah kepada tauhid. Makna wa robbaka fakabbir adalah agungkanlah Allah dengan bertauhid. Makna wa tsiyaa baka fathohhir adalah bersihkanlah amal perbuatanmu dari syirik. Makna war rujza fahjur adalah meninggalkan berhala dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.

   Beliau memulai dakwah dengan dakwah tauhid itu selama sepuluh tahun. Setelah itu, beliau dimi’rajkan ke langit. Beliau diberi kewajiban untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu. Beliau mengerjakan shalat di Makkah selama tiga tahun. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.

    Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah hukumnya wajib bagi umat ini, yaitu dengan berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Kewajiban hijrah selalu ada sampai hari kiamat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya (kepada mereka): ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ mereka menjawab:’Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian bisa berhijrah di bumi itu?’ Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki, wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).’ (QS. An Nisa’: 97-98)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas. Oleh karena itu, sembahlah Aku saja.”(QS. Al Ankabut: 56)

   Al Baghowi rahimahullah mengatakan,” Sebab turunnya ayat di atas adalah karena adanya orang-orang Islam yang berada di Makkah yang belum berangkat hijrah. Allah lantas menyeru mereka dengan nama orang-orang beriman. Dalil hijrah dari hadits Nabi adalah:

   “Hijrah itu tidak akan terputus sampai pintu taubat tertutup. Pintu taubat tidaklah tertutup sampai matahari terbit dari barat.”(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ad Darimi)

Setelah beliau tinggal di Madinah, Allah memerintahkan (kepadanya untuk menjalankan syariat Islam yang lainnya, seperti shoum, haji, jihad, amar makruf nahi mungkar dan syariat Islam yang lainnya. Beliau menyempurnakan sisa syariat itu selama sepuluh tahun. Setelah itu , beliau meninggal dunia. Semoga shalawat serta salam Allah limpahkan kepada beliau.

   Agama beliau kekal. Dalam urusan agama, tidak ada satu kebaikan pun yang tidak beliau terangkan kepada umatnya, dan tidak ada satu kejelekan pun yang tidak diperingatkannya. Kebaikan yang beliau perintahkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Kejelekan yang beliau peringatkan adalah syirik dan segala sesuatu yang dibenci dan tidak disukai Allah. Allah mengutus beliau untuk semua manusia. Allah mewajibkan jin dan manusia untuk taat kepada beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Katakanlah,”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semua.” (QS. Al A’Raf:158)

   Allah telah menyempurnakan segala agama-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian, Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al Maidah: 3)

   Dalil bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga akan wafat adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya engkau akan mati dan mereka pun juga akan mati.” (QS. Az Zumar: 30)

   Setiap orang yang meninggal akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya pula Kami akan mengembalikan kalian serta dari bumi itu pula Kami akan mengeluarkan kalian pada hari yang lain.” (QS. Thaha: 55)

   Allah ta’ala berfirman:

   “ Allah telah menumbuhkan tanaman untuk kalian, kemudian Dia akan benar-benar mengembalikan kalian.” (QS. Nuh: 17-18)

Setelah dibangkitkan (dari kubur), manusia akan dihisab dan dibalas sesuai amal perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Agar Dia membalas orang-orang yang berbuat kejelekan sesuai dengan amal perbuatannya dan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dengan balasan yang lebih baik (surga).” (QS. An Najm: 31)
  
   Barang siapa yang mengingkari adanya hari kebangkitan maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka tidak akan pernah dibangkitkan. Katakanlah,”Tidak demikian, demi Rabbku, engkau benar-benar akan dibangkitkan dan kemudian engkau akan diberitahu amal perbuatanmu. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(QS. At Taghobun: 7)

   Allah mengutus seluruh rasul untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Mereka Kami utus sebagai rasul yang menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan agar tidak ada alasan  bagi manusia untuk membantah Allah setelah kedatangan rasul.”(QS. An Nisa’: 165)

   Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as, sedangkan rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dalil bahwa rasul yang pertama adalah Nabi Nuh alaihissalam adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya.”(QS. An Nisa’: 163)

   Allah mengutus pada setiap umat seorang rasul yaitu dari nabi Nuh alaihi salam sampai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Rasul tersebut  memerintahkan umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah dan melarang mereka beribadah  kepada thaghut. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sungguh, kami telah mengutus seorang rasul  pada setiap umat (agar menyerukan),’Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’”(QS. An Nahl: 36)

   Allah mewajibkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya untuk mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,”Thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang disembah, diikuti dan ditaati oleh seseorang sampai melampaui batas.”

   Thaghut beraneka macam, akan tetapi pembesarnya ada lima macam, yaitu: iblis, orang yang disembah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut, orang yang menyeru orang lain agar menyembah dirinya, orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara yang ghaib dan orang yang berhukum dengan selain hukum Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Tidak ada paksaan (untuk memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya jalan yang lurus telah jelas dan jalan yang sesat juga telah jelas. Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut dia beriman kepada Allah maka dia telah berpegang teguh dengan tali yang kuat.” (QS. Al Baqarah: 256)

   Ini semua adalah makna laa ilaha illallah

   Dalam hadits dinyatakan:
   “ Inti dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.”

   Hanya Allah yang mengetahui. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabat beliau.

by ust. Ibnu Arifin al Bakasiy

semoga bermanfaat

source

PEMAHAMAN BID'AH UNTUK ORANG AWAM

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah wa-asy-hadu allaa ilaaha illallaahu wah-dahu laa syariikalah wa-asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasululuh.
_______________
[Link "Kalian menganggap bahwa semua bid'ah itu dholalah (sesat), padahal kalian sendiri berbuat bid'ah, main FB, pake HP dll. : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1989428017847&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=1&theater]

[Link” Hukum Asal Dalam Semua Ibadah Adalah Haram Kecuali Ada Nash Yang Mensyariatkannya “ : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1753446238450&set=a.1802857473700.2096619.1307751853&type=1&theater]
_______________

Mari memahami Bid’ah dengan Logika (bukan berarti kita main akal atau mu'tazilah lhoo)

Kenapa saya memilih bahasan dengan logika ? alasannya adalah karena saya ingin memberikan pengetahuan “Dasar” kepada kaum muslimin, khususnya bagi yang baru saja belajar mendalami agama Islam terlebih tentang kaedah Bid’ah, Jika setelah membaca tulisan ini ikhwan/akhwat ingin mengetahui lebih dalam beserta Dalilnya Insya Allah kami bisa menyajikan dalam bentuk kajian yang lebih lengkap (e-book, audio MP3, video dan artikel pendukung lainnya).

Baiklah, saya tekankan bahwa kata “Bid’ah” itu jika Di “Indonesia” kan berarti INOVASI , untuk itu saya akan menyebut INOVASI dalam penjelasan2 di bawah ini (Supaya lebih familiar di telinga OK .. )

1. Apa itu INOVASI ?
INOVASI adalah hal baru, hal-hal yang sudah di beri penambahan dan pengurangan sehingga menjadi baru atau berubah dari kondisi sebelumnya

2. Apa yang mendasari INOVASI ini tercipta ?
Kecenderungan manusia yang selalu mengembangkan akal pikiran,ilmu pengetahuan dan rasa ketidakpuasan terhadap sesuatu yang sudah ada (Selalu merasa kurang)

3. Apa sebab INOVASI ini ada ?
Waktu yang menyebabkan INOVASI ini terus berkembang

4. Apakah INOVASI selalu baik buat manusia?
Tentu Tidak !! ada INOVASI yang baik dan bermanfaat buat sesama manusia ada juga yang INOVASI yang berakibat buruk buat manusia

5. Contoh INOVASI yang baik buat manusia ?
• Kereta kuda menjadi Mobil
• Telegram menjadi SMS
• Surat menjadi E-Mail
• Mesin Ketik menjadi Laptop
• Kurir Pesan menjadi Gelombang Radio/Signal Telephone
• Bedah pisau menjadi bedah laser
• Dan masih buaanyaaaaaak lagi hampir semua teknologi dan fasilitas yang kita pake saat ini merupakan hasil dari INOVASI dari jaman sebelumnya

6. Contoh INOVASI yang berakibat buruk buat manusia ?
• Robot yang gagal product
• Kawin silang manusia dengan hewan
• Produk yang menyebarkan radiasi
• Mesin yang menimbulkan pencemaran (polusi)
• Peralatan yang mudah meledak tanpa pengamanan khusus
• Pencampuran melamin dalam susu
• Penggunaanbahan kimia dalam jamu
• Penggunaan narkotik untuk konsumsi harian
• Dan masih banyak lagi contohnya

7. INOVASI diatas bisa dalam kehidupan sehari-hari , banyak contoh barangnya, adakah INOVASI dalam agama ?
Ada !

8. INOVASI apa contohnya ?
INOVASI dalam beribadah kepada Tuhannya

9. Ibadah kok ber-INOVASI ? apa boleh ?
Dalam Islam TIDAK BOLEH ! tapi agama lain mungkin DIBIARKAN..

10. Contoh INOVASI yang di biarkan oleh agama lain ?
Kitab injil yang keluar dengan beberapa versi pembaharuan (INOVASI )

11. Contoh INOVASI beribadah dalam islam yang dilarang ?
Semuanya dilarang dong …
• Cara sholat yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Cara puasa yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Cara berdoa yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Cara berdzikir yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Cara berwudhu yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Cara adzan yang tidak sesuai ajaran rasulullah
• Dan semua bentuk ibadah kepada Allah yang tidak sesuai ajaran rasulullah

12. INOVASI untuk ibadah kok dilarang ? kalo lebih baik kenapa tidak ?
Islam sudah sempurna bro !! kenapa ada penambahan dan pengurangan kalo Allah sendiri sudah bilang SEMPURNA !!

13. Nah itu .. Mobil,Laptop dan fasilitas INOVASI lain kok boleh di lakukan ?
Itu bukan INOVASI beribadah bro .. tapi INOVASI pada kebutuhan dunia

14. Bukankah mobil untuk ke masjid, pesawat terbang untuk pergi Haji adalah bentuk ibadah ? Berarti mobil, pesawat dan lainnya juga bisa saja termasuk INOVASI dalam hal ibadah dong ?
Itukan tujuan selanjutnya , bukan tujuan utamanya ..

15. Maksud bukan tujuan utamanya ?
• Mobil,pesawat,kereta api,kapal pesiar dibuat sebagai bentuk INOVASI dengan tujuan asal adalah INOVASI dalam bentuk transportasi baik darat,laut atau udara
• Begitu Juga dengan speaker,gelombang radio,telephone dibuat sebagai bentuk INOVASI dengan tujuan asal INOVASI untuk komunikasi baik yang berupa pengeras suara maupun komunikasi jarak jauh
• Contoh lain dakwah melalui Internet, tujuan utama dari INTERNET adalah bentuk INOVASI dalam hal teknologi informatika dan elektronika.

16. Berarti untuk membedakan apakah INOVASI itu bentuk ibadah atau bukan musti dilihat tujuannya dulu ya ?
Yup .. benar

17. Nah kalo Al-Quran yang disusun menjadi kitab, itu INOVASI dalam bentuk apa ?
Menyusun Al-Quran bukan INOVASI bro .. tapi udah dari jaman rasululah.

18. Ah masak sih ? buktinya ?
Iya .. pengumpulan dan penyusunannya melalu hafalan (disimpan di ingatan dan hati) para sahabat, di tulis diatas daun, kulit , tulang dan sejenisnya.

19. Tapi kok sekarang Al-Quran jadi buku (kitab) yang sangat menarik dan mudah dibaca ? bukankah ini juga termasuk INOVASI yang baik ? karena memudahkan buat kita di jaman ini ..dan membaca Al-Quran ini adalah ibadah apakah ini juga dilarang karena termasuk INOVASI dalam ibadah ?
INOVASI nya kan dari media cetaknya bro .. dari daun menjadi kertas, dari di ikat (disatukan) menjadi di jilid, so ini INOVASI di media cetak, dan sekarang juga ada INOVASI dari media cetak menjadi media digital dengan tujuan untuk memudahkan apa yang akan di lihat,dibaca pada media cetak atau media digital itu.

20. Jadi INOVASI pembuatan Al-Quran itu ada di medianya ya .. bukan INOVASI di cara membacanya Al-Qurannya ?
Betul sekali , kalo ada orang yang membaca Al-Quran dengan selalu menambahkan ayat atau menambahkan bacaan lain itu baru namanya INOVASI dalam beribadah

21. Emang ada INOVASI dalam membaca Al-Quran ?
Ada .. Contohnya :
• Aliran (sekte) yang sholat membaca ayat Al-Quran kemudian di tambah dengan terjemahannya dalam sholatnya
• Setelah selesai membaca Ayat selalu di akhiri dengan bacaan sodaqollahul adziim

22. Berarti kesimpulannya INOVASI itu ada 2 pengelompokkan pokok ya ?
Betul .. yaitu :
• INOVASI dalam segi bahasa yang berarti penemuan baru, hal baru , perkara baru yang tidak menjadi dasar pokok untuk beribadah kepada Allah
• INOVASI dalam beribadah kepada Allah

23. Terus kalo INOVASI dalam segi bahasa terbgi juga kan ?
Ya .. yaitu :
1) INOVASI yang baik, terpuji, dan bermanfaat
2) INOVASI yang buruk,tercela dan merugikan
3) Mungkin ada juga INOVASI yang di tengah2 , tidak baik dan juga tidak buruk

24. Kalo INOVASI dalam beribadah ada pembagiannya juga gak ?
Gak Ada !! karena INOVASI dalam beribadah semuanya dilarang ! dosa ! ancamannya neraka bro

25. Kalo masih ada yang bingung ? ragu ? dan berselisih ? gimana dong ?
Gampang .. kalo ada dalil dari Al-Quran dan AsSunnah berarti jalanin, kalo gak ada berarti termasuk INOVASI dalam beribadah yang musti kita tinggalkan

26. Kalo ada yang berdalil, Ulama ini bilang baik, Imam ini bilang boleh, Wali ini bilang sunnah gimana dong ?
Gampang .. Kalo rasulullah dan 3 generasi sahabat tidak pernah mengajarkan dan mengamalkan berarti tinggalkan !!

27. Kalo ada yang berdalih.. tapi Sahabat bilang boleh, sahabat bilang baik gimana dong ? dia kan juga 3 generasi sahabat.. umat terbaik ?
Kalo dibenarkan rasulullah berarti dilakukan dong .. tapi kalo bertentangan dengan rasulullah tinggalkan .. tinggian mana keislaman dan keimanan antara rasulullah dengan sahabat .. hayo ??!!

28. Walaupun banyak yang melakukan, bahkan sebagian besar melakukan amalan itu karena dianggap baik menurut Imam,Ulama dan Wali ? masak kita gak boleh ikut ikutan yang baik to ?
Baik menurut siapa bro ??!! Apakah mungkin rasulullah menyembunyikan amalan baik yang bisa mendatangkan ridho Alloh ? Kalo itu baik menurut Rasulullah, pasti sudah diajarkan dan diamalkan oleh para sahabat dan 3 generasi terbaik dong ..

29. Trus apa bedanya amalan baik yang belum di contohkan rasulullah dan para sahabat dengan INOVASI dalam beribadah ?
Gak Ada Bedanya !! amal baik kan merupakan ibadah .. kalo dulu (3 generasi terbaik) belum ada terus sekarang jadi ada berarti kan INOVASI amalan .. alias INOVASI dalam beribadah

30. Kenapa banyak orang selalu di ributkan dengan INOVASI beribadah ini ya ? bahkan sampe ada yang jotos jotosan .. :D ?
Ya soalnya orang yang ber INOVASI dalam ibadah menganggap dirinya bertambah lebih baik .. padahal yang bener2 baik adalah yang sudah mengambil KESEMPURNAAN dalam islam .. bukan malah MENYEMPURNAKAN ..!! emang kita tu siapa2 ?? berani beraninya MENYEMPURNAKAN (menambah nambahi) amalan lain di dalam Agama yang telah sempurna ..

31. Trus kalo kita timbul perselisihan gimana ? kita menganggap itu INOVASI , sebagian yang lain menganggap Amalan yang baik .. gimana ??
Bersabar, berikan penjelasan pelan pelan, kembalikan kepada Al-Quran dan As Sunnah dan bertawakal pada Allah

32. Kalo mereka memaksa kita untuk mengikuti INOVASI ibadah mereka gimana ?
Ya silahkan aja ikut .. kalo kamu gak takut pada neraka dan adzab Allah..

33. Trus mungkin gak mereka yang suka ber INOVASI dalam agama itu bisa sadar akan hal ini ?
Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya, karena sesungguhnya INOVASI dalam ibadah ini lebih disukai syetan daripada perbuatan maksiat.

34. Lha kok bisa setan lebih suka INOVASI dalam ibadah dari maksiat ?
Orang bermaksiat tahu kalo maksiat itu jelek jadi kemungkinan untuk menjauh dari kejelekan dan bertobat banyak .. tapi orang ber INOVASI dalam ibadah ini menganggap inilah yang LEBIH BAIK .. jadi bagaimana mungkin orang yang SUDAH beranggapan yang dilakukannya itu baik tapi suruh bertobat dari kebaikannya (yang dia anggap baik) itu

35. Berarti bahaya banget ya INOVASI dalam ibadah ini ?
Betul bro .. inilah justru yang menyebabkan Perselisihan , perpecahan sesama muslim

36. Sebab perselisihan muslim ? Apa maksudnya ?
Iya .. coba kalo semua dikembalikan pada Al-Quran dan As Sunnah, pasti ketemunya satu titik yaitu Islam yang benar !! tapi karena ada dan banyak yang ber INOVASI dalam beribadah akhirnya umat islam jadi terpecah belah, ada yang ikut INOVASI nya ulama A, ada yang ikut INOVASI nya ulama B dan seterusnya.

37. Kalo semua kembali pada Al-Quran dan As Sunnah tapi masih saja ada INOVASI dalam ibadah gimana dong ?
Berarti cara di memahami islam tidak sama dengan pemahaman pendahulu kita yang sholeh

38. Pendahulu kita yang sholeh itu siapa ?
Dia adalah Salafush Sholeh yaitu 3 generasi terbaik setelah jaman rasulullah

39. Berarti selain dikembalikan pada Quran-sunnah cara memahaminya gak boleh sembarangan ya ?
Iya dong .. Agamanya Islam, landasan utamanya Quran-Sunnah , jalan-cara memahami dan mempelajarinya musti sesuai dengan orang2 yang paling sholeh menurut rasulullah yaitu 3 generasi sahabat

40. Itukan generasi jaman dahulu ? kalo sekarang siapa ?
Mereka adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

41. OK deh .. trus kesimpulannya berarti ?
• Perbanyak belajar ilmu Syar’i
• Pahami Islam dengan pemahaman Salafush Sholeh
• Ikuti petunjuk Al-Quran dan As Sunnah
• Jauhi INOVASI dalam beribadah
• Kalo terjadi hal yang membingungkan tinggalin dulu sampe tahu benar apakah sudah sesuai dengan ajaran Rasulullah ato malah gak ada ajaran dan tuntunannya sama sekali, kalo ada tuntunan dari Rasulullah jalanin, kalo gak tinggalin !

42. Kalo masih belom puas dengan penjelasan singkat ini ?
Baca lagi berulang ulang
Renungi dengan hati yang paling bersih

Yah .. semoga dengan pengetahuan saya yang minim tapi udah berusaha maksimal untuk menjelaskan INOVASI dengan bahasa sehari hari, dapat memberikan kebaikan buat pembaca sekalian

Semoga bermanfaat
Aamiin Allahuma Aamiin

_______________

Catatan :
Fr. Edy Chan Al Atsari

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman,

Surah (24) : An-Nuur : 51

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Surah (24) : An-Nuur : 52

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
52. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan [1047].

[1047] Yang dimaksud dengan "takut kepada Allah" ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan "takwa" ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.

_________

UCAPAN PARA IMAM MENANGGAPI TAQLID DAN KULTUS

“Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rosulullah, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Imam Abu Hanifah)

“Sesungguhnya saya hanyalah seorang manusia yang bisa salah dan bisa benar. Maka perhatikanlah pendapatku. setiap pendapat yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, ambillah, dan yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Imam Malik Bin Anas)

“Apapun yang aku katakan, kemudian terdapat hadist shahih dari Nabi yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadist Nabi adalah lebih utama. Olehnya, Janganlah kalian taqlid padaku.” (Imam Syafi’i)

“Janganlah engkau taqlid kepadaku. Jangan pula kepada Malik, Asy-Syafi’i, Al-Auza’i, maupun Ats-Tsauri. Tetapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Imam Ahmad bin Hanbal)

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1885180131715&set=a.1795882099320.2096248.1307751853&type=1

_________________

Catatan :
Fr. Syauqi Firdaus

Comment sy ini khususnya di tujukan buat saudara/i kita ummat islam di Indonesia yg sebagian besar (katanya) adalah bermahzab Syafi'iyyah:

IMAM SYAFI’I MELARANG TAKLID

Para ulama sepakat untuk mengingkari taklid buta (** - red) dan mereka melarang manusia dari sikap taklid kepada pribadi mereka[2]. Dan di antara para Imam yang paling keras melarang taklid adalah Imam Syafi’i, karena beliau komitmen kuat dengan hadits Nabi dan beliau berlepas diri dari sikap taklid, beliau mengulang-ngulang wasiat tersebut berkali-kali dan menganjurkan untuk mengikuti dalil Al-Qur’an dan hadits Nabi, sehingga wasiat emas ini membawa manfaat yang sangat banyak sekali.[3]

Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: “Para imam empat melarang dari sikap taklid kepada mereka dan mereka mencela untuk mengambil ucapan mereka tanpa dalil”.[4]

Nukilan-nukilan dari mereka tentang masalah ini banyak sekali[5], terutama dari Imam Syafi’i[6], kami akan sebutkan di antaranya saja sebagai pelajaran bagi kita:

Imam Syafi’i berkata:

كُلُّ مَا قُلْتُهُ فَكَانَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم خِلاَفُ قَوْلِيْ مِمَّا صَحَّ، فَهُوَ أَوْلَى، وَلاَ تُقَلِّدُوْنِيْ

“Setiap apa yang aku katakan lalu ada hadits shahih dari Rasulullah yang menyelisihi ucapanku maka hadits lebih utama untuk diikuti dan janganlah kalian taklid kepadaku”.[7]

Imam Syafi’i berkata:

إِذَا وَجَدْتُمْ فِيْ كِتَابِيْ خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَقُوْلُوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وَدَعُوْا مَا قُلْتُ. وَفِيْ رِوَايَةٍ : فَااتَّبِعُوْهَا وَلاَ تَلْتَفِتُوْا إِلَى قَوْلِ أَحَدٍ

“Apabila kalian mendapati sunnah Rasulullah maka ikutilah sunnah Rasulullah dan janganlah menoleh ucapan seorangpun”.[8]

Imam Syafi’i berkata:

إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَخُذُوْا بِهِ وَدَعُوْا قَوْلِيْ

“Apabila telah shahih hadits dari Rasulullah maka ambilah dan tinggalkan pendapatku”.[9]

Imam Syafi’i berkata:

إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِيْ ، وَإِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ، فَاضْرِبُوْا بِقَوْلِي الْحَائِطَ

“Apabila ada hadits shahih maka itulah madzhabku dan apabila ada hadits shohih maka lemparlah ucapanku ke tembok”.[10]

Imam Syafi’i berkata:

ِكُلُّ مَسْأَلَةٍ صَحَّ الْخَبَرُ فِيْهَا عَنِ النَّبِيِّ عِنْدَ أَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُلْتُ فَأَنَا رَاجِعٌ عَنْهَا فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ مَمَاتِيْ

“Setiap masalah yang ternyata ada hadits shohih dari Nabi yang menyelisihi ucapanku maka saya meralatnya baik di saat hidupku atau sesudah matiku”.[11]

Demikianlah saudaraku, ucapan-ucapan emas nan berharga dari Imam Syafi’i. Berkat ucapan beliau ini, maka para muridnya dan pengikut madzhabnya yang sejati mengikuti wasiat emas beliau sekalipun harus menyelisihi pendapat Syafi’i. Imam Nawawi berkata: “Para sahabat kami telah mengamalkan wasiat ini dalam masalah tatswib dan persyaratan tahallul pada ihram karena sakit dan masalah-masalah lainnya yang termuat dalam kitab-kitab fiqih”.[12]

Berikut beberapa contoh praktek nyata para murid Imam Syafi'i dalam merealisasikan wasiat beliau ini:

1. Imam Al-Muzani (salah seorang murid senior Imam Syafi’i) berkata di awal kitabnya Mukhtashor Fi Fiqih Syafi’i: “Kitab ini saya intisarikan dari ilmu Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i dan dari makna yang pernah beliau ucapkan. Hal itu aku lakukan untuk memudahkan siapa saja yang ingin mengetahui ilmu-ilmu beliau dengan catatan bahwa Imam Syafi’i sendiri telah melarang dari sikap taklid kepadanya atau kepada selainnya”.[13]

2. Abu Bakar al-Atsrom berkata: Aku pernah duduk bersama Imam Al-Buwaithi (salah seorang murid senior Syafi’i) aku menyebutkan padanya hadits Ammar tentang masalah tayammum, maka beliau mengambil sebilah pisau dan ia mengupas sedikit dari bagian kitabnya, kemudian ia pukulkan kitabnya itu satu pukulan dengan pisauanya seraya berkata: “Begitulah guru kami (Imam Syafi’i) berwasiat kepada kami. Apabila telah shahih sebuah hadits menurut kalian maka itulah pendapatku”.

Imam Abu Syamah berkomentar: “Apa yang dilakukan oleh al-Buwaithi ini merupakan tindakan yang bagus dan sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah dan sesuai dengan perintah Imam Syafi’i. Adapun mereka yang menampakkan fanatik kepada pendapat-pendapat Imam Syafi’i dalam keadaan bagaimanapun juga sekalipun menyelisihi sunnah, maka pada hakekatnya mereka bukanlah orang-orang yang mengikuti Imam Syafi’i. Hal itu karena mereka tidak melaksanakan perintah beliau”.[14]

Maroji’ (rujukan):
--------------------
[1] Mudzakkiroh Ushul Fiqih hlm. 490 oleh asy-Syinqithi.
[2] Lihat masalah ini secara bagus dalam Iqodh Himam Ulil Abshor oleh al-Fullani dan Al-Muqollidun wal Aimmah Arbaah oleh Abu Abdirrahman Said Mi’syasyah.
[3] Al-Ihkam fii Ushul Ahkam 2/1091 oleh Ibnu Hazm.
[4] I’lamul Muwaqqi’in 2/200.
[5] Lihat Muqoddimah Shifat Sholat Nabi hlm. 45-55 oleh al-Albani dan At-Ta’dhim wal Minnah fil Intishor lis Sunnah hlm. 19-29 oleh Syaikh Salim al-Hilali.
[6] Lihat buku “Wasiat dan Prinsip Imam Syafi’i Tentang Taklid Buta dan Fanatisme Madzhab” oleh akhuna Al-Ustadz Ibnu Saini. Kami telah mengambil manfaat dari beberapa nukilannya.
[7] Hilyatul Auliya 9/106-107 oleh Abu Nu’aim.
[8] Dzammul Kalam 3/47 oleh Al-Harowi dan dishahihkan alAlbani dalam Shifat Sholat Nabi hlm. 50.
[9] Al-Bidayah wa Nihayah 5/276 oleh Ibnu Katsir.
[10] Siyar A’lam Nubala 5/35 oleh Adz-Dzahabi dan Al-Majmu’ 1/63 oleh an-Nawawi.
[11] Tawali Ta’sis hlm. 108 oleh Ibnu Hajar.
[12] Al-Majmu’ 1/63.
[13] Mukhtashor Al-Muzani hlm. 1.
[14] Mukhtashor Al-Muammal Fir Raddi Ila Amril Awwal hlm. 59 dan dinukil oleh as-Subki dalam Makna Qouilil Imam Al-Muthollibi hlm. 81.
[15] Manaqib Syafi’i 1/214-215.

Dinukil dari : http://thibbalummah.wordpress.com/2011/07/10/prinsip-prinsip-imam-asy-syafi’i-dalam-beragama-prinsip-kelima/

Semoga bermanfaat, Allahumma aamiin yaa Robb...!

Allahul Musta'an

___

Ibnu Abdil Barr rahimahullah menukil ucapan Ibnu khuwaiz Mandad dalam kitab Jami’ nya. Beliau mengatakan, taklid menurut pengertian syari’at adalah mengikuti pendapat yang tidak memiliki hujjah atau dalil. Dan ini adalah perbuatan yang dilarang dalam syari’at. Adapun itibba’ adalah mengikuti pendapat yang memiliki dasar dalil.

Dinukil dari : http://adiabdullah.wordpress.com/2007/11/25/antara-taklid-dan-ittiba/

APAKAH SETIAP AMAL YANG TIDAK DILAKUKAN DI JAMAN NABI DISEBUT BID'AH??

by Scila Ummu Syahreza on Wednesday, July 11, 2012 at 9:51pm ·

bismillaah,

Ada dua pendapat ’ekstrim’ terkait dengan bahasan ini. Satu pendapat mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak dikerjakan di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam tidak bisa disebut bid’ah. Ini tergantung niat atau bentuknya. Jika niat atau bentuknya (mereka anggap) baik, maka jadilah ia bid’ah yang baik (bid’ah hasanah). Bisa dikatakan, tidak ada kamus bid’ah dalam bahasa syari’at mereka. Pendapat ini dianut oleh kebanyakan penggemar bid’ah. Adapun pendapat lain mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak dikerjakan di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, maka itu disebut bid’ah secara mutlak.[Sebagian ikhwah memahami pengertian bid’ah seperti ini, yaitu segala sesuatu yang tidak ada di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, maka dinamakan bid’ah.]

Dua pendapat ini keliru. Ada satu kaidah yang sangat penting (dalam mengenal bid’ah) yang perlu kita perhatikan sebagai berikut :

إذا تَرَكَ الرسول صلى الله عليه وسلم فعل عبادة من العبادات مع كون موجبها وسببها المقتضي لها قائمًا ثابتًا ، والمانع منها منتفيًا ؛ فإن فعلها بدعة

”Apabila Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam meninggalkan satu ibadah dari jenis-jenis ibadah yang ada, padahal faktor dan sebab yang menuntut dikerjakan ada, sementara faktor penghalangnya tidak ada, maka melaksanakan ibadah tersebut adalah bid’ah”.

Kaidah turunan yang lebih luas dari yang di atas adalah :

كل عبادة من العبادات ترك فعلها السلف الصالح من الصحابة والتابعين وتابعيهم أو نقلها أو تدوينها في كتبهم أو التعرض لها في مجالسهم فإنها تكون بدعة بشرط أن يكون المقتضي لفعل هذه العبادة قائمًا والمانع منه منتفيًا

”Setiap ibadah dari jenis-jenis ibadah yang ada yang tidak dilakukan oleh ­as-salafush-shaalih dari kalangan shahabat, tabi’in, dan tabi’ut-tabi’in; atau mereka tidak menukilnya (tidak meriwayatkannya) atau tidak menukilnya dalam kitab-kitab mereka, atau tidak pernah menyinggung masalah tersebut dalam majelis-majelis mereka; maka jenis ibadah tersebut adalah bid’ah dengan syarat faktor penuntut untuk mengerjakan ibadah tersebut ada dan faktor penghalangnya tidak ada.

Ada dua kata kunci di sini, yaitu :

1. Keberadaan faktor dan sebab yang menuntut dilakukannya amalan tersebut.

2. Ketiadaan faktor penghalang untuk mengerjakan amalan tersebut.

Contoh (1) : Pengumpulan Al-Qur’an di jaman Abu Bakar. Hal ini tidak pernah dilakukan pada jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun apakah hal ini bisa disebut sebagai bid’ah ? Jawabnya : Tidak. Mengapa ? Karena faktor atau sebab yang mendorong dilakukan pengumpulan di jaman Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam itu belum ada. Pada waktu itu, Al-Qur’an dijaga dalam dada para shahabat melalui hafalan mereka. Ini sekaligus sebagai faktor penghalang dilakukannya pengumpulan Al-Qur’an. Oleh karena itu, pengumpulan Al-Qur’an di jaman Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam belum dirasa perlu sehingga hal itu belum/tidak dilaksanakan di jaman beliau shallallaahu ’alaihi wasallam. Namun setelah tragedi perang Yamamah ketika Khalifah Abu Bakr radliyallaahu ’anhu menumpas orang-orang murtad dan gerombolan pengikut nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab, banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur (sebanyak 70 orang). Dari sinilah kemudian muncul faktor pendorong atau sebab dilakukannya pembukuan Al-Qur’an – sekaligus menggugurkan faktor penghalang yang dulu di jaman Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ada. Ini tercermin pada perkataan ’Umar bin Khaththab kepada Abu Bakr radliyallaahu ’anhuma :

”Dalam peperangan Yamamah para shahabat yang hafal Al-Qur’an telah banyak yang gugur. Saya khawatir akan gugurnya para shahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga banyak ayat-ayat yang perlu dikumpulkan”.

Apa yang dikatakan oleh ’Umar merupakan sebab yang sangat kuat dilakukannya pengumpulan Al-Qur’an demi kemaslahatan kaum muslimin.

Hal yang sama juga seperti kasus pembubuhan titik dan harakat pada huruf hijaiyyah.[Huruf hijaiyyah di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak memakai tanda, titik, dan harakat]
.
Setelah banyak terjadi kesalahan dalam bacaan dan banyaknya perselisihan karenanya, maka dipandang perlu untuk membubuhkan tanda-tanda dalam Al-Qur’an sebagaimana dirintis oleh Abul-Aswad Ad-Dualiy, yang kemudian dilanjutkan (disempurnakan) oleh Naashir bin ’Ashim dan Yahya bin Ya’mar pada jaman kekhalifahan ’Abdul-Malik bin Marwan; dan kemudian disempurnakan lagi oleh Al-Khalil. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan dalam bacaan Al-Qur’an.

Contoh (2) : Maulid Nabi. Jika kita ditanya : ”Apakah hal itu dilakukan di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam (atau jaman shahabat setelah Nabi wafat) ?”. Jawabannya : Tidak. Apakah ini disebut bid’ah ? Jawabannya adalah : Ya. Mengapa ? Karena faktor pendorong dan sebab untuk dilakukan di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam ada. Juga, faktor penghalangnya pun tidak ada. Namun realitas menyatakan bahwa Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam dan para shahabatnya tidak melakukannya. Apa artinya ? Artinya, maulid Nabi bukan merupakan amalan yang teranggap dalam syari’at secara asal. Jika ada yang mengatakan : ”Kami melakukannya dengan tujuan (faktor pendorong) untuk meramaikan syi’ar-syi’ar Islam dan sebagai wujud rasa syukur kami kepada beliau shallallaahu ’alaihi wasallam”. Jika memang itu faktor pendorong Anda, maka kami jawab : ”Bukankah faktor pendorong yang sama sangat mungkin ada pada jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam dan para shahabatnya serta tidak ada halangan bagi mereka untuk melakukannya ? Namun ternyata mereka tidak melakukannya !!. Jadi, itu merupakan amalan bid’ah. Bukan teranggap sebagai kemaslahatan dalam syari’at.

Ibnu Taimiyyah berkata :

فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له وعدم المانع منه ، ولو كان هذا خيرًا محضًا أو راجحًا لكان السلف رضي الله عنه أحق به منا ، فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيمًا له منا ، وهم على الخير أحرص . وإنما كمال محبته وتعظيمه في متابعته وطاعته وإتباع أمره ، وإحياء سنته باطنًا وظاهرًا ، ونشر ما بعُث به ، والجهاد على ذلك بالقلب واليد واللسان . فإن هذه طريقة السابقين الأولين من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان

”Sesungguhnya ini (maulid) tidak pernah dilakukan oleh salaf, padahal faktor pendorongnya ada, sedangkan faktor penghalangnya tidak ada. Seandainya ini baik atau agak kuat, tentu salaf lebih berhak (melakukan hal ini) daripada kita; karena sesungguhnya kecintaan dan pengagungan mereka terhadap Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam lebih dari yang kita lakukan dan mereka sangat bersemangat dalam segala kebaikan. Sempurnanya kecintaan dan pengagungan terhadapnya hanya terdapat pada kesetiaan mengikuti jejaknya, menaatinya, melaksanakan perintahnya, menghidupkan sunnahnya lahir dan batin, menjelaskan ajarannya, serta berjihad demi semua itu dengan hati, tangan, dan lisan. Inilah jalan yang ditempuh oleh para pendahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan”.[Iqtidlaa’ Shirathil-Musthaqiim, 2/615.]

Atau jika kita ingin contoh yang lebih jelas dari nomor 2, maka kita ambil contoh ’ekstrim’ : adzan dan iqamah yang dilakukan di shalat ’Ied. Saya yakin kita semua akan mengatakan bahwa itu bid’ah.[Kecuali yang sudah ‘kebangetan’ doyan bid’ah].

Apa indikasinya ? Faktor pendorong untuk dilakukan adzan dan iqamah pada shalat ’Ied di jaman Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ada, yaitu untuk memberitahukan kaum muslimin agar berkumpul dan menghadairi shalat berjama’ah di lapangan (mushalla); sementara itu faktor penghalangnya tidak ada sama sekali. Tapi pada kenyataannya, beliau tetap tidak melakukannya. Sebagaimana yang telah shahih dalam riwayat :

عن جابر بن سمرة قال صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم العيدين غير مرة ولا مرتين بغير أذان ولا إقامة

Dari Jabir bin Samurah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Aku pernah shalat hari raya bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bukan hanya sekali atau dua kali tanpa adzan dan iqamat” [HR. Muslim no. 887]

Maka sesuai dengan pernyataan di awal, adzan dan iqamah pada shalat ’Ied itu hukumnya bid’ah.

Contoh (3) : Shalat tarawih berjama’ah di masjid. Jika kita ditanya : ”Apakah hal itu dilakukan di jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam ?”. Kita jawab : ”Ya, akan tetapi hanya dilakukan beberapa malam saja, dan kemudian beliau tinggalkan”. Apakah shalat tarawih yang dihidupkan ’Umar bin Al-Khaththab radliyallaahu ’anhu dan kemudian kita ikuti sampai sekarang bisa dikatakan bid’ah ? Jawabannya : Tidak. Mengapa ? Karena ada faktor penghalang yang kuat dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam untuk meninggalkannya pada waktu itu sebagaimana tergambar dalam perkataan beliau ketika memberikan penjelasan kepada shahabat mengapa beliau meninggalkan shalat tarawih berjama’ah di masjid :

فإنه لم يخف علي شأنكم الليلة ولكني خشيت أن تفرض عليكم صلاة الليل فتعجزوا عنها

”Sesungguhnya keadaan kalian tidaklah samar bagiku di malam tersebut (= yaitu iman dan semangat kalian dalam beribadah), akan tetapi aku merasa khawatir (ibadah ini) akan diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup melakukannya”.

Setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam wafat dan syari’at telah mantap [Tidak ada kewajiban tambahan yang setelah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam wafat, karena Islam telah sempurna dengan turunnya QS. Al-Maaidah ayat 3].

, maka hilanglah kekhawatiran ini, sekaligus hilang pula faktor penghalangnya. Dan hal ini sesuai dengan keumuman anjuran beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan shalat tarawih berjama’ah :

إنه من قام مع الامام حتى ينصرف كتب له قيام ليلة

“Sesungguhnya barangsiapa shalat tarawih bersama imam (berjama’ah) sampai selesai, maka ditulis baginya sama dengan shalat semalam suntuk”.

****

Itu saja secara global uraian ringkas mengenai salah satu kaidah mengenal bid’ah. Masih ada beberapa penjelasan lanjutan terkait dengan pembahasan ini, sebagaimana diterangkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Husain Al-Jizaaniy dalam kitab Qawaaidu Ma’rifatil-Bida’. Tentu saja, penentuan bid’ah atau tidaknya satu amalan bukan hanya berdasarkan kaidah di atas saja. Masih banyak kaidah-kaidah lain yang berkaitan yang perlu diketahui oleh kaum muslimin semua. Saya persilakan bagi rekan-rekan asatidzah dan thullabul-’ilmi yang lebih berkompeten untuk membahasnya secara mendalam............

Wallaahu ta’ala a’lam bish-shawwab.

Sumber :
< http://www.abuayaz.co.cc/2010/06/apakah-setiap-amal-yang-tidak-dilakukan.html >

Kalau dari HP, klik link yang ini :
< http://www.abuayaz.co.cc/2010/06/apakah-setiap-amal-yang-tidak-dilakukan.html?m=1

mengenal ISLAM dengan sebenar-benarnya



by Al-Ukhti Scila Ummu Syahreza -Hafizhahallah- on Friday, July 20, 2012 at 11:20pm ·

RESUME

Princess Areya
Bonjour...I want to ask about Islam ... help me please.... :)

De Blackdwarf
bismillahirrohmaanirrohiim..

saya akan memulai..

apakah anda (princess areya) percaya akan adanya Sang Pencipta (God/Tuhan) ?

simple saja :

kamu mengatakan diatas bahwa :

1. kamu mempercayai bahwa Tuhan hanya 1
2. kamu mengatakan semua agama memiliki Tuhannya masing2

sekarang saya ingin bertanya (ah tidak usah, sepertinya kamu akan lama menjawabnya dan saya tidak memiliki waktu selama itu)

saya ganti saja dengan sebuah pemaparan simple :

agama yang kamu dan saya ketahui ada beberapa diantaranya :

- Budha --> Tuhannya = sidharta gautama

- Kristen --> Tuhannya = yesus kristus

- Hindu --> Tuhannya = krisna (tuhan menjelma menjadi manusia)

Dan sekarang mari kita lihat ISLAM itu sendiri :

- Islam --> Tuhannya = Allah subhanahu wa Ta’ala = Dia yang menciptakan Alam beserta isinya, Dia Esa (satu), tidak beranak dan tidak diperanakkan (dan Dia BUKAN manusia)

dari pemaparan singkat dan keterbatasan waktu yang saya miliki, kira-kira mana yang bisa diterima oleh akal sehat kamu ?

budha ? hindu ? Kristen ? ataukah…….. Islam ?

===

sambil menunggu anda berfikir, saya ingin sedikit membuka pemikiran kita, yaitu bagaimana mencari sebuah kebenaran :

==

simulasi :

di hadapan anda ada beberapa botol yang berisi air, dimana pemilik masing-masing botol MENGKLAIM bahwa botol mereka berisi madu, padahal… --> dari semua botol itu hanya 1 (SATU) botol yang berisi madu, yang lain semuanya berisi racun,

pertanyaan saya :

apakah anda akan menebak nebak botol mana yang berisi madu ? (tentu tidak)

apakah anda akan main minum saja (memilih secara random) ? (tentu tidak)

lalu bagaimana agar anda menemukan botol yang TEPAT ?

jawabnya :

tidak lain adalah dengan anda melakukan PENELITIAN (uji sampel) terhadap isi dari SEMUA BOTOL tersebut

nah, dari sedikit pemaparan saya di komen sebelumnya, maka anda sebenarnya sudah menemukan bahwa dari semua ‘botol’ yang ada, TERNYATA ‘uji sampel’ mengatakan, bahwa mereka semua BERDUSTA dengan isi botol mereka, dan hanya 1 (satu) orang saja yang berkata JUJUR dan BENAR serta BISA diterima oleh akal sehat

pertanyaan lanjutan :

anda memiliki sedikit waktu, sedangkan anda sudah mulai menemukan CLUE (tanda), bahwa, Cuma satu niy keknya yang berkata benar dan bisa dipercaya, maka kalau saya jadi anda, saya akan memakai waktu saya HANYA untuk meneliti ‘isi botol’ dari si orang yang anda sudah tetapkan bahwa dia berkata benar,

tugas anda terakhir tinggal :

MENCARI tahu BUKTI-BUKTI yang makin memperkuat anda bahwa ternyata memang ISLAM lah agama yang benar,

darimana dan dimana anda bisa mencari bukti bukti tersebut ?

tidak lain adalah dengan melakukan PERBANDINGAN antara agama Islam dengan agama Lain

anda bisa memulainya mengujinya darimana saja, seperti yang saya lakukan diatas, saya mulai menguji dari Tuhannya langsung, dan ternyata saya menemukan bahwa Tuhan2 mereka semua dari kalangan manusia

nah, sekarang anda bisa melakukan uji selanjutnya, anda bisa membandingkan kebenaran dari ISI KITAB masing-masing agama, mana yang kitabnya SEMPURNA, dan mana yang memiliki banyak kesalahan/kejanggalan/keanehan

karena jika memang Tuhan mereka benar adanya, maka otomatis kitab suci mereka akan TERJAGA dari satu saja kesalahan, lantas jika setelah anda melakukan pengujian, anda menemukan banyak kesalahan pada sebuah kitab suci, maka itu sudah menjadi bukti valid bahwa ternyata TUHAN mereka bohong adanya --> karena kitab yang diturunkan oleh Tuhan mereka ternyata TIDAK SEMPURNA

--

Dari langkah2 diatas, dan jika anda menempuhnya, maka insyaAllah saya berani menjamin bahwa HANYA ISLAM LAH yang kitabnya terjaga dari dulu hingga akhir jaman, tidak ada satu pun kesalahan di dalamnya, dan saya bisa buktikan banyak kesalahan/keanehan yang terjadi pada kitab2 mereka

Dan sayang sekali keterbatasan waktu tidak sampai membuat saya memaparkan kesalahan2 pada kitab2 mereka, tapi sedikit langkah2 diatas, kiranya bisa membimbing anda untuk mulai mengetahui dan mencari, mana kiranya agama yang memang benar benar --> BENAR

Silahkan dibaca dulu pelan2 komen saya, dicerna dengan hati yang bersih dan lapang dada, semoga Allah subhanahu wa Ta’ala menurunkan hidayah-Nya untuk anda dan bisa memberi kita kesempatan untuk melanjutkan diskusi ringan ini

Itu saja

Princess Areya
Maaf pesanku sangat lambat...
Yes.... penyataan anda benar.... karena itu saya ingin mempwlajari (botol)islam lebih memdalam....
Terimakasih untuk simulasinya....
Dan saya siap berdiskusi dengan benar memurut cara anda...

De Blackdwarf
Yes.... penyataan anda benar.... karena itu saya ingin mempelajari Islam lebih mendalam....

===

Kalau itu tanggapan anda, berarti anda sudah setuju bahwa anda akan memakai waktu anda HANYA untuk mempelajari Islam, dan ini baik, karena di dalam Islam bahkan mengenai ‘waktu’ pun Allah subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan firmannya, agar manusia benar-benar memakai waktu yang diberikan kepada mereka sebaik-baiknya,

Saya lanjutkan,

Diatas saya menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, dan saya akan sedikit memberikan gambaran mengenai ini, sekarang mari kita lihat :

pada Al Quran bisa dipastikan anda tidak akan menemukan satu kesalahan pun, silahkan anda membeli Al Quran dimana saja di penjuru dunia, dan anda buktikan sendiri isi dari Al Quran yang anda beli di belahan dunia timur dan di belahan dunia barat, maka anda TIDAK AKAN MENEMUKAN satu pun perbedaan diantara keduanya (semua isinya PERSIS sama), dan Al Quran sejak wahyu diturunkan HINGGA saat ini, semuanya masih PERSIS sama dan TERJAGA, dan ini berarti Al Quran itu sempurna (terjaga keasliannya hingga berabad abad lamanya bahkan hingga akhir jaman nanti),

sekarang anda lihat kitab kitab dari agama lainnya, maka anda akan menemukan banyak sekali PERUBAHAN yang terjadi pada kitab tersebut, malah di beberapa kitab, itu bukan berisi firman dari Tuhannya, tapi si A (manusia) berkata, si B (manusia) berkata, dan seterusnya, nah kalau begini, apakah masih pantas kitab itu diklaim sebagai firman Tuhan ? sedangkan isinya kebanyakan perkataan manusia ?

kedua, bukan saja anda akan menemukan banyak sekali perbedaan didalamnya, tapi anda juga akan menemukan banyak sekali kesalahan (baik itu dari kata per kata maupun isi dari sebuah kalimat yang ada didalamnya), kalau sudah begini, apakah masih pantas mereka mengklaim Tuhan mereka benar adanya ? sedangkan Tuhannya sendiri TIDAK MAMPU menjaga keautentikan (keaslian) dari firman yang Dia turunkan ? ini jadi bagaimana ?

dari pemaparan diatas, saya hanya ingin membuktikan mengenai kebenaran Islam bahwasanya Islam adalah agama yang sempurna dan benar, kitabnya TERJAGA dari dulu hingga akhir jaman dan ini sudah terbukti dan bisa terus dibuktikan,

sekarang mari kita masuk point berikutnya ,

in reality, semua agama mengklaim agama mereka sempurna, oh really ? sekarang saya ingin bertanya, se-sempurna apa agama mereka ? apakah di dalam agama mereka diajarkan adab secara specific mengenai MULAI dari maaf.. buang air hingga tidur ? saya bisa pastikan tidak ada agama selain Islam yang menjelaskan secara specific dan detail mengenai ini, lalu bagaimana dengan Islam itu sendiri ?

Islam adalah agama yang sempurna, Islam mengajarkan apa saja mengenai kebutuhan manusia hidup di dunia, bahkan mulai dari maaf.. buang air hingga ke perkara-perkara lainnya, SEMUANYA dijelaskan secara DETAIL hingga mulai kita bangun tidur hingga tidur lagi, semua ada adab dan aturan-aturannya, sempurna bukan ?

biar ga tegang dan santai, mari kita bermain simulasi lagi :

anda memutuskan membeli sebuah mobil, di hadapan anda ada 7 buah mobil sekarang, 6 mobil hanya memiliki ‘buku panduan’ ala kadarnya (tidak lengkap, dan itu pun di akhir halaman anda akan menemukan tulisan *semoga berhasil

tapi ada 1 mobil dimana dia memiliki buku panduan yang SANGAT lengkap, dimana disana dijelaskan mulai dari mekanisme mobil itu sendiri, bagaimana perawataannya, dan apa yang harus anda lakukan jika mobil mengalami kerusakan, dll dll, semua dijelaskan secara detail disana,

kalau begini, kira kira mobil mana yang membuat anda merasa tenang dan yakin serta nyaman ?

fyi.. mobil ke-7 itu adalah ISLAM !

===

Sekarang, jika anda MEMANG sudah memilih (mobil no-7) ISLAM sebagai satu-satunya pilihan, maka anda tinggal MEMBACA ‘buku panduan’ (Al Quran) itu dengan hati lapang dan dengan *PEMAHAMAN yang benar, dan jika ada yang anda kurang mengerti, maka silahkan anda bertanya kepada mereka mereka yang sudah membeli mobil no-7, bagaimana mereka bisa HINGGA sekarang mengoperasikan mobil tersebut dengan baik, dan di group ini, kami semua insyaAllah telah membeli mobil nomor 7 dan mayoritas dari kami (kecuali saya), mereka beberapa bahkan sudah dalam tahapan ‘expert’ dalam mengerti mengenai mobil no-7 ini,

Jadi.. silahkan anda bertanya apa saja seputar mobil no-7 (ISLAM) di group ini (tidak harus saya yg menjawabnya, karena disini kalau sudah masuk ke urusan ‘mobil’ itu sendiri, disini banyak yang lebih berilmu dari saya, anda bisa menaikkan status baru mengenai permasalahan yang anda ingin tanyakan, insyaAllah semua teman teman disini akan dengan senang hati membantu anda mencarikan solusi atas setiap pertanyaan anda

mungkin itu dulu yang bisa saya sampaikan

==

Ps : diatas saya memberi huruf besar pada kata *PEMAHAMAN

Sebelum saya menanggapi pertanyaan anda yang terakhir, saya akan menanggapi beberapa statement anda sebelumnya diatas :

anda berkata :

1. Harus anda tahu semua agama mempunyai semacam doktrin..... contoh kristen.... saya pernah bertanya beberapa pertanyaan pada mereka.... mereka percaya jika tuhan menurukan anaknya sebagai penebus dosa.. mereka percaya jika anak.bapa dan roh kudus itu 3 dalam satu seperti contoh robert mempunyai otak,roh dan raga tapi dalam satu kesatuan... pada mulanya firman.firman itu bersama allah.firman itu alla(yohanes;1)
Itu adalah doktrinnya..... tapi itu semua TIDAK MASUK kedalam logika saya....
karena itu saya TIDAK MAU begitu saja percaya....

--> tanggapan : kalau penjelasan mereka TIDAK masuk ke dalam logika anda, maka begitu pula kedalam logika saya, dan karena penjelasan mereka tidak masuk ke dalam logika kita berdua, maka otomatis penjelasan mereka TERTOLAK dan sebaiknya kita tinggalkan saja dan kita fokus kepada penjelasan yang lebih diterima oleh akal dan logika anda

lalu ini jadinya bagaimana ?

saya masih menyimpan statement anda, bahwa anda MEYAKINI bahwa Tuhan hanya satu, dan iya, anda benar, dan itu DIJELASKAN dan ada jawabannya didalam Al Quran, silahkan simak yang berikut :

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

“ Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

(Quran Surat Al Ikhlas)

jadi..

jauh jauh hari sebelum kamu bertanya, Al Quran sudah ada jawabannya, dan Alhamdulillah sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri, yaitu mereka bisa merasakan kebenaran, dan apa yang kamu rasakan mengenai Tuhan hanya satu adalah benar, dan itu dulu sekali sudah dijawab oleh Al Quran, dan ini salah satu bukti akan kebenaran Al Quran dan bukti bahwa Al Quran SEMPURNA (tidak ada kesalahan didalamnya)

===

2. Dalam agama islam ada utusan..... saya ingin tahu apa bukti dari utusan itu?

--> Tanggapan : nah, setelah anda meyakini bahwa hanya Allah subhanahu wa Ta’ala –lah Tuhan yang BENAR (setelah pembuktian diatas), ini berarti anda otomatis harus mengimani/yakin dengan apa apa yang Allah subhanahu wa Ta’ala firmankan, iya atau iya ?

Nah, lagi lagi dalam Al Quran, Allah subhanahu wa Ta’ala sudah menyatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya, dan anda bisa lihat kebenarannya disini :

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

(Quran surat Al-Anbiyaa : ayat 107)

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(Quran surat al-Ahzab: ayat 40)

Sekarang lihatlah..

semua pertanyaan anda, ADA jawabannya pada Al Quran, jauh hari sebelum anda bertanya, Allah subhanahu wa Ta’ala sudah ‘menjawab’nya, lagi-lagi bukti bahwa Al Quran tidak lain adalah kebenaran yang datang dari Tuhannya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

===

terakhir, saya ingin mengatakan bahwa pertanyaan anda bagus, dan saya ‘sebenarnya’ sudah memberitahu kepada anda sebelumnya mengenai ‘bukti’ yang anda tanyakan tersebut, yaitu AL QURAN itu sendiri, itulah BUKTI kerasulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saya sudah paparkan diatas mengenai KESEMPURNAAN dan TERJAGANYA Al Quran mulai dari wahyu itu diturunkan hingga sekarang, BAHKAN sampai akhir jaman, Al Quran benar-benar terjaga dan sempurna (tidak ada satupun kesalahan di dalamnya) dan itu salah satu bukti kerasulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukti bahwa Allah subhanahu wa Ta’ala MAHA BENAR dengan segala firman-Nya

simak yang berikut ini :

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."

(Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9)

--> Sekarang mari kita perhatikan,

jika memang ayat diatas adalah ‘karangan’ manusia saja, maka sebutkan satu kitab saja di dunia ini yang tidak memiliki cacat sama sekali ? jawabnya tidak ada, lalu fakta menyatakan bahwa Al Quran tidak memiliki cacat sama sekali, lantas pertanyaannya, kok bisa ? jawabnya cuma satu : karena memang AL Quran BUKAN buatan manusia, karena tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang MAMPU membuat sesuatu yang sempurna dan bahkan terjaga sampai sekarang bahkan hingga akhir jaman nanti,

itulah makanya Al Quran TERJAGA kesempurnaannya, karena memang AL Quran itu adalah firman Allah subhanahu wa Ta’ala sendiri dimana DIA MENJAMIN terjaganya firman-Nya (dalam ayat diatas bisa ada lihat sendiri)

Jadi..

Sungguh TIDAK ADA keraguan di dalam Islam, semuanya jelas dan terperinci dan apakah seorang manusia mampu membuat jawaban yang bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana dengan nanti di masa depan ? jadi jelas bahwa Al Quran berisi kebenaran dan AL Quran adalah firman-firman-Nya (bukan buatan manusia)

Dan inilah yang menjadi bukti bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang utusan Allah, karena dia membawa firman-Nya, yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah AL Quran yang sempurna

===

*walaupun banyak sekali bukti2 yang lainnya

‎==

3. danutusan itu mempunyai perantara dari allah... siapa perantara itu dan apa buktinya jika dia perantara dari allah....

--> tanggapan : setelah anda mengimani Allah subhanahu wa Ta’ala, yakin bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah BENAR utusan-Nya, maka sudah sepantasnya anda mengimani apa apa yang Allah subhanahu wa Ta’ala terangkan dalam firman-Nya, yaitu ‘malaikat’, dan mengenai ini, lagi lagi anda akan temukan penjelasan mengenai ini didalam AL Quran, simak yang berikut :

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.”

(Quran surat Asy-Syu’ara: ayat 193-196)

Disini Allah subhanahu wa Ta’ala menjawab pertanyaan anda dimana Al Quran diturunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan.

===

Satu lagi,,apa itu islam?dan kenapa harua mwnjadi islam.....?

--> Tanggapan :

ketahuilah, bahwa sesungguhnya sejak para nabi diutus untuk menyeru kepada manusia, tidak lain mereka ditugaskan untuk menyeru kepada hal yang sama, yaitu HANYA menyembah Allah subhanahu wa Ta’ala, tapi seiring berjalannya waktu, telah TERJADI penyimpangan-penyimpangan dalam meng-ESA-kan Allah subhanahu wa Ta’ala, manusia pelan pelan mulai menyimpang dari apa yang Nabi serukan, untuk itulah Allah subhanahu wa Ta’ala mengutus kembali setiap Nabi pada setiap jaman hingga akhirnya Allah subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi-Nya yang terakhir, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para Nabi dan penyempurna syari’at-Nya, dan Nabi Muhammad membawa Islam sebagai ajaran yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai agama yang sempurna dan diridhoi oleh-Nya,

kenapa…?

karena sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di utus, manusia MULAI membuat penyimpangan dan agama agama baru serta melakukan peribadatan-peribadatan yang tidak pernah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala, seperti menyembah patung, menyembah orang shalih, pohon, dan sebagainya, kitab kitab yang sebelumnya diturunkan kepada para Nabi diselewengkan isinya dan manusia menambah-nambahkan isi di dalamnya,

untuk itulah,

Allah subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi terakhir-Nya dengan membawa Kitab (yang berisi wahyu dari-Nya) yang SEMPURNA, dimana Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sebagai penutup para Nabi (nabi terakhir) dan Al Quran sebagai penghapus semua kitab-kitab yang dulunya ada dan TELAH diselewengkan oleh manusia,

dan mengenai Islam itu sendiri, Allah subhanahu wa Ta’ala yang memberikannya, dalam firman-Nya sebagai berikut, yang artinya :

““Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagi kalian.”

(Quran surah Al-Maidah: ayat 3)

Jadi..

Itulah jawaban apa itu Islam, yaitu ajaran yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyempurna dari ‘agama-agama’ buatan manusia dan ajaran inilah satu-satunya yang akan dan mampu serta tidak ada jalan lain agar manusia kembali MENTAUHIDKAN (menyembah) Allah subhanahu wa Ta’ala saja, yaitu ‘agama’nya para Nabi Nabi terdahulu, dan mengapa harus Islam ? ya karena seperti yang saya jelaskan diatas, bahwa agama-agama lainnya itu adalah ‘buatan manusia’ dimana didalam ajarannya sudah tidak ‘murni’ lagi dan telah terjadi banyak sekali penyimpangan yang dibuat oleh manusia, untuk itulah Islam ada sebagai penyempurna ‘agama-agama’ yang sebelumnya ada

===

Anda bertanya :

kenapa kitab anda (Al Quran) ditulis dalam bahasa arab?susah sekali saya membacanya?

==

Karena manusia yang diberi ‘kepercayaan’ untuk menerimanya adalah dari bangsa arab (yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) agar dia menyeru kepada kaumnya (bangsa arab) agar mereka mau beriman kepada Allah subhanahu wa Ta’ala,

Kenapa tidak diturunkan dalam bahasa yang lain ?

Ya tidak bisa dunk, nanti kalau diturunkan pakai bahasa china, jangankan bangsa arab (yang akan jadi objek dakwah nya Nabi), lah Nabinya sendiri malah bingung nantinya, ini apa ya ? kok saya ga ngerti,

Itu makanya AL Quran diturunkan dalam bahasa Arab, sesuai firman-Nya sebagai berikut, yang artinya :

“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

(Quran surah al Fushilat : ayat 44)

Dan untuk kesekian kalinya, semua jawaban atas pertanyaan anda jauh jauh hari sudah ada ‘jawaban’nya di dalam Al Quran

==

Princess Areya
Al quran bahasa arab... utusannyapun dari arab.... untuk menberi petunjuk pada bangsa arab.... teelihat selaras.... tapi kenapa harus di arab?kenapa tidak dalam bahasa indonesia... utusan dari indomesia... dan untuk memberi petunjuk bangsa imdonesia?
dalam satu 'hembusan nafas' anda menanyakan 3 pertanyaan sekaligus dimana jawaban atas setiap pertanyaan membutuhkan jawaban yang juga tidak sedikit penjelasannya, jadi maaf kalau jawaban saya atas pertanyaan anda akan 'sedikit' panjang, semoga anda mau melapangkan hati dan bersabar (pelan pelan) dalam membacanya,

bismillah..

sebelum saya memulai memaparkan, dan karena anda 'suka' dengan simulasi, maka saya akan membawakan sebuah simulasi sebagai awalan :

simulasi :

anda ingin memiliki sebuah usaha jual beli tanaman, maka otomatis anda harus menentukan daerah yang tepat untuk menanam tanaman yang anda akan jual serta daerah tersebut harus strategis, dimana nanti akan memudahkan anda dalam memasarkan tanaman anda, karena anda ingin tanaman anda laku terjual ke seluruh penjuru dunia, benar ?

selanjutnya anda akan memilih seorang pemimpin yang akan membantu untuk mengelola usaha anda, yaitu seseorang yang masih 'pure' jujur, hidup dalam kesederhanaan, setia, terpercaya (amanah), walaupun dia masih 'lugu' tapi dengan sifat2 yang dia miliki, maka anda yakin anda akan bisa mengajarinya dan mempercayakan usaha anda untuk dikelola olehnya

===

kosa kata :

usaha = Islam (Al Quran)
daerah strategis = Makkah (Arab)
pemimpin usaha = Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

===

penjelasan dari simulasi diatas :

sebagai manusia yang memiliki keterbatasan akal, saya tidak mampu untuk mengetahui SEMUA rahasia Allah kecuali Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,

jadi..

saya akan menjawab pertanyaan anda sesuai kapasitas saya sebagai manusia (yang hanya diberi pengetahuan sedikit saja mengenai rahasia di alam semesta ini)

Bismillah..

Allah subhanahu wa Ta'ala memilih Arab (Makkah) sebagai daerah dimana Islam (Al Quran) diturunkan karena :

1. pada saat itu (saat dimana Al Quran akan diturunkan), didunia ini telah ada peradaban besar dan dunia ini dikuasai oleh dua negara besar yang berkuasa, yaitu persia dan romawi, dimana masing masing negara ini telah maju peradabannya TAPI kerusakan pemikiran, akhlak dan moral pun tidak kalah 'majunya' dibandingkan peradaban mereka sendiri,

jadi ibarat desa dan kota, Arab (Makkah) saat itu masih masuk kategori 'desa', sementara negeri negeri lainnya masuk ke dalam kategori 'kota', dalam artian :

kota = sudah banyak kerusakan (terkontaminasi)
desa = masih sedikit kerusakannya

itu salah satu alasan kenapa Arab 'terpilih' menjadi tempat turunnya Islam (Al Quran)

sama seperti simulasi saya diatas, jika anda ingin membangun sebuah usaha tanaman, maka SUDAH PASTI daerah yang anda akan pilih adalah daerah pedesaan, dimana tanahnya masih subur, udaranya pun masih bersih, dan desa merupakan daerah yang tepat untuk usaha menanam tanaman, karena dari tanah dan udara yang baik, pasti akan menghasilkan tanaman yang baik

2. dan sekarang mari kita lihat letak negeri Arab (Makkah) itu sendiri, letak Arab sangat strategis, karena Arab pada berada di tengah2 antar benua benua besar pada saat itu dimana dia berada di tengah, sementara di sekelilingnya ada negeri negeri besar seperti persia, romawi, yunani, india, dimana peradaban keempat negeri sudah maju

bisa diibaratkan :

Arab = desa = tempat usaha anda

Yunani, Persia, India, Romawi = kota = peradaban/teknologi sudah maju = mereka memiliki truk/angkutan untuk memudahkan PEMASARAN hasil usaha anda,

dan Arab berada di tengah tengah daerah2 yang sudah maju dan memiliki peradaban,

jadi...

kiranya tepat sekali jika anda memulai usaha di tengah2 negeri2 besar, sehingga anda bisa memasarkan hasil usaha anda ke empat penjuru dunia, dan ini dibantu oleh peradaban yang telah maju di sekitar desa anda, sehingga anda mudah sekali 'memasarkan'nya, mungkin ini salah satu alasan lagi kenapa Islam (Al Quran) diturunkan di 'desa', tidak lain adalah desa(arab) merupakan tempat yang sangat strategis untuk mensyi'arkan Islam ke seluruh penjuru dunia

karena seperti yang tertulis dalam sejarah bahwa Arab juga merupakan 'centra' pertemuan antara pedagang2 dari timur, utara, barat dan selatan, Arab menjadi titik pusat lalu lalang para pedagang besar di dunia ini,

jadi sungguh amat tepat jika Arab dipilih sebagai tempat usaha, karena semua manusia dari segala penjuru singgah kesana dan untuk memasarkan hasil usaha pun mudah, karena orang selalu lewat disana dan jika kita ingin menjual hasil usaha pun mudah, karena Arab dikelilingi negeri negeri yang sudah memiliki angkutan (teknologi), jadi hasil usaha lebih cepat terjualnya (Islam cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia)

sungguh sebuah 'pilihan yang tepat' dan siapa yang mampu pada saat itu 'memperhitungkan' sampai sejauh ini selain Sang Maha Pencipta sendiri yaitu Allah subhanahu wa Ta'ala,

jadi ini juga merupakan bukti bahwa Islam diturunkan oleh Tuhan yang benar dan terbukti, tidak ada satupun kesalahan dalam turunnya Islam (Al Quran) ke muka bumi ini, dan ini KEMBALI menunjukkan bahwa Islam adalah sempurna bahkan negeri tempat diturunkannya pun --> sempurna

‎3. mungkin anda akan bertanya, "kan persia/romawi peradabannya maju, bukankah lebih gampang jika kita memulai usaha dari daerah yang sudah maju ?

maka saya akan menjawab :

kalau usahanya maaf.. jual beli pulsa, mungkin akan maju dan sukses, tapi hello..? yang akan disebarkan ke seluruh penjuru negeri ini adalah sebuah ajaran (kebenaran) yang akan mendobrak semua kerusakan yang ada di dunia ini,

ibarat menanam tanaman, maka kita harus benar2 memilih daerah yang tepat untuk menanan tanaman kita agar tidak cepat mati, rusak dan hancur, itulah kenapa Arab terpilih sebagai daerah turunnya Al Quran,

lalu mungkin anda akan bertanya, bukankah arab dulu juga tenggelam dalam kesesatan ?

saya jawab : iya, TAPI.... tidak SEPARAH daerah2 lainnya dimana pemahaman2 sesat sudah besar dan berkembang, romawi dengan nasraninya, persia dengan menyembah apinya, dan akhlak serta kerusakan moral pun sudah MERATA di negeri mereka, jadi sangat tidak mungkin dan pastinya tidak akan dipercaya jika anda mengaku utusan Allah dan memulai hidup dan mensyiarkan di tempat seperti itu, di negeri dimana para Nabi didustakan, ayat ayat Allah diputarbalikkan, dan segala kerusakan akhlak dan pemikiran terjadi disana,

sama seperti ketika anda ingin memasarkan tanaman anda, Anda menjual kesaya umpamanya, anda mengatakan tanaman anda bagus, menyegarkan, bebas virus dll dll, tapi nyata nyata saya melihat tanaman anda, anda pelihara di tengah2 kota yang penuh dengan polusi limbah dan debu, kira kira saya akan percaya dengan bualan anda ? Tentu tidak dan jika saya harus percaya pun maka akan sangat sulit sekali, karena jelas jelas tanaman anda tumbuh di tempat yang rusak, terkontaminasi, lantas bagaimana anda bisa mengklaim tanaman anda baik ?

itulah sekali lagi Allah subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kekuasaan-Nya, dia tidak memilih utusan terakhirnya dari negeri negeri yang kerusakannya parah, Dia memilih negeri yang kerusakannya lebih sedikit dan negeri itu masih terbebas dari polusi sehingga utusan yang dididiknya pun akan tumbuh dalam lingkungan yang asri (sehat), sehingga orang orang seperti saya dan anda bisa LEBIH MUDAH menerima/ membeli tanaman dari daerah yang masih sedikit polusinya dan sekali lagi ini juga 'automatically' memudahkan si 'pemimpin usaha' nantinya dalam memasarkan hasil usaha anda karena apa yang dia jual berasal dari tempat yang baik.

lagi lagi bukan sebuah perhitungan manusia mengenai semua ini, dan lagi lagi ini menunjukkan kebesaran Allah subhanahu wa Ta'ala itu sendiri, semua serba tepat dan sempurna

dan mungkin sekarang anda akan kembali ke pertanyaan awal :

"ya sudah, kalau gitu kenapa ga di Indonesia aja ?

maka saya akan menjelaskan: apakah indonesia pada masa itu dekat dengan negeri adidaya ? dimana peradaban sudah maju ? jawabnya, tidak, bahkan lihat saja sendiri Indonesia sejarahnya, merdeka aja baru 'kemarin sore', teknologi dan peradaban ? lebih parah lagi, indonesia masih jauh sangat tertinggal, jangankan sama negeri besar di ujung sana, lah sama negara tetangga aja indonesia masih kalah jauh semua semuanya ? belum lagi sepakbolah (halah) :) maaf.. kesampingkan saja urusan sepakbola ini, kita kembali ke topik utama,

indonesia

fakta : bahasa indonesia itu sendiri pun seiring berjalannya waktu terus mengalami perubahan, mulai dari ejaannya, hingga kata katanya, orang di jaman sekarang pun belum tentu memahami bahasa indonesia(melayu) jaman dulu, dan kebalikannya, orang jaman dulu, kalau hidup di jaman 'alay' seperti sekarang ini, mereka pasti akan asing dan aneh,

"apa itu lebay ? apa itu capcus ? apa itu sob ? " dan seterusnya

tapi coba lihat bahasa Arab itu sendiri,

disamping bahasa Arab adalah bahasa TERTUA di muka bumi ini, bahasa Arab juga terjaga keauntentikannya dan tidak pernah mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang, bahkan perbendaharaan kata katanya, tidak ada satu bahasa PUN yang mampu menandingi bahasa Arab, sebuah benda bisa memiliki ratusan kata sebagai pengganti kata benda tersebut, apakah anda bisa menemukan perbendaharaan sebanyak ini dalam bahasa lain ?

itulah dengan dipilihnya bahasa Arab, dengam segala kelebihannya, sekali lagi menunjukkan bukti kebesaran-Nya,

coba kalau diturunkan dalam bahasa Indonesia, mungkin ga sampai seratus tahun, sudah berganti isinya dan menjadi kacau jadinya, tapi dengan bahasa Arab, kesempurnaannya TERJAGA hingga sekarang, benar benar SEMPURNA

‎4. alasan lainnya kenapa Rasul dipilih dari bangsa Arab juga :

sudah sedikit saya jelaskan diatas, mengenai pemimpin yang kiranya anda akan tunjuk sebagai pembawa sukses usaha anda, apakah anda akan memilih pemimpin dari bangsa persia yang suka menyembah api, gemar melakukan seks bebas dan kerusakan lainnya ? tentu tidak, lalu apakah anda akan memilih dari romawi dimana ajaran yang kuat saat itu disana adalah nasrani dan mereka gemar sekali menjajah, merampas hak, dan juga seks bebas tumbuh subur disana bahkan memperkosa ibunya sendiri sudah menjadi kebiasaan ? lagi lagi tentu tidak, atau negeri yang anda tawarkan, indonesia ? aduh, sang utusan pasti akan sangat kesulitan sekali nantinya untuk menyebarkan ajarannya, karena faktor geologis dan bahasanya, sungguh bukan pilihan yang tepat untuk menjadikan indonesia sekaligus wakilnya sebagai tempat dan pemimpin untuk usaha anda,

jadi.. Diutuslah Rasul dari bangsa Arab, dimana letak geografis dan bahasanya, keduanya sangat menunjang (mensupport) ajaran ini tersebar ke seluruh penjuru negeri,

dan ini membuktikan simulasi yang saya buat :

Allah subhanahu wa Ta'ala telah memilih daerah yang sangat tepat untuk mengutus Rasul-Nya, dengan memberi kemudahan kepada utusan-Nya, sebuah daerah yang strategis, masih 'asri' dalam artian, peradaban masih belum maju disitu, sehingga daerah tersebut perilaku dan PEMIKIRANNYA masih belum terkontaminasi, sehingga ibarat hati yang bersih, mereka masih MUDAH untuk menerima apa yang Allah firmankan lewat nabi-Nya, karena mereka masih penduduk 'desa', dimana rasa jujur, setia, dan budi pekerti lainnya masih terjaga disana, dan disitulah Islam lahir dan dengan mudah diterima oleh bangsa Arab (yang mayoritas masih belum terkontaminasi PEMIKIRANNYA dari negeri2 tetangga dimana mereka menyembah patung dan api ditambah lagi dengan penuhnya hati dan pikiran mereka dengan pemahaman pemahaman sesat sehingga jelas ini akan mempersulit syi'ar masuk ke dalam dada masing masing mereka),

itulah kenapa Allah subhanahu wa Ta'ala memilih 'pemuda desa' yang masih 'murni' akhlaknya, pikirannya pun masih bersih dari segala macam kesesatan dan kaumnya pun masih banyak yang memiliki hati dan pikiran yang jernih, sehingga Islam mudah masuk ke hati mereka, dan akhirnya mereka pelan pelan tumbuh dan atas izin Allah mampu membuat Islam menjadi besar dan tersebar ke seluruh penjuru dunia hingga sekarang

===

sekian jawaban dari saya (tepat pukul 00:00)

semoga penjelasan saya ini bisa membuka hati anda bahwa sesungguhnya telah terbukti bahwa Islam adalah agama yang benar dan sempurna

jika ada kebenaran pada apa yang saya sampaikan, maka itu datangnya dari Allah, dan jika ada kesalahan pada apa yang saya sampaikan, maka itu semata-mata dari syaithan dan saya pribadi

itu saja dari saya

===

selesai

Princess Areya
Ok seorang pernah berkata kepadaku.... ketika muhammad menjajah kota makka... dia memghancurka semua berhala disana.... kecuali yang paling besar... yaitu kabah?yang sampai sekarang selalu disembah umaf islam....
Apa itu kabah?

http://muslim.or.id/sejarah-islam/fathu-makkah-pelajaran-dari-penaklukan-kota-mekkah.html

Ok seorang pernah berkata kepadaku.... ketika muhammad menjajah kota makka... dia memghancurka semua berhala disana.... kecuali yang paling besar... yaitu kabah?yang sampai sekarang selalu disembah umaf islam....

--> tanggapan :

1. mengenai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam 'menjajah'

silahkan anda baca disini :

http://muslim.or.id/sejarah-islam/fathu-makkah-pelajaran-dari-penaklukan-kota-mekkah.html

2. mengenai "dia memghancurka semua berhala disana.... kecuali yang paling besar... yaitu kabah"

--> berhala2 itu disimpan di dalam ka'bah, jadi, ka'bah tidak bisa disamakan dengan berhala, sama seperti ketika kamu menyimpan boneka boneka kamu di dalam lemari, apakah kamu akan menyebut lemari kamu sebagai boneka ?

3. Apa itu kabah?

silahkan anda baca disini :

http://almanhaj.or.id/content/2579/slash/0

4. yang sampai sekarang selalu disembah umaf islam....

--> tanggapan :

Syaikh Sholeh Al Fauzan memberikan jawaban sebagai berikut:

Ini jelas kebohongan yang nyata, kami sama sekali tidak menyembah batu (Hajar Aswad), melainkan kami menyentuhnya dan menciumnya sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan. Ini artinya kami lakukan hal tersebut dalam rangka ibadah dan mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mencium Hajar Aswad adalah bagian dari ibadah sebagaimana kita wuquf di ‘Arofah, bermalam di Muzdalifah dan thawaf keliling baitullah (Ka’bah). Juga kita mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya atau memberi isyarat padanya, itu semua adalah bentuk ibadah pada Allah, bukan berarti menyembah batu tersebut. Lebih dari itu, kita bisa beralasan dengan apa yang dilakukan oleh Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhuu ketika mencium Hajar Aswad. Ketika itu beliau mengatakan, “Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan manfaat atau bahaya. Jika bukan karena aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, aku tentu tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari 1597 dan Muslim 1270)

Oleh karena itu, masalah ini adalah berkaitan dengan bagaimana umat Islam mengikuti tuntunan Nabinya dan bukan menyembah batu (Hajar Aswad). Jadi, sebenarnya mereka yang menyebarkan isu demikian telah merencanakan kebohongan atas umat Islam, kita sama sekali tidak menyembah Ka’bah. Bahkan yang kita sembah adalah Rabb pemilik Ka’bah. Begitu pula kita melakukan thawaf keliling Ka’bah dalam rangka ibadah pada Allah ‘azza wa jalla karena Allah-lah yang memerintahkan kita untuk melakukan seperti itu. Kita melakukan demikian hanya menaati Allah ‘azza wa jalla dan mengikuti tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

===
source: ‘Aqidatul-Haaj Fi Dhouil Kitaab was Sunnah, Syaikh Sholeh Al Fauzan, hal.22-23, Di-translate dari http://fatwaislam.com/fis/index.cfm?scn=fd&ID=890

source 

Blog Archive