Follow us on:
50 Indikasi Muslimah/Muslim Terjangkiti Virus Film/Aktor/Artis Korea

by Syeh Abdullah Akiera Van As-samawiey -Hafizhahullah- on Wednesday, October 17, 2012 at 12:59am


Berikut 50 indikasi seorang muslimah ataupun muslim terjangkiti virus-virus artis korea:
  1. Meng-like page/halaman salah satu artis/aktor korea.
  2. Luapan kekaguman dipublikasikan via status.
  3. Lagu-lagu korea, meskipun tak dipahami, dijadikan dzikir di lisan
  4. Mengganti foto profile dengan foto-foto mereka.
  5. Mempelajari bahasa korea tanpa tujuan yang jelas.
  6. Mengikuti perkembangan berita mereka.
  7. Mengoleksi foto-foto mereka, apalagi yang beredar di Facebook.
  8. Membayangkan atau menghayal menjadi pasangan mereka.
  9. Hati begitu bahagia menatap wajah mereka. Ini diikuti senyum tak jelas.
10.  Menangis jika acara/film mereka terlewatkan
11.  Begitu setia menonton film mereka walaupun menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan puluhan episode.
12.  Mengikuti konser mereka.
13.  Tiket konser, walaupun mahal dengan harga yang variasi, akan laris dan akan segera habis.
14.  Begitu ridha dan ikhlas menanti di antrian pembelian tiket walaupun suasana membludak.
15.  Histeris dan meneteskan air mata bahagia melihat wajah sang aktor yang terlihat tampan.
16. Tak sedikit adegan foto sang aktor sedang berciuman dengan pemain wanita. Lantas para muslimah akan bertutur dengan penuh harap: “seandainya aku.”
17.  Mata mereka lebih berbinar cerah memandang wajah sang aktor.
18.  Nama akun facebook menggunakan nama sang aktor atau istilah-istilah dalam bahasa korea.
19.  Tiada hari tanpa gosip tentang mereka.
20.  Judul-judul film mereka menjadi hafalan di luar kepala.

21.  Pada tahap ngefans yang akut, ada yang yang melakukan operasi plastik agar wajah lebih mirip tampilan korea.
22. Begitu juga mode pakaian termasuk topi, switer, menjadi incaran walaupun harus mencarinya di rombengan.
23. Berlangganan majalah/tabloid yang khusus membicarakan tentang artis/aktor korea.                           
24. Mode-mode yang mereka gunakan akan menjadi tren dan menjadi buruan karena dianggap standar kemewahan.
25. Termasuk dalam mode tersebut adalah celana. Bagi laki-laki dan wanita di zaman ini, celana pensil adalah lambang “gaul”.
27. Gaya rambut baik style maupun warna pun diteladani.
28. Begitu pula dengan gaya jalan. Para artis/aktor memiliki gaya khas dalam berjalan sesuai dengan peran mereka masing-masing dalam drama korea. Ini juga yang ditiru anak muda.
29. Cara mereka berfose ketika di depan kamera. Ini pun ditiru.
30. Status-status facebook yang dipenuhi bahasa korea namun tidak dipahami.

31. Foto-foto mereka dari koran/majalah/tabloid dikumpulkan lalu dirangkai menjadi sebuah kliping.
32. Foto-foto mereka yang tersebar di internet akan di print kemudian dijadikan album dan dipampang di kamar-kamar. Ini menjadi pelipur hati bagi muslimah.
33. “Cium jauh.” Jemari muslimah akan mengelus-ngelus foto mereka, bahkan mencium foto mereka. Didekaplah di dada.
34. Mengikuti kontes-kontes maupun lomba atau sejenisnya dengan hadiah bertemu sang idola baik di Indonesia maupun di Korea.
35. Semakin memburu alat-alat kosmetik agar kulit tubuh maupun wajah lebih “cingklong” seperti sang idola.
36. Terkadang keinginan bertemu dengan mereka terbawa sampai alam mimpi.
37. Lebih senang mendengar lagu korea.
38. Mengoleksi film-film korea? Tentu saja.
39. Lebih sering ikut fitnes biar badan lebih kekar dan tinggi.
40. Handphone di-setting menggunakan bahasa korea.

41. Begitu pula nada dering atau nada tunggu, menggunakan lagu korea.
42. Melakukan diet agar tampil langsing seperti artis idola.
43. Majelis gosip? Kapan sih wanita tak pernah bergosip ria. “eh, di film yang kemarin dia gagah lho, tapi kok di film ini kurang macoo y?”
44. Hati tak sabar menanti episode demi episode.
45. Hati tak tenang menunggu serial terbaru dirilis.
46. Memantau jadwal tayang di bioskop.
47. Tertarik untuk melakoni pacaran.
48. Memanggil nama pacar dengan nama sang aktor.
49. Menghayal tingkat tinggi karena tersihir senyuman manis sang aktor. Mereka menghayalkan sang artis mendatangi mereka lalu mengecup keningnya.
50. Menghayal menjadi artis/aktor dan ikut bermain peran film bersama sang idola. Bahkan karena melihat cantik sang artis, mereka menghayal melepaskan jilbabnya agar kecantikan diekspos.

Ini menandakan parahnya kualitas cinta. Slogan mencintai Allah dan Rasul-Nya tetap ada namun mulai terkikis dan lenyap oleh deretan nama-nama sang aktor. Inilah bius-bius cinta yang menyihir. Secara perlahan atau cepat akan mengikis kualitas iman apalagi pada saat yang sama banyak kewajiab syar’i terbengkalai dan menumpuknya pelanggaran etika syar’i.


>>Engkau yang Begitu Kucintai

‘Umar bin Al-Khaththab, begitu besar cintanya untuk sang Nabi. Suatu ketika, ia beranikan diri katakan cinta kepada beliau. Ungkapannya terekam apik dalam Shahih Al-Bukhari:

يا رسول الله لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي

“Wahai Rasulullah, demi Allah, setelah diriku sendiri, engkau benar-benar orang yang paling kucintai dari segalanya.”

Dengarlah dendang cinta ‘Umar. Dia bersumpah. Dia bersumpah. Dia bersumpah dengan nama Allah bahwa Rasulullah adalah pihak kedua yang paling ia cintai setelah ia mencintai dirinya sendiri. ‘Umar memposisikan Rasululllah pada urutan cinta nomor dua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menukas:

لا يا عمر حتى أكون أحب إليك من نفسك

“Tidak, wahai ‘Umar, mestinya akulah yang paling engkau cintai melebihi cintamu kepada diri sendiri.”


Segeralah ‘Umar menata kembali urutan cintanya. ‘Umar bertutur:

والذي بعثك بالحق لأنت أحب إلي من نفسي.
“Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Kini, engkaulah yang paling aku cintai melebihi kecintaanku pada diriku sendiri.” 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun membenarkannya dengan berkata:

الآن يا عمر

“Sekarang, benarlah engkau wahai ‘Umar.”[1]


Allahu Akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Inilah gemuruh cinta ‘Umar di samudera hatinya. Ia dendangkan cinta yang jujur nan berkekuatan. Cinta ini begitu tulus. Cinta ini begitu lembut. Sejuk hati mendengarnya. Sejuk hati mengutarakannya. ‘Umar, dalam waktu sekejap, mampu memindahkan sosok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi orang yang paling ia cinta.

‘Umar tak butuh waktu lama. Ia tak butuhkan proses berpikir untuk menimbang dan mengambil keputusan. Ia mampu menggeser dan mengenyampingkan kecintaan terhadap diri sendiri di bawah kecintaan tulusnya untuk sang Nabi. Sekali lagi, begitu berkekuatannya cinta yang berkelas ini.

Apakah para muslimah mampu mengubah kekagumannya dan menjadikan sang Nabi sebagai idola/panutan pada rank teratas lalu mengubur kekaguman terhadap wajah-wajah lelaki tampan itu??


>>Aqidah Cinta yang Salah Arah


Ada sebuah cinta yang tak banyak diketahui oleh muslimah umumnya saat ini yaitu kecintaan kepada Sahabat Nabi.  Para Sahabat Nabi diberikan keistimewaan oleh Allah berupa ilmu dan keyakinan yang benar. Mereka adalah manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang tak pernah ada sebelumnya dan tidak akan pernah ada setelahnya. Para Sahabat Nabi adalah orang-orang pilihan pada generasi pilihan pula. Mereka adalah umat yang dimuliakan oleh Allah.

Allah berfirman tentang kaum Muhajirin dan Anshar beserta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik:

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

“Manusia terbaik adalah pada masaku ini kemudian (ada) pada masa setelahnya (masa tabi’in) dan kemudian (ada) pada masa setelahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”[2]

Tak hanya memberikan pujian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan kecaman kepada siapapun yang mencaci para Sahabat. Beliau bertutur:

لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ، ولا نصيفه.

“Janganlah kalian membenci sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka ini tak akan mampu mencapai nilai infaq yang mereka keluarkan walau satu Mudd [sepenuh dua telapak tangan] dan tak juga mencapai separuhnya.”[3]


Inilah salah satu aqidah yang harus dipegang teguh dan dilakoni. Ahlussunnah waljama’ah menetapkan bahwa wajib mencintai sahabat Nabi.

Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili mengungkapkan:

“Diantara pokok Ahlussunnah wal jama’ah adalah adalah mencintai Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ridha dan berloyalitas kepada mereka, mendoakan dan meminta ampun untuk mereka, meyakini keutamaan mereka melebihi umat lain, berlepas diri dari pihak yang menghujat dan mencaci sahabat baik (sekte) Rafidhah maupun Nawaashib.”[4] 


Kecintaan terhadap Sahabat Nabi terkomposisi dalam dua hal[5]:
  1. Kecintaan terhadap mereka sebagai seorang muslim/mukmin secara umum.
  2. Kecintaan terhadap mereka sebagai sosok-sosok yang menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Cinta pada poin ke-dua ini disarikan dari nash-nash Al-Qur’an dan Hadits beserta penjelasan para ulama seperti kutipan nash-nash di atas.
Poin ke-dua inilah yang merupakan salah satu pokok penting dalam Islam dan dibahas oleh para ulama dalam kitab-kitab aqidah maupun manhaj. Inilah salah satu cinta yang benar dan terarah nan berbuah pahala. Inilah salah satu rel-rel cinta yang mesti dilalui karena ia ‘kan berujung bahagia.


>>Saling Mewarisi Cinta

Dahulu, para salaf saling mewarisi kecintaan. Mereka ajarkan anak-anak mereka untuk mencintai Abu Bakr dan Umar, sebagaimana mereka mengajarkan al-Qur’an kepada sang buah hati. Imam malik bertutur:

كان السلف يعلمون أولادهم حب أبي بكر و عمر كما يعلمون السورة من القرآن

“Dahulu para salaf mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakr dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam Al-Qur-an.”[6]

Inilah mereka mewarisi aqidah cinta untuk anak-anak mereka sehingga kelak mereka tumbuh dalam naungan cinta teruntuk para Sahabat Nabi.

Apakah aqidah cinta ini telah diarahkan dengan benar oleh para muslimah? Atau terarahkan dengan sempurna menuju wajah-wajah lelaki cantik itu?
Apakah para muslimah saling mewarisi aqidah cinta ini ataukah mereka saling mewarisi gossip tentang aktor idola?

Apakah cinta mereka kepada sang artis/aktor akan membuahkan keimanan? Akankah ia mendatangkan pahala?

Akankah cinta ini mampu melabuhkan mereka berada di taman-taman surga? Jika tidak maka mereka telah berkubang dan terbius cinta semu: cinta yang menjadikan pemiliknya menghayal dan membuahkan maksiat.


>>Kebersamaan Cinta


Cinta mengharuskan raga bersama orang-orang yang dicintai. Begitu gersang rasanya hati jika yang dicinta berada jauh dari pandangan mata.

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya kepada beliau:

يا رسول الله كيف تقول في رجل أحب قوما ولم يلحق بهم

“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang seorang pemuda yang mencintai suatu kaum namun mereka tak bertemu?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

المرء مع من أحب

“Seseorang akan bersama orang yang cintai.”[7]


Bisa jadi dan sangat mungkin mereka tak akan mengakui bahwa mereka tak mencintai sang aktor namun indikasi-indikasi cinta ini ada dan terlihat nyata. Kelak, kecintaan kepada sang aktor korea dan aktor-aktor lainnya akan menjadikan mereka, sang pecinta, bersama pihak-pihak yang mereka cintai yaitu pihak-pihak yang menjadi muara persembahan cinta.

Sebaliknya, mereka yang membuktikan cinta tulusnya kepada sang Nabi beserta Sahabatnya, kelak akan berbahagia. Mereka akan menikmati pada episode kehidupannya selanjutnya di Surga. Insya Allah.


Para Wanita, Artis Korea dan Dajjal

Para artis korea telah mampu membius muslimah. Mereka, para artis korea itu, memiliki kelebihan-kelebihan yang sifatnya manusiawi. Artinya, ketampanan, wajah yang imut, suara yang merdu, dan tetek bengek lainnya sangat mungkin dan bahkan dimiliki pula oleh orang lain di lain tempat dan waktu. Walaupun demikian, wanita-wanita muslimah telah terpesona, terpukau dan tersihir.

Lantas, hubungannya dengan Dajjal?

Dajjal adalah fitnah (ujian) yang paling besar semenjak Allah ‘azza wajalla menurunkan nabi Adam ‘alaihissalam hingga menjelang hari kiamat. Dajjal memiliki kelebihan di luar batas kemampuan manusia.

Atas izin Allah, Dajjal mampu memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu menumbuhkan tetanaman yang segera menghijaukan bumi pertiwi. Pada saat yang sama pula, dia mampu menjadikan musim semi itu menjadi musim kemarau yang tiada berhujan karena memang dia juga mampu menahan hujan hingga tetumbuhan dan hewan-hewan akan mati di masa-masa kedatangannya di akhir zaman.

Dajjal mampu menghidupkan manusia yang ada di kuburan maupun orang-orang yang dibunuhnya. Dia mampu mengeluarkan kekayaan dari perut bumi yang membuat manusia terpukau dan terpesona. Lebih dari itu, ia membawa dua sungai di tangannya, sungai bermata air jenih dan sungai api. Ia mampu terbang dengan kecapatan yang luar biasa untuk mengelilingi dan menyinggahi seluruh pelosok bumi kecuali Mekkah dan Madinah yang dijaga para malaikat.

Dengan kelebihan itulah manusia terhipnotis, tersihir, terpukau sehingga menjadi pengikut Dajjal, terlebih dari kalangan para wanita. Iya, para wanita, adik-adik, kakak-kakak, istri-istri kaum muslimin kecuali mereka yang dirahmati Allah.

“Kebanyakan pengikut Dajjal,” tutur Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl dalam kitabnya Asyratus Sa'ah, “adalah orang-orang Yahudi, orang Ajam (non arab), orang Turki, dan banyak lagi manusia dari berbagai bangsa dan golongan yang kebanyakan dari orang-orang Arab dusun dan kaum wanita.”

Ucapan di atas bukanlah omong kosong belaka karena memang didasarkan sebuah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Dajjal akan turun di lembah air Murqonah' ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena khawatir mereka akan pergi menemui Dajjal."
(Musnad Ahmad VII: 190 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, "Isnadnya shahih.”)

Kembali mencermati hadits dan ucapan diatas, kami melihat kesamaan antara artis korea dan Dajjal yang walaupun perbedaannya begitu mencolok. Kedua-duanya memiliki satu titik kemiripan: sama-sama mampu merebut hati para wanita.

Menutup catatan ini, ada sebuah pertanyaan besar yang harus menjadi cambuk hati bagi wanita-wanita muslimah.  

“Dengan bekal apa mereka menghadapi dahsyatnya fitnah Dajjal sementara di zaman ini mereka telah terbius dengan fitnah artis-artis korea?”


***

Abdullah Akiera Van As-Samawiey

Lantai 3 Masjid 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Mataram, Rabu 01 Dzulhijjah 1433 /17 Oktober 2012 M


Senarai Inspirasi:
  1. Kitab Al-Jawaab al-Kaafiy Liman Sa-ala ‘anid Dawa-i asy-Syaafi oleh Imam Syamsuddin Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, diterbitkan oleh Markaz al-‘Urwah al-Watsq Lilbahts al-‘Ilm.
  2. kitab Mahdhu Al-Ishabah fiy Tahriiri ‘Aqiidati Ahli As-Sunnah wa Mukhalifiihim fiy Ash-shahaabati karya syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili  hafidzahullah, terbitan Dar Al-Imam Ahmad, Al-Qaahirah. 
  3. Al-Maktabah Asy-Syamilah.
  4. Buku Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah oleh Ustadz Yazid bin abdul Qadir Jawas, terbitan Pustaka Imam Syafi’i, Bogor, cetakan ke-7.
  5. Artikel kami yang berjudul "Pencuri Hati Bidadari Bumi"


End Notes:

[1] HR al-Bukhari no. 6632
[2] Muttafaq ‘alaihi
[3] Hadits riwayat al-Bukhari (3673), Muslim (2541), dan yang lainnya.
[4] Dikutip dari kitab Mahdhu Al-Ishabah fiy Tahriiri ‘Aqiidati Ahli As-Sunnah wa Mukhalifiihim fiy Ash-shahaabati karya Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili  hafidzahullah, terbitan Dar Al-Imam Ahmad, Al-Qaahirah, hal 13.
[5] Ibid,
[6] Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240.
[7] HR al-Bukhari no. 6169

semoga bermanfaat

source 

Islam Memandang Syair

bismillaah,


Allah Ta’ala berfirman:

وَالشُّعَرَاء يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لا يَفْعَلُونَ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ
كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 224-227)

Ubay bin Ka’ab telah mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ الشِّعْرِ حِكْمَةً

“Sesungguhnya di antara syair itu ada yang merupakan hikmah.” (HR. Al-Bukhari no. 6145)

Dari Al-Bara` bin ‘Azib radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Hassan bin Tsabit pada perang Quraizhah:

اهْجُ الْمُشْرِكِينَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ مَعَكَ

“Seranglah kaum musyrikin (dengan syairmu), karena Jibril bersamamu.” (HR. Al-Bukhari no. 6153 dan Muslim no. 2486)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا يَرِيهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا

“Sesungguhnya perut salah seorang di antara kalian penuh dengan nanah hingga merusak ususnya, itu lebih baik daripada perutnya penuh dengan syair (sajak).” (HR. Al-Bukhari no. 6154 dan Muslim no. 2258)

Penjelasan ringkas:

Syair adalah suatu ucapan dalam bentuk sajak, yang jika isinya baik maka dia adalah kebaikan dan jika isinya jelek maka dia adalah kejelekan. Karenanya jika isi syair tersebut mengandung suatu keutamaan atau dorongan untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia, maka itu adalah syair yang terpuji dan dianjurkan. Akan tetapi jika isinya selain daripada itu, seperti mengandung celaan kepada seorang muslim, atau mengolok-olok kaum muslimin, atau mengajak kepada perbuatan kefasikan dan kebejatan hawa nafsu, maka itu adalah syair yang tercela, yang telah ditahdzir oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

source: http://al-atsariyyah.com/islam-memandang-syair.html


Bagaimana hukumnya mengaqiqahkan anak yang sudah wafat

bismillaah,
 
Tanya: Bagaimana hukumnya mengaqiqahkan anak yang sudah wafat? Apakah kewajiban orang tua belum gugur? Mohon dijawab terima kasih. Wassalamualaikum. (Ardiansyah Permadi)

Jawab:

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu. Alhamdulillah washshalatu wa
ssalamu 'alaa rasulillah.

Aqiqah termasuk sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang dianjurkan. Berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, diantaranya dari Samuroh bin Jundub radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى

Artinya: "Setiap bayi tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelihkan kambing pada hari ke-7, dicukur rambutnya serta diberi nama" (HR.Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’iy, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Abdul Haq, lihat at-Talkhis 4/1498 oleh Ibnu Hajar)

Maksud tergadaikan di sini adalah tertahan dari suatu kebaikan yang seharusnya diperoleh jika ia diaqiqahi. Karena seorang bisa kehilangan memperoleh kebaikan karena perbuatannya sendiri atau karena perbuatan orang lain. (Lihat Tuhfatul Maudud,Ibnul Qayyim hal.122-123, tahqiq: Syeikh Salim al-Hilali)

Berdasarkan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits diatas maka tidak selayaknya meninggalkan aqiqah jika mampu. Bahkan kebiasaan para salaf mereka senantiasa melaksanakan aqiqah untuk anak-anak mereka.

Yahya al-Anshori rahimahullahu mengatakan: “Aku menjumpai manusia dan mereka tidak meninggalkan aqiqah dari anak laki-laki maupun perempuan”. (Al-Fath ar-Robbani, Ibnul Mundzir 13/124, lihat Ahkam al-Maulud hal.51, Salim bin Ali Rosyid as-Sibli dan Muhammad Kholifah Muhammad Robah)

Berhubungan dengan mengaqiqahi orang yang sudah meninggal maka tidak lepas dari tiga keadaan;

Pertama: Orang tua mengaqiqahi anak yang telah meninggal. Jika anak tersebut meninggal ketika sudah terlahir ke dunia, tetap disyariatkan untuk diaqiqahi.

Dan jika meninggalnya masih dalam kandungan dan sudah berusia 4 bulan maka disyariatkan aqiqah, jika kurang dari 4 bulan maka tidak disyariatkan.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mengatakan: “Apabila janin itu keguguran setelah ditiupkannya ruh maka janin tersebut dimandikan, dikafani, disholati dan dikubur di pekuburan kaum muslimin, serta diberi nama dan diaqiqahi. Karena dia sekarang telah menjadi seorang manusia, maka berlaku pula baginya hukum orang dewasa”. (Syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah hal.90, Ibnu Utsaimin)

Kedua: Anak mengaqiqahi orang tua yang sudah meninggal. Hukumnya tidak disyariatkan, karena perintah aqiqah ditujukan kepada orang tua bukan kepada anak.

Ketiga: Mengaqiqahi seorang manusia yang telah meninggal. Jika ada seseorang yang meninggal dan dia semasa hidupnya belum diaqiqahi, maka tidak disyariatkan bagi ahli warisnya untuk mengaqiqahinya. Allohu A’lam. (Faedah ini kami dapat dari Syaikhuna Saami bin Muhammad as-Shuqair, murid senior dan menantu Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin, Jazaahullohu Khoiron)

source: situsbermanhajsalaf

APA TUJUAN IBADAH QURBAN ?


Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin رحمه الله

Pertanyaan:
Apa maksud dari berkurban dalam tinjauan syari'at ?

Jawab:
Maksudnya adalah pendekatan diri kepada اللّهُ dengan melakukan kurban yang telah اللّهُ gandengkan bersama shalat di dalam firman-Nya:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ


“Maka dirikanlah shalat demi Rabbmu dan MENYEMBELIHLAH.”(QS. Al Kautsar: 2)

Demikian pula firman-Nya:

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ* لا شَرِيكَ لَهُ

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, SEMBELIHANKU, hidupku, dan matiku adalah untuk اللّهُ Rabb alam semesta. Tak ada sekutu bagi-Nya.” (QS. Al An’am: 162-163)

Dengan demikian itu, kita mengetahui KEDANGKALAN ORANG YANG MENDUGA bahwa yang dimaksud dengan berkurban adalah mengambil kemanfaatan dengan dagingnya.

Maka sesungguhnya yang demikian ini adalah PRADUGA YANG DANGKAL DAN LAHIR DARI KEBODOHAN.

Maka yang dimaksud adalah MENDEKATKAN DIRI KEPADA اللّهُ DENGAN MENYEMBELIH.

Ingatlah mengenai firman اللّهُ Ta’ala:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ


“Daging² dan darahnya itu se-kali² tidak dapat mencapai (keridhaan) اللّهُ, tetapi KETAKWAAN dari kalianlah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)

Sumber :
[Silsilah Liqa`Babil Maftuh, oleh Asy Syaikh Ibnu Utsaimin, dengan nomor kaset: 228]


#BENARKAH HEWAN QURBAN AKAN MENJADI TUNGGANGAN KITA KETIKA MENYEBERANGI JEMBATAN (SHIRAT) NERAKA?#

bismillaah,

Disebagian tempat, kita sering mendapati mubaligh atau da'i yang mengatakan bahwa hewan qurban akan menjadi kendaraan kita ketika menyeberangi jembatan shirat di akherat nanti.

benarkah demikian?

Ternyata hadits yang di bawakan oleh para Da'i itu TIDAK SHAHIH.

Mereka memabawakan hadits2 ini :

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَظِّمُوا ضَحَايَاكُمْ فِإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ

“Besarkanlah/gemukkanlah hewan-hewan qur ban kalian, karena sesungguhnya hewan-hewan qurban itu adalah tunggangan kalian di atas shirath (jembatan di atas neraka).“

HADITS INI TIDAK ADA ASALNYA (laa ashla lahu) DENGAN LAFAZH INI. 

 
Ibnush Shalah berkata: “Hadits ini tidak dikenal, dan tidak tsabit”. Dalam hadits lain dengan lafazh (istafrihuu) sebagai ganti (‘azhzhimuu) akan tetapi sanadnya sangat dha’if.(Ahkamul Udh-hiyyah hal. 64, karya Abu Sa’id Bal’id bin Ahmad)

Dalam lafazh lainnya :

اسْتَفْرِهُوْا ضَحَايَاكُمْ، فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلىَ الصِّرَاطِ

“Perbaguslah hewan qurban kalian, karena dia adalah tunggangan kalian di atas shirath. ”

 
Hadits ini lemah sekali (dha’if jiddan). Dalam sanadnya ada Yahya bin Ubaidullah bin Abdullah bin Mauhab Al-Madani, dia bukanlah rawi yang tsiqah, bahkan matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan oleh para ulama). Juga ayahnya, Ubaidullah bin Abdullah, adalah seorang yang majhul. Lihat Adh-Dha’ifah karya Al-Albani rahimahullahu (2/14, no. hadits 527, dan 3/114, no. hadits 1255), Dha’iful Jami’ (no. 824). (Ahkamul Udh-hiyyah hal. 60 dan 62, karya Abu Sa’id Bal’id bin Ahmad), (lihat; As-Silsilah Dhaifah, 74)


Sahabat


Harapan Doa Dari Para Sahabat yang Kan Kutinggalkan…

Disampaikan oleh : أُسْتَاذُ Firanda Andirja, MA

سَوْفَ يَمضِي بِنَا مَركبٌ لِلْوَداع
يَسْتَحِثُّ الخُطى والدُّموع الشِّراع
عَالَمٌ لم يــزلْ يَسْتَلِذُّ الْمَتَاع
أنْتُمُ إخْـوَتِي خَيْرُ هَذَا الْمَتَاع

Kita akan diangkut oleh ‘kendaraan perpisahan’ (baca: keranda kematian)

Yang harus diusung dg langkah kaki dan derasnya air mata kesedihan…
(Meski) dunia terus mengajak untuk menikmati keindahannya
Maka kalianlah sahabat-sahabatku, sebaik-baik keindahannya

آهٍـ يَا إخْوَتِي بُـعدُكم لا يُراد
كيف أنسى أخي كيف يحلو الرقاد

Aaahhh….Sahabat-sahabatku… Jauhnya kalian tidaklah aku harapkan

Bagaimana kan kulupakan sahabatku, bagaimana pula tidur indah kan kunikmati

دمْعُ عَيْنِي جرَى واستطَالَ السَّوَاد
يا إلَهَ الوَرَى اُلْطُفَنْ بِالعِـبَاد

Linangan air mataku terus mengalir (karenanya), hingga hitamnya garis mata tampak memanjang

Ya Tuhan alam semesta, berilah seluruh hamba-Mu lembutnya kasih sayang

دُنْيَانَا يَالَهَا تَجْرِي مَجْرَى السَّحَاب
وَهْيَ تَسْعَى بِنَا نَحْوَ يَوْمِ الْحِسَاب

Lihatlah dunia kita, ia lari seperti larinya awan

Menyeret kita menuju hari perhitungan

إِخْوَتِي رَدِّدُوا صَوْتَكُم مُسْتَطَاب
لَسْنَا نَرْجُو سِوَى دَعْوَةً لِلصِّحَاب

Sahabat-sahabatku, teruslah dg suara kalian yg baik (dan penuh berkat)

Kami tidak mengharapkan, melainkan doa (kebaikan) untuk para sahabat kalian

إخوتي عاهِدوا اللهَ فوق السَّمَاء
أن يكونَ لنا في القريبِ لِقاء

Sahabat-sahabatku… berjanjilah kepada Allah yg berada di atas langit
Bahwa kita akan berjumpa dalam waktu dekat

إخوتي عاهِدوا اللهَ فوقَ السماء
أن يَرى كَفَّكم ضارِعًا بالدُّعاء

Sahabat-sahabatku… berjanjilah kepada Allah yg ada di atas langit sana

Untuk melihat tangan kalian, merendah untuk mendoakan kami

Renungan:

Kurenungi bait-baitnya dengan mendalam… ia seakan barisan ombak yg terus berdatangan dalam pendengaran… beribu angan menghampiri pikiranku… dan perasaan halus terus mengusik jiwaku…



Kutanya diriku:

benarkah ‘kendaraan perpisahan’ itu benar-benar akan menghampiriku?!

Akankah kutulis wasiat terakhir, kepada setiap orang yg kucintai, sebelum kepergianku?!


Lalu apakah isi wasiat terakhirku itu? Yang harus cepat ku tulis sebelum kutinggalkan duniaku?
Ibuku… bapakku… saudara-saudaraku… saudari-saudariku… rumahku… istriku…
sahabat-sahabat… teman-teman… rekan-rekan kerja… kenalan-kenalan… kantor… computer… internet?

Jalanan… masjid… anak-anak kecil di jalanan dan desa… detik-detik bahagia… masa-masa sedih, sakit, dan perjuangan…

Akankah kutinggalkan dunia ini, yg terus mengajakku menikmati keindahannya…
beserta semua saudara dan orang-orang tercinta yg hidup di dalamnya

Siapakah yg akan kuberi kata perpisahan ?
Siapa pula yg akan kulupakan dari sapaan salam?…
Bahkan, punyakah aku waktu yg cukup untuk menyampaikan salamku kepada semua orang yg kucinta?

Siapakah dari mereka yg sudi memaafkanku?… Siapa pula yg merasa kehilangan diriku?… Bahkan siapakah yg aku malah lebih kehilangan dia?

Canda-tawa manakah yg akan teringat dibenakku?…
Dan wajah manakah yg akan mempengaruhi raut wajahku?…

Berapakah lautan yg mencukupi mataku untuk mengucurkan tangisnya?

Bagaimana diriku akan sabar dan tahan setelah ini semua?…

Ya Tuhanku… betapa rapuhnya hati kami sebagai manusia, ketika pribadi-pribadi ini pergi bersama ruh yg bersih nan suci…

Betapa kerasnya jeritan hati, untuk orang yg dilahap oleh waktu di hadapanku, atau aku yg dilahap waktu di hadapannya…

Di masa sedih itu, betapa tingginya jeritan ‘aaaah’ di tenggorokanku yg ku sertakan bersama ruh-ruh kalian yg mulia

Maka terimalah suratku ini, yg berisi permohonan maafku, sebelum datang waktu itu…
Saat jiwa lelahku, berada diantara tubuh yg tidak kuat lagi pergi menghampirimu…

Apapun kesalahan kalian terhadapku, maka sungguh aku mempersaksikan kepada Allah, bahwa aku telah merelakan dan memaafkannya… bahkan aku telah melupakannya… dan seakan tidak pernah ada… MAKA MAAFKANLAH SALAH-SALAHKU!

Jika nantinya tanah telah menutupi jasadku… Dan alam lain telah melingkupiku… Maka ingatlah… Ingatlah, bahwa suatu hari, aku telah mengirimkan surat terakhirku ini…

Dan janganlah lupa mendoakanku dengan doa yg baik di saat ku telah tiada

Aku benar-benar yakin, bahwa jeritan hatiku untuk sahabat-sahabat dan orang-orang tercintaku ini, nantinya juga akan menghampiri jiwa-jiwa kalian yg mulia…

Dan kalian akan mengirimkannya kepada setiap orang yg kalian cintai…

Kepada setiap orang yg kalian hargai…
Kepada setiap orang yg kalian hormati

Harapan-tertinggiku…
Apabila sampai suratku ini…
Balaslah surat ini dengan empat kata :

"AKU TELAH MEMAAFKANMU SAHABATKU…"

(Ust. Musyaffa' MA hafidzohulloh)

---- END ----

Sabar Membawa Keberhasilan

(
ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah)

Sabar adalah akhlak yang sangat mulia. Ia menjadi hiasan para nabi untuk menghadapi berbagai tantangan dakwah yang menghadang. Berhias diri dengan sabar hanyalah akan membuahkan kebaikan.

“Bersabarlah!”

Demikian perintah Allah terhadap Rasul-Nya Muhammad shallallahu alaihi wasallam di dalam Al Qur`an. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan sabar kaitannya dengan keimanan kepada Allah dan kaitannya dengan perwujudan iman tersebut dalam kehidupan dan terlebih sebagai pemikul amanat dakwah. Tentu jika Anda menyambut seruan tersebut niscaya Anda akan berhasil sebagaimana berhasilnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, keberhasilan di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman:

“Maka bersabarlah kamu sebagaimana bersabarnya orang-orang yang memiliki keteguhan dari para rasul.” (Al-Ahqaf: 35)

Sabarnya Ulul ‘Azmi

Siapakah yang dimaksud oleh Allah dengan ulul ‘azmi yang kita diperintahkan untuk mencontohnya?

1.    Nabi Nuh alaihissalam sebagai rasul yang pertama kali diutus ke muka bumi ini adalah salah satu dari ulul ‘azmi. Beliau diutus kepada kaum yang pertama kali menumbuhkan akar kesyirikan di muka bumi. Tahukah Anda bagaimana besar tantangan yang dihadapi? Coba Anda renungkan ketika seseorang ingin mencabut sebuah pohon yang sangat besar yang akarnya telah menjalar ke segala penjuru, sungguh betapa berat pengorbanannya. Allah sendiri telah memberitahukan kepada kita dengan firman-Nya:
“Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap para nabi seorang musuh berupa setan baik dari kalangan manusia maupun jin.” (Al-An’am: 112)

Yang pertama kali dari sederetan kaumnya yang menghadang dakwah beliau adalah keluarga yang paling dekat: anak dan isterinya. Dengan perjuangan yang panjang dan berat, beliau dengan kesabaran bisa meraih kemenangan di dunia dan di akhirat.

Allah mengatakan tentang beliau, yang artinya :

“Sesungguhnya dia adalah hamba-Ku yang bersyukur.” (Al-Isra`: 3)

2.    Nabi Ibrahim alaihissalam sebagai bapak orang-orang yang bertauhid juga merupakan salah satu ulul ‘azmi. Mendobrak keangkaramurkaan yang dilakukan oleh bapaknya sendiri dan kaumnya yang dipimpin oleh seorang raja yang dzalim. Bagaimanakah perasaan Anda jika Anda diusir dari belaian kasih sayang dan perlindungan bapak Anda? Bapaknya yang Allah jadikan sebagai penghadang dakwah beliau, berada di bawah cengkeraman raja yang mengaku diri sebagai tuhan. Dia harus menelan pil pahit angkara murka kaumnya yang dengan tega melempar Nabi Ibrahim alaihissalam ke dalam kobaran api yang sangat dahsyat. Namun apa yang bisa mereka perbuat terhadap jasad beliau? Sia-sialah perbuatan mereka.

Di sisi lain beliau harus juga menerima ujian yang lebih pahit yaitu amanat dari Allah untuk menyembelih putra yang disayangi dan diharapkan sebagai calon penerusnya. Bisakah Anda membayangkan hal yang demikian itu? Kesabaranlah yang menyelamatkan dari semua ujian dan cobaan yang menimpa beliau.

3 & 4.   Nabi Musa alaihissalam dan ‘Isa alaihissalam adalah dua rasul yang diutus kepada Bani Isra`il dan sekaligus sebagai ulul ‘azmi. Tantangan yang dihadapi beliau berdua, tentu tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya dari kalangan para rasul Allah. Siapa yang tidak mengenal Fir’aun si raja kufur yang menobatkan dirinya sebagai Rabb semesta alam, raja tak berperikemanusiaan yang membunuh anak-anak yang menurutnya akan bisa menggoyahkan tahta kekuasaannya? Kesabaranlah yang menjadi kuncinya sehingga beliau berdua dibebaskan dari segala bentuk tantangan dan ujian yang sangat dahsyat.

5.    Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai nabi penutup dan imam para rasul juga termasuk salah satu dari ulul ‘azmi. Beliau diutus kepada semua umat yang berada di atas dekadensi moral, kejahiliyahan dan keberingasan. Tentu tantangan yang beliau hadapi tidak kalah hebat dengan para rasul pendahulu beliau. Para rasul pendahulu beliau hanya diutus kepada kaum tertentu sedangkan beliau diutus kepada seluruh umat. Ini menggambarkan betapa besar tantangan yang beliau harus hadapi. Allah menjadikan keluarganya yang dekat sebagai penjegal perjalanan dakwah beliau. Mereka tidak berbeda dengan kaum sebelumnya dalam memusuhi para rasul Allah. Kesabaranlah yang menjadi kunci semua perjuangan beliau.

Anda pasti menginginkan keberhasilan dalam setiap usaha yang Anda lakukan. Maka dari itu jadikanlah seluruh para Nabi dan Rasul Allah sebagai suri teladan Anda dalam kesabaran sehingga Anda akan mendapatkan keberhasilan seperti apa yang mereka telah dapatkan.

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan di dalam tafsir beliau: “Adapun orang yang Allah telah berikan taufiq untuk bersabar ketika ditimpa ujian, sehingga dia menahan dirinya untuk tidak benci terhadap ketentuan tersebut baik dengan ucapan dan perbuatan dan berharap pahala dari Allah, dan dia mengetahui bahwa apa yang dia dapatkan dari pahala karena kesabaran tersebut atas musibah yang menimpanya, bahkan baginya ujian itu menjadi nikmat karena telah menjadi jalan terwujudnya sesuatu yang lebih baik, maka sungguh dia telah melaksanakan perintah Allah dan berhasil meraih ganjaran yang besar dari sisi-Nya.”

Macam-macam Sabar dan Keutamaannya

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab beliau Madarijus Salikin (2/156) berkata: “Sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan diri dari bermaksiat kepada Allah dan sabar dalam menghadapi ujian.”

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsir beliau menukilkan ucapan Sahl bin Abdillah At-Tasturi:

“Sabar ada dua macam yaitu sabar dari bermaksiat kepada Allah maka ini adalah seorang mujahid; dan sabar dalam ketaatan kepada Allah ini yang dinamakan ahli ibadah.”

Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam kitab beliau Madarijus Salikin (2/155) mengatakan: “Sabar dalam keimanan bagaikan kepala pada jasad; dan tidak ada keimanan tanpa sabar sebagaimana jasad tidak akan berfungsi tanpa kepala.”

‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: “Kami menjumpai kebaikan hidup ada bersama kesabaran.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Kepemimpinan dalam agama akan didapati dengan yakin dan sabar.”

Allah  berfirman, yang artinya :

“Dan Kami jadikan dari mereka sebagai pemimpin yang berjalan di atas perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka yakin kepada ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada satupun pemberian kepada seseorang yang lebih baik daripada sabar.” (Shahih, HR. Muslim).

Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda pula:  “Sabar adalah cahaya.” (Shahih, HR. Muslim)

Allah  berfirman, yang artinya :

“Dan Kami benar-benar akan membalas mereka yang bersabar dengan balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka telah lakukan.” (An-Nahl: 96)

Wallahu a’lam.

•• Jangan Kau Bercerita tentang Wanita Lain ••


by Al-Ukhti Ratia Hilaliyah  -Hafizhahullah-

Beberapa istri yang memiliki hati dan niat baik ketika melihat seorang wanita muslimah berkepribadian jelita dan memiliki perangai yang baik tak ragu untuk menceritakan tentang sifat-sifat wanita itu di depan suaminya.

Ia pun memuji-muji wanita itu di depan sang suami.
Ia tak segan-segan menyebut namanya dan memberikan pujian untuk wanita tersebut setelah ia menjumpainya.
Istri ini mungkin tidak tahu jika hati terkadang lebih dulu jatuh cinta daripada dua mata sekalipun hanya melalui apa yang telah didengarkan saja.

Ketika sepasang suami istri ini hidup dalam keharmonisan, mungkin tidak akan jadi masalah.
Tapi tiba-tiba kehidupan bisa saja menjadi keruh di antara keduanya.
Sang istri pun tidak tahu apa penyebabnya.
 

Kemudian setan masuk untuk menyempurnakan kehancuran rumah tangga ini.
Setan telah menemukan celah untuk memusnahkan rumah tangga tersebut.
Setan mulai masuk mempengaruhi suami dengan menyibukkannya untuk mencari jalan agar bisa melihat wanita yang dulu selalu diceritakan oleh istrinya.

Ia lalu mencari berita tentang wanita tersebut, mencari tahu keadaannya, apakah wanita itu sudah menikah atau belum, mencari alamat rumahnya, bertanya tentang berapa umurnya, dan hal-hal yang lain.

Bahkan terkadang saat sang suami sedang berada di tengah keluarga, setan membisikkan wanita itu ke telinganya.
Suami pun kemudian berkhayal jika wanita itu sedang berada di depannya.

Hal ini membuat ia mulai membenci sang istri dan mencari alasan untuk menyakitinya.
Suami itu juga berusaha untuk membeberkan sifat buruk istrinya di depan orang lain.
Ini semua ia lakukan untuk membenarkan diri dan memberikan legitimasi agar bisa menempuh jalan setan yang telah direncanakannya.

Oleh karena itu syariat Islam melarang seorang istri untuk menceriakan tentang wanita muslimah lain di hadapan sang suami.

Atau mungkin saja kisah seperti ini akan mengacaukan kehidupan rumah tangga hingga menjadi kehidupan yang menyakitkan karena pasangan suami istri ini memiliki anak-anak dan keluarga besar.

Suami tidak berani untuk menjalin hubungan dengan wanita yang dulu selalu diceritakan istrinya dengan alasan materi, pribadi, atau karena alasan sosial.
Tapi ini semua justru akan melahirkan masalah-masalah baru yang akan membinasakan rumah tangga dan menelantarkan anak-anak mereka.

Lalu suami pun mulai berani untuk menempuh hal-hal yang diharamkan seperti merokok dan yang lainnya.

Setan pun kemudian menggiring sang suami untuk meneguk minuman keras, dan menempuh jalan hina serta penuh tipu daya.
Rumah tangga akan tersingkirkan dan kemudian meninggalkan pendidikan anak-anak.

Sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :




لا تباشر المرأة المرأة ، فتنعتها لزوجها كأنه ينظر إليها

“Janganlah seorang istri menceritakan seorang perempuan lain lalu menyifati (kecantikan) wanita itu kepada suaminya seakan-akan ia (suami) melihatnya.”
(HR. Bukhari 5240, dari hadits Abdullah bin Mas’ud)




***

Sumber : Artikel muslimah.or.id

source

Blog Archive