bismillaah,
Sudah
menjadi kewajiban setiap Muslim untuk mewaspadai segala kejahatan.
Apalagi jika berbicara tentang bahaya yang bersifat laten yang mengancam
akidah dan keyakinannya. Perlu perhatian ekstra untuk membentengi hati
dari lontaran syubhat yang bisa menyeret insan Muslim menanggalkan
akidah Islamiyyahnya.
Selama ini, yang sering menjadi topik
kekhawatiran adalah sepak terjang para misionaris yang menjajakan agama
Nashrani –yang telah ditinggalkan para penganutnya di negeri asalnya–
untuk memurtadkan saudara-saudara kita seagama. Apalagi jika terjadi di
kantong-kantong kaum Muslimin. Atau isu ghazwul fikri, perang pemikiran
yang dikobarkan para orientalis dan ‘orang dalam’ yang telah teracuni
oleh syubhat kekufuran yang bernaung dalam komunitas Islam liberal.
Bahaya-bahaya lain yang mengancam keyakinan seorang Muslim sebenarnya
tidak terpaku pada hal-hal yang telah di sebut di muka. Masih ada
ancaman bahaya yang tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Yakni,
golongan-golongan yang berbaju Islam, namun berhati hitam. Sekian banyak
akidah dan aturan telah diadopsi dari luar Islam. Di antara golongan
tersebut yang paling berbahaya adalah penganut agama Syi‘ah. Mereka
adalah sekumpulan anak manusia yang menjadikan celaan kepada para
Sahabat yang mulia sebagai ‘komoditas’ utama; taqiyah yang merupakan
tindakan bermuka dua (nifâq) sebagai kewajiban agama yang mutlak,
menuhankan Sahabat ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, dan kedustaan menjadi menu
wajib pada komunikasi verbal dan literatur mereka.
Mereka
itulah golongan yang disebut sebagai Syi‘ah. Nama ini sebetulnya tidak
sepantasnya disematkan pada mereka. Terlalu mulia jika mereka dikatakan
sebagai ‘pendukung berat’ Khalîfah ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Julukan yang
paling sesuai bagi mereka, seperti yang sering diungkap Ulama Ahli
Sunnah adalah Râfidhah, golongan yang menolak Islam!
Tidak kurang, ada empat sebab yang harus membangkitkan kewaspadaan kaum Muslimim terhadap ajaran dan aktifitas gerakan Syiah:
Pertama : Gencarnya penggiat Syi‘ah untuk mencari penganut baru untuk dijadikan korban ajaran mereka,
Kedua : Dukungan banyak pihak terhadap Syi‘ah,
Ketiga : Bantuan dana yang besar untuk mendukung perkembangan ajaran Syi‘ah,
Keempat : Terpedayanya sebagian tokoh Islam dengan ajaran Syi‘ah.
Negeri ini merupakan lahan subur buat pertumbuhan sekian banyak benalu
golongan sempalan Islam, apalagi setelah semangat reformasi digaungkan.
Dari yang merupakan ‘produk dalam negeri’ atau produk dari luar. Dari
yang kesesatannya masih sederhana, sampai pada jenis yang tidak bisa
diterima nalar sedikitpun, atau yang terang-terangan bertentangan dengan
ushûluddîn (pokok-pokok agama Islam). Syi`ah termasuk ajaran yang
muatannya hanya munkarât (kemungkaran-kemungkaran) seperti
keyakinan-keyakinan yang rusak, kedustaan bertumpuk-tumpuk, keganjilan
yang tidak bisa diterima akal sehat dan kebejatan moral. Apabila ajaran
seperti ini berkembang, maka hanya akan mengakibatkan kehancuran dan
kerusakan yang nyata di tengah masyarakat. Tentu, ini sangat
bertentangan dengan substansi risalah Islam yang datang dengan membawa
seluruh jenis kemaslahatan dan memperingatkan dari seluruh mafsadah
(bahaya).
Untuk mengungkap keburukan ajaran mereka, kunci
paling tepat adalah dengan menelaah kandungan buku-buku rujukan Syi‘ah
karya tokoh-tokoh yang mereka agungkan semisal, al-Kulaini, al-Majlisi,
al-Mufîd, atau Khomaini (Semoga Allâh al-Azîz Azza wa Jalla
memperlakukan mereka sesuai dengan tindakan buruk yang pernah mereka
lakukan terhadap Islam dan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum).
Karya-karya tulis mereka telah membuka kedok dan menelanjangi keburukan
rupa ajaran Syi‘ah. Dalam pepatah Arab disebutkan, ahlud dâri adra bimâ
fîhâ, penghuni rumah paling tahu tentang isi rumahnya. Dari sini, akan
tampak jelas betapa besar dan mendasar perbedaan antara Islam yang
dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ajaran Syi‘ah
yang sebenarnya sangat kental dengan pengaruh ajaran Majusi dan Yahûdi.
Khomeini salah seorang tokoh besar Syi‘ah, tentunya ia lebih tahu
tentang seluk-beluk agamanya sehingga berani mengatakan agamanya adalah
Syi‘ah, bukan dengan sebutan Islam.
Demikianlah ketika potret
kesesatan sudah begitu pekat pada keyakinan dan hati seseorang.
Kebenaran yang dibawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditolak begitu
saja. Generasi terbaik menjadi bahan cacian. Semoga Allâh Azza wa Jalla
mengembalikan umat kepada petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan generasi terbaik umat. Amîn
SANDIWARA IRAN “BERMUSUHAN” DENGAN ISRAEL & AMERIKA
Di antara metode yang ditempuh oleh para penggiat agama Syi’ah ialah
dengan memanfaatkan sandiwara yang berjudul : Iran “bermusuhan” dengan
Negara Yahudi Israel dan Amerika.
Isu ini sangat efektif untuk
menarik simpati umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Sampai-sampai terkesan bahwa negara Iran yang notabene adalah penganut
agama Syi’ah, adalah satu-satunya negara pembela kepentingan umat Islam
di zaman sekarang.
Karenanya tatkala Indonesia yang menjadi
anggota Dewan Keamanan PBB turut menyetujui resolusi no. 1747 yang hanya
berisikan kecaman terhadap Iran atas kegiatannya pengayaan uranium,
betapa solidaritas umat Islam di Indonesia begitu besar untuk menuntut
Presiden SBY, sampai-sampai DPR mengajukan hak interpelasi.
Dengan adanya kejadian semacam ini, menjadikan masyarakat kurang peka
terhadap berbagai trik para penggiat agama Syi’ah bahkan menjadi lebih
terbuka untuk menerima berbagai keanehan ajaran mereka.
Saudaraku, agar Anda menjadi tahu apa sebenarnya isu “permusuhan” dengan
bangsa Yahudi, saya mengajak saudara untuk merenungkan beberapa fakta
berikut:
1. Iran adalah negara yang memiliki komunitas Yahudi
terbesar setelah Israel. Menurut sumber resmi pemerintah Iran, jumlah
pemeluk agama Yahudi di Iran berkisar antara 25- 30 ribu penduduk.
Bahkan di kota Teheran ada lebih dari 10 Sinagogue (tempat ibadah umat
Yahudi). Akan tetapi, masjid-masjid Ahlu Sunnah tidak satu pun yang
mereka biarkan berdiri tegak di sana. Bukan sekedar itu saja,
orang-orang Yahudi diberi ruang yang begitu istimewa, yaitu dengan
diberikan kesempatan untuk memiliki perwakilan di parlemen. Sebagaimana
umat Yahudi di Iran memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan para
penganut agama Syi’ah. Suatu hal yang tidak mungkin dirasakan oleh
komunitas Ahlu Sunnah. Bahkan komunitas Yahudi Iran hingga saat ini
bebas untuk berkunjung ke karib-kerabat mereka di Israel, tanpa ada
gangguan sedikitpun, baik dari pemerintah Iran atau penduduk setempat.
[1]
2. Adanya hubungan perdagangan antara Iran dan Israel.
Sejak zaman Syah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan
dengan Israel. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah
revolusi Syi’ah yang dipimpin oleh Khumaini. Pada tahun 1982 M, Israel
menjual persenjataan yang berhasil mereka rampas dari para pejuang
Palestina di Lebanon dengan harga 100 juta dolar Amerika. [2]
Bahkan pada tahun 1980 s/d 1985, Israel merupakan negara pemasok senjata terbesar ke Iran. [3]
Sandiwara “permusuhan” Iran dan Israel mulai terbongkar, ketika pesawat
kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Israel ke Iran tersesat,
sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya ditembak jatuh oleh
pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan, Iran membeli persenjataan
dari Israel seharga 150 juta dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan
seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.[4]
3.
Perdagangan antara kedua negara (Iran & Israel) hingga kini juga
terus berkelanjutan. Sebagai salah satu buktinya, harian Palpress News
Agency (وكا لة فلسطينن برس للأنباء ) edisi 25/04/2009 melaporkan bahwa
di kota Teheran, telah dipasarkan buah-buahan yang diimpor dari Israel.
4. Bila Anda mengikuti berita internasional, Anda pasti pernah membaca
pemberitaan bahwa pada hari Selasa 12/1/2010 ahli nuklir Iran yang
bernama Masoud Ali-Mohammadi yang berdomisili di kota Teheran ibu Kota
Iran, tewas di dekat rumahnya akibat serangan bom. Kementerian Luar
Negeri Iran langsung menuduh kaki tangan AS dan Israel di balik serangan
bom itu.
Aneh bukan? Iran telah memiliki bukti bahwa Israel
dan Amerika telah mengadakan serangan di Teheran dan telah menewaskan
ahli nuklirnya. Walau demikian, tidak ada reaksi pemerintah Iran, dan
para penganut Syi’ah tetap berdarah dingin dan tidak satupun tentara
Iran yang dikirim untuk membalas serangan tersebut.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Roger Cohen of The International Herald Tribune, 22 Februari 1999.
[2]. Al-Harbul Musytarakah Irân wa Isrâil, Husain ‘Ali Hâsyimi, hlm. 35
[3]. Ibid
[4]. Ibid hlm. 23
________________________________
Di dalam hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي َاْلأَئِمَةَ الْمُضِلِّينَ
"Hanya saja yang aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin
(baca: tokoh) yang menyesatkan." (HR. Ahmad dan Ad-Darimi dengan sanad
yang shahih sesuai dengan syarat Al Imam Muslim, sebagaimana yang
dikatakan oleh syaikh Al Albani rahimahullah dalam As-Shahihah 4/110)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menggunakan kata ‘hanya saja’ menunjukkan bahwa kekhawatiran beliau
terhadap para pemimpin (baca:tokoh) yang menyesatkan sedemikian kuat.
Karena mereka adalah bahaya laten bagi kaum muslimin. Mereka sangat
mampu untuk menyesat umat ini dari jalan Allah..
Allah berfirman mengenai orang-orang yang binasa:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
"Dan mereka berkata: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menta`ati
para pemimpin dan pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan
(yang benar)." (Al-Ahzab: 67)
Maka kita perlu berhati-hati
dari bahaya laten para tokoh yang menyesatkan. Mereka memiliki lisan
yang mampu untuk menyesatkan umat dengan mengolah kata dan bersilat
lidah. Demikianlah keadaan mereka.
AL-FIRQAH AN-NAJIYAH (Jalan Golongan Yang Selamat)
semoga bermanfaat
Awas! Taring Syi’ah Menancap di Bumi Pertiwi
Sebagian pengamat menyatakan bahwa paham syi’ah masuk ke negri
Indonesia jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahkan
kesultanan Pasai atau Samudra Pasai yang berdiri di sekitar kota Kota
Lhokseumawe, atau Aceh Utara pada sekitar tahun 1267 M, ditengarai oleh
sebagian pengamat berkulturkan Syi’ah. Bahkan salah seorang raja
kesultanan ini pernah didampingi dua orang Persia terkenal, yaitu Qadi
Sharif Amir Sayyid dari Shiraj dan Taj Ad-Din dari Isfahan. ([1])
Bahkan sebagian lain, lebih jauh menengarai bahwa Syi’ah telah masuk ke
Indonesia sejak abad ke- 9. Praduganya ini berdasarkan pada asumsi
bahwa kerajaan Islam pertama yang berdiri di Nusantara, yaitu kerajaan
Peureulak (Perlak) yang konon, didirikan pada 225H/845M telah menganut
paham Syi’ah. Sebagaimana diketahui bahwa Kerajan ini didirikan oleh
para pelaut-pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula
datang untuk mengislamkan penduduk setempat. Belakangan mereka
mengangkat seorang Sayyid Maulana Abdul ‘Aziz Syah, keturunan
Arab-Quraisy, yang konon katanya menganut paham politik Syi’ah, sebagai
sultan Perlak.([2])
Manapun pendapat yang benar, sebagian
pengamat telah menyimpulkan bahwa pengaruh ajaran Syi’ah telah dirasakan
di negri kita sejak jauh hari. Dan mereka berusaha menguatkan
kesimpulan itu dengan beberapa indikasi berikut:
1. Perayaan Hoyak Tabuik.
Tradisi ini dapat anda temui di Pariaman Sumatra Barat. Perayaan Hoyak
Tabuik atau juga dikenal dengan Perayaan Tabot konon pertama kali
dilaksanakan oleh Syeikh Burhanuddin Ulakan yang dikenal sebagai Imam
Senggolo pada tahun 1685.
Perayaan ini dimulai pada hari
pertama bulan Muharam hingga hari kesepuluh. Puncak dari upacara
tradisional ini adalah prosesi mengarak usungan (tabut) yang
dilambangkan sebagai keranda jenazah Imam Husain yang gugur di Padang
Karbala.
Perayan serupa juga dapat anda temukan di Bengkulu,
Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan
Singkil. Hanya saja di sebagian daerah perayaan ini lebih dikenal dengan
Tabot atau Tabut.
2. Tari Jari-jari Karbala.
Tarian ini adalah salah satu tarian khas daerah Bengkulu ini juga memiliki kultur dan makna yang sama dengan tradisi tabot.
3. Peringatan Syura atau Suro (Gerebek Sura di Jogjakarta dan Ponorogo).
Bagi masyarakat jawa, atau Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya, bulan
Muharram atau yang sering disebut dengan bulan Suro adalah bulan yang
penuh nahas. Karenannya penduduk setempat berpantangan mengadakan
pernikahan atau membangun rumah atau bercocok tanam pada bulan ini. Dan
untuk menebus kesialan yang diyakini, mereka mengadakan upacara grebeg
suro. Semua itu sebagai bias langsung dari peringatan tragedi pedih yang
pernah terjadi di bulan itu, yaitu terbunuhnya Al Husain bin Alin bin
Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma.
4. Tradisi membaca Barzanji dan Diba’i
Sebagian kalangan meyakini bahwa kebiasaan membaca barzanji atau diba’i
adalah wujud nyata dari hubungan NU dengan ajaran Syi’ah.
Dan
masih banyak lagi tradisi dan budaya masyarakat Indonesia yang diklaim
oleh sebagian orang berafiliasi dengan simbul-simbul agama Syi’ah.
Hanya saja dari mencermati berbagai data di atas, ada satu fenomena
unik yang pantas untuk dicermati dan sekaligus disyukuri, yaitu:
1. Anggapan bahwa berbagai tradisi dan kesultanan di atas adalah
bernuansakan atau bahkan berasal dari ajaran Syi’ah tidak sepenuhnya
dapat diterima. Karenanya ternyata banyak pihak, diantaranya Buya Hamka
meragukan anggapan tersebut.
2. Diantara hal yang mementahkan
anggapan sebagian orang itu ialah fakta umat islam di Indonesia sendiri.
Anda pasti mengetahui bahwa umat islam di Indonesia sejak dahulu kala
menganut mazhab Imam As Syafi’i dan tidak menganut mazhab Ja’fari. Ini
bukti kuat nan akurat bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak melalui para
penganut ajaran Syi’ah.
3. Kalaupun kesultanan dan berbagai
warisan budaya di atas benar berafiliasi dengan ajaran syi’ah, maka ini
menjadi bukti kuat bahwa ajaran Syi’ah sejak jauh hari telah terbukti
tidak cocok untuk disebarkan di Indonesia. Oleh karena itu, para
penggiat ajaran Syi’ah kala itu hanya berhasil membuat suatu tradisi
atau upacara atau amalan ritual belaka. Padahal sebagian tokohnya telah
berhasil menjadi orang kepercayaan sebagian raja-raja Islam kala itu.
Sedangkan inti dari doktrin agama Syi’ah, berupa pengkafiran sahabat
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meragukan keabsahan Al Qur’an, dan
lainnya tetap saja tidak dapat merubah arah keagamaan muslim Indonesia.
Ini bukti kuat bahwa berbagai doktrin agama Syi’ah nyata-nyata
bertentangan dengan kultur penduduk Indonesia yang lembut dan jauh dari
permusuhan, caci maki dan kebencian. Masyarakat Indonesia memiliki
karakter lemah lembut, tenggang rasa, sehingga tidak sejalan dengan
ajaran Syi’ah yang lembaran sejarahnya dilumuri oleh cacian, kekerasan
dan pertumpahan darah.
4. Adanya kesamaan dalam
beberapa hal, tidak serta merta dapat dijadikan bukti bahwa masyarakat
setempat berpahamkan Syi’ah atau telah memiliki hubungan langsung dengan
ajaran Syi’ah. Karenanya tidak ada seorangpun yang mengklaim bahwa
agama Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh para penganut agama hindu,
padahal betapa banyak tradisi dan ritual agama Hindu yang diamalkan oleh
umat Islam.
Sekelumit Metode Penyebaran Agama Syi’ah Di Indonesia.
1. Berusaha menyusupkan ajaran Syi’ah pada berbagai tradisi masyarakat.
Sejak jatuhnya ORBA dan ditabuhnya genderang reformasi, para penggiat
agama Syi’ah di negri kita mendapatkan ruang gerak yang lebih luasa guna
melancarkan propagandanya. Karenanya mereka berusaha memanfaatkan
berbagai tradisi dan simbol yang diyakini berafiliasi dengan ajaran
Syi’ah, untuk dijadikan sebagai media sosialisasi dan penyebaran agama
Syi’ah.
Mereka berusaha menyusupkan ajaran syi’ah kedalam berbagai ritual dan budaya yang ada di tengah masyarakat.
Karenanya, betapa girangnya DUBES Iran ketika mengetahui adanya tradisi
Tabut atau Tabot di tanah Minang Dan Bengkulu. Tidak ingin kehilangan
momentum, ia segera mengadakan kunjungan ke sana. Yang sangat
disayangkan, panitia perayaan memberikan kesempatan kepadanya untuk
menyampaikan memberikan kata sambutan. Bahkan tidak ada satupun dari
ormas Islam, termasuk MUI setempat yang merespon kunjungan ini.
Sudah dapat ditebak, dalam orasinya DUBES Iran Behrooz Kamalvandi
memuja agama Syiah. Bukan sebatas itu, kunjungannya ini berlangsung
selama 2 hari dan dengan membawa rombongan 10 orang dan mengikut
sertakan Televisi Nasional Iran untuk meliput acara Tabuik Pariman
(Tabut Pariaman). ([3])
Gayungpun bersambut, Dubes Iran terus
melanjutkan upaya penjinakan salah satu “basis ahlissunnah” yang selama
ini memiliki slogan: “Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah.”
Ia menjanjikan akan memindahkan daerah tujuan wisata (DTW) warganya ke
Asia Tenggara dari Malaysia ke Sumatera Barat (Sumbar) pada 2009. Dan
konon jumlah wisatawan Iran ke Malaysia berjumlah 15 ribu orang. ([4])
Anda bisa bayangkan bila wisatawan Iran benar-benar berpindah ke SUMBAR:
- Jerat nikah mut’ah terbuka lebar.
- Penyebaran agama Syi’ah menjadi pesat.
- Tidak dapat dihindari, gadis-gadis SUMBAR pun berpeluang memperpanjang daftar korban nikah mut’ah.
asyura Awas! Buaya Meneteskan Air Mata (Bag. 23)
Acara Arba’in/peringatan Asyura’ Di Kutai asyura2 Awas! Buaya Meneteskan Air Mata (Bag. 23)
Pj Bupati Kutai Kartanegara (H.Sjahruddin)Ketika memberi sambutan pada acara Asyura’
2. Meningkatkan Hubungan Bilateral Antara Kedua negara.
Hubungan bilateral, baik dalam sekala pemerintah pusat atau pemerintah
daerah terus semakin diintensifkan. Dimulai dari kunjungan kepala
negara, menteri, mahkamah agung, dewan perwakilan rakyat, dan tidak
ketinggalan berbagai pemerintah daerah kedua belah pihak.
Diantara pemerintah daerah yang telah menjalin hubungan dengan beberapa
pemerintah daerah, dan bahkan telah berganti kunjungan ialah Pemda
Pariaman dan Bogor.
Sebagaimana kedua negara juga berkomitmen untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara.
Dari wujud meningkatnya hubungan perdagangan Iran ke Indonesia ialah
dengan dibangunnya kilang minyak di Banten dan Tuban-Jawa Timur.
Sudah barang tentu, dengan adanya perusahaan-perusahaan Iran yang masuk
ke Indonesia, jumlah warga negara Iran di Indonesia turut meningkat
pula. Dan bersama meningkatnya jumlah warga negara Iran di Indonesia,
maka meningkat pula penebaran agama Syi’ah.
3. Meberangus Ketabuan Syi’ah Di Tengah Umat Islam Indonesia.
Hingga saat ini, umat Islam di Indonesia masih tetap bangga dan yakin
bahwa mereka beragama Islam dengan pahaman ahlissunnah wal jama’ah.
Tidak mengherankan bila merekapun merasa bersebrangan dengan paham
bersebrangan dengan paham Syi’ah. Oleh karena itu para penjaja paham
Syi’ah mendapatkan tantangan yang cukup berat untuk menyebarkan pahamnya
di masyarakat Indonesia. Dan salah satu langkah yang mereka tempuh guna
memudahkan dakwah mereka, ialah dengan mengikis ketabuan dan
memperpendek jurang pemisah antara mereka dengan umat Islam Indonesia.
Bila langkah ini telah tercapai, maka jalan menjadi mulus dan hamparan
karpet merahpun terbentang di hadpan para penjaja paham Syi’ah. Berikut
beberapa indikasi yang menunjukkan akan adanya fase ini :
A. Pendekatan Terhadap Sebagian ORMAS Islam.
Diantara indikasi yang menunjukkan akan hal itu ialah pernyataan Dr.
Said Aqil Siraj mantan Wakil Katib Syuriah PBNU, dan mantan Mentri Agama
RI: ” Harus diakui pengaruh Syi’ah di NU sangat besar dan mendalam.
Kebiasaan membaca barzanji atau diba’i yang menjadi ciri khas masyarakat
NU misalnya secara jelas berasal dari tradisi Syi’ah.”
Ungkapan senada dalam beberapa kesempatan juga disampaikan oleh Gus Dur (Abdurrahman Wahid). ([5])
Saya yakin anda tidak dapat menerima ucapan kedua tokoh ini, karena
anda mengetahui bahwa ormas NU berasaskan paham asy ‘ariyah dan
bermazhabkan dengan mazhab Imam As Syafi’i. Fakta ini mementahkan
anggapan mereka berdua, karena Syi’ah berpaham dan bermazhabkan
Ja’fariyah.
Ucapan keduanya ini mengindakasikan telah adanya
pendekatan yang begitu kuat yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Syi’ah
kepada kedua tokoh ini secara khusus dan ormas NU secara umum.
B. Propaganda bahwa Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah hanya sebatas Masalah Furu’.
Propaganda ini rupanya cukup ampuh, sampai-sampai tokoh sekaliber Din
Syamsuddin yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, terpengaruh
dengannya. Pada Konferensi Islam Sedunia, Senin (5/05/2008), yang
berlangsung di Teheran beliau menegaskan bahwa perbedaan antara Sunni
dan Syiah hanya pada wilayah cabang (furu’iyat), tidak pada wilayah
dasar agama (akidah). Keduanya berpegang pada akidah Islamiyah yang
sama, walau ada perbedaan derajat pada penghormatan terhadap Ali bin Abi
Thalib Radhiallahu ‘Anhu.
Lebih jauh, Din Syamsuddin
menyatakan: “Kedua kelompok (Sunnah & Syi’ah) harus terus melakukan
dialog dan pendekatan. Seandainya tidak dicapai titik temu maka perlu
dikembangkan tasamuh atau toleransi. ([6])
Aneh bin ajaib,
tokoh sekaliber bapak Din Syamsyudin beranggapan bahwa perbedaan antara
Syi’ah dan Sunnah hanya sebatas masalah furu’.
Anda pasti
bertanya-tanya, apakah menurut beliau pengkafiran seluruh sahabat Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah masalah furu’? Apakah idiologi
imamah yang menyatakan bahwa seluruh pemimpin umat Islam selain dari ke
12 imam agama Syi’ah adalah pemimpin yang tidak sah, juga termasuk
masalah furu’? Apakah kultus terhadap ke-12 imam juga masalah furu’?
C. Anggapan Syi’ah ekstrim telah punah, yang tersisa Syi’ah Moderat
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, seorang tokoh yang konon ahli di
bidang tafsir Al Qur’an dalam bukunya yang berjudul : Sunnah-Syiah
Bergandengan Tangan: Mungkinkah? menekankah bahwa kelompok ekstrim
Syi’ah yang menuhankan para Imam telah punah. Yang tersisa pada zaman
ini hanyalah Syi’ah Imamiyah.([7])
Walau demikian penjelasan
beliau, akan tetapi pada buku yang sama beliau banyak menukil ucapan
salah seorang tokoh Syi’ah Imamiyah yang bernama: Abdul Husain
Syarafuddin Al Musawi. ([8])
Anda bisa bayangkan, dari namanya
saja telah terbaca sikap ekstrim yang begitu kelewat batas, Abdul Husain
(Hamba Husain). Saya heran, mengapa tokoh sekaliber Prof. Dr. Quraish
Shihab kok dapat melewatkan fakta semacam ini tanpa ada komentar atau
kritikan sedikitpun. Apakah adanya nama-nama semacam ini pada para tokoh
Syi’ah Imamiyah belum cukup sebagai bukti akan sikap ekstrim Syi’ah
Imamiyyah?
Saudaraku! Nama-nama semacam ini dapat anda temukan
dengan mudah pada masyarakat Syi’ah, baik di zaman dahulu atau sekarang.
Berikut beberapa nama tokoh Syi’ah yang serupa dengan itu:
Abdul Husain bin Ali wafat tahun 1286 H, ia adalah seorang tokoh
terkemuka agama syi’ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan
Syeikhul ‘Iraqain (Syeikh kedua Iraq/ Iraq & Iran).
Abdul Husain Al Aminy At Tabrizi 1390 H, penulis buku Al Ghadir.
Abdul Husain Syarafuddin Al Musawy Al ‘Aamily 1377 H, penulis buku Abu
Hurairah, kitab Kalimatun Haula Ar Riwayah, Kitab An Nash wa Al
Ijtihaad, Al Muraja’aat
Abdul Husain bin Al Qashim bin Sholeh Al Hilly wafat tahun 1375 H.
Abduz Zahra’ (Hamba Az Zahra’/Fatimah) Al Husainy, penulis kitab: Mashaadiru Nahjil Balaaghah wa Asaaniduhu.
Lebih mengherankan, pada buku yang sama, hal: 104, Prof Dr. Muhammad Quraish Shihab menukilkan ucapan Khumeini berikut:
إن للإمام مقاما محمودا ودرجة سامية وخلافة تكوينية، تخضع لولايتها
وسيطرتها جميع ذرات هذا الكون. وإن من ضروريات مذهبنا: أن لأئمتنا مقاما لا
يبلغه ملك مقرب ولا نبي مرسل.
“Sesungguhnya imam memiliki
kedudukan yang terpuji serta tingkat yang tinggi serta kekhilafahan
terhadap alam yang tunduk kepada kekuasaannya (kekhilafahan itu) semua
atom (butir-butir) alam raya. Sesungguhnya merupakan bagian dari
pemahaman aksioma mazhab kami adalah bahwa imam-imam kami memiliki
kedudukan yang tidak dicapai oleh malaikat yang didekatkan (Allah ke
sisi-Nya) tidak juga oleh nabi yang di utus (Allah).”
Ingin sekali rasanya bertanya
epada Prof Dr. Qurish Shihab: Adakah idiologi yang lebih ekstrim
dibanding idiologi yang diucapkan oleh tokoh revolusioner sekter Syi’ah
Imamiyah ini? Bila ini adalah sikap dan keyakinan tokoh terkemuka,
lalu bagaimana sikap rakyat dan masyarakat awam mereka?
D. Publikasi buku-buku yang menghujat para sahabat.
Beberapa waktu silam, Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan
penerbit Dian Rakyat menerbitkan sebuah buku dalam edisi Indonesia, yang
berjudul: “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan
Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin” , karya Faraj Fouda (Judul
aslinya: al-Haqiqah al-Ghaybah).
Dari judulnya, bisa ditebak, buku ini mengangkat apa yang oleh penulis disebut sebagai sisi kelam dari sejarah Islam.
Saudaraku! Tahukan, apa yang dimaksud dengan sisi kelam dari sejarah
Islam? Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan ialah zaman Khulafaurrasyidin.
Zaman yang menurut umat islam sebagai masa keemasan, ternyata oleh Fouda
dianggap sebaliknya. Menurutnya, zaman itu tidak layak disebut sebagai
masa keemasan umat Islam, tapi “zaman biasa”. “Tidak banyak yang
gemilang dari masa itu. Malah, ada banyak jejak memalukan.” ([9])
Pada buku ini, Faraj Fouda nyata-nyata melecehkan sayyidina Utsman bin
Affan Radhiallahu ‘Anhu, khalifah ketiga dan sekaligus menantu Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , bukan hanya sekali bahkan dua kali.
Berikut contoh dari ucapan Fouda yang begitu biadab tentang sahabat Utsman:
”Namun Usman membawa umat Islam ke dalam polemik tentang sosok dirinya.
Para pemimpin di dalam Ahl al-Hall wa al-’Aqdi membuat konsensus untuk
melarikan diri dari kepemimpinannya, baik lewat cara pemecatan menurut
kalangan ahli pikirnya, maupun kekerasan menurut kalangan garis
kerasnya. Wibawanya terguncang di mata rakyat, sampai sebagian
masyarakatnya menghunus pedang yang siap mencincangnya dan menohoknya
ketika berada di atas mimbar. Bahkan sebagian menghinanya dengan sebutan
Na’tsal, sebutan untuk orang Kristen Madinah bernama Na’tsal yang
kebetulan berjenggot lebat seperti Usman. Para pemuka sahabat pun
menentangnya, ini adalah sesuatu yang sangat terang benderang
menunjukkan bahwa ia keluar dari ketentuan al-Quran dan Sunnah. Karena
itu, muncul seruan secara terang-terangan untuk membunuhnya. Hadits
Aisyah meriwayatkan: “Bunuhlah Na`tsal, dan terlaknatlah Na`tsal.”
([10])
Selanjutnya, untuk lebih
mempertajam citra buruk Usman Radhiallahu ‘Anhu Fouda menulis secara
dramatis kisah kematian Usman dan pemakamannya:
”Ia terbunuh oleh tangan umat Islam sendiri yang bersepakat memberontak dan mengepung rumah
nya.
Dan anda dapat saja membayangkan bahwa kematian Usman telah melegakan
hati sebagian umat Islam. Bahkan, permusuhan sebagian umat Islam atas
dirinya berlangsung setelah kematiannya….” ([11])
Walau
demikian adanya, buku ini mendapat apresiasi yang begitu istimewa dari
Prof. Dr. Syafi`i Maarif, yang dikenal sebagai Guru Besar Filsafat
Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY). Berikut sebagian dari
komentar beliau tentang buku ini : ”Terlalu banyak alasan mengapa saya
menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda
menawarkan ”kacamata” lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda
akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim
dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam
”kacamata” Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik,
obyektif dan komprehensif”.
Sanjungan beliau di atas dimuat pada sampul belakang buku ini. ([12])
Mengherankan bukan? Seorang yang bergelar Prof. Dr. di bidang filsafat
sejarah, dapat berhati dingin membaca hujatan kepada sahabat Utsman bin
Affan, dan bahkan memuji pelakunya.
4. Sandiwara Iran “bermusuhan” Dengan Israel & Amerika.
Diantara metode yang ditempuh oleh para penggiat agama Syi’ah ialah
dengan memanfaatkan sandiwara yang berjudul : Iran “bermusuhan” dengan
Negara Yahudi Israel dan Amerika.
Isu ini sangat efektif untuk menarik simpati umat Islam di berbagai
belahan dunia termasuk Indonesia. Sampai-sampai terkesan bahwa negara
Iran yang nota bene adalah penganut agama Syi’ah adalah satu-satunya
negara pembela kepentingan umat Islam di zaman sekarang.
Karenanya tatkala Indonesia yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB
turut menyetujui resolusi no: 1747 yang hanya berisikan kecaman terhadap
Iran atas kegiatannya pengayaan uranium. Betapa solidaritas umat Islam
di Indonesia begitu besar kepada Presiden SBY, sampai-sampai DPR
mengajukan hak interpelasi.
Dengan adanya kejadian semacam ini,
menjadikan masyarakat kurang peka terhadap berbagai trik para penggiat
agama Syi’ah bahkan menjadi lebih terbuka untuk menerima berbagai
kenylenehan ajaran mereka.
Saudaraku, agar anda menjadi tahu
apa sebenarnya isu “permusuhan” dengan bangsa Yahudi, saya mengajak
saudara untuk merenungkan beberapa fakta berikut:
A- Iran
adalah negara yang memiliki komunitas yahudi terbesar setelah Israel.
Menurut sumber resmi pemerintah Iran, jumlah pemeluk agama Yahudi di
Iran berkisar antara 25- 30 ribu penduduk. Bahkan di kota Teheran
didapatkan lebih dari 10 Synagogue (tempat ibadah umat Yahudi). Akan
tetapi, masjid-masjid Ahlussunnah tidak satupun yang mereka biarkan
berdiri tegak di sana. Bukan sekedar itu saja, orang-orang Yahudi diberi
ruang yang begitu istimewa, yaitu dengan diberikan kesempatan untuk
memiliki perwakilan di parlemen. Sebagaimana umat Yahudi di Iran
memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan para penganut agama Syi’ah.
Suatu hal yang tidak mungkin dirasakan oleh komunitas ahlussunnah.
Bahkan komunitas Yahudi Iran hingga saat ini bebas untuk berkunjung ke
karib-kerabat mereka di Israel, tanpa ada gangguan sedikitpun, baik dari
pemerintah Iran atau penduduk setempat.([13])
B- Adanya
hubungan perdagangan antara Iran dan Israel. Sejak zaman Syah Vahlevi,
Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Israel. Dan hubungan
dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syi’ah yang dipimpin
oleh Khumaini. Pada tahun 1982 M, Israel menjual persenjataan yang
berhasil mereka rampas dari para pejuang Palestina di Lebanon dengan
harga 100 juta dolar Amerika. ([14])
Bahkan pada tahun 1980 s/d1985, Israel merupakan negara pemasok senjata terbesar ke Iran. ([15])
Sandiwara “permusuhan” Iran dan Israel mulai terbongkar, ketika pesawat
kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Israel ke Iran tersesat,
sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya ditembak jatuh oleh
pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan Iran membeli persenjataan dari
Israel seharga 150 juta Dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan
seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.([16])
C- Perdagangan antara kedua
negara (Iran & Israel) hingga kini juga terus berkelanjutan. Sebagai
salah satu buktinya, harian Palpress News Agency (وكالة فلسطين برس
للأنباء) edisi 25/04/2009 melaporkan bahwa di kota Teheran, telah dipa
sarkan buah-buahan yang diinpor dari Israel.
D- Bila anda mengikuti berita internasional, anda pasti pernah membaca
pemberitaan bahwa pada hari Selasa 12/1/2010 ahli nuklir Iran yang
bernama Masoud Ali-Mohammadi yang berdomisili di kota Teheran ibu Kota
Iran mati di dekat rumahnya akibat serangan bom. Dan Kementerian Luar
Negeri Iran langsung menuduh kaki tangan AS dan Israel di balik serangan
bom itu.
Aneh bukan? Iran telah memiliki bukti bahwa Israel
dan Amerika telah mengadakan sernagan di Teheran dan telah menewaskan
ahli nuklirnya. Walau demikian, tidak ada reaksi pemerintah Iran dan
para penganut Syi’ah tetap berdarah dingin dan tidak satupun tentara
Iran yang dikirim untuk membalas serangan tersebut.
5. Jaringan Kantor Berita IRIB, Mass Media Lokal, Situs dan Penerbit.
Diantara metode yang digunakan para penggiat agama Syia’ah ialah
memanfaatkan keberadaan IRIB (radio Iran sesi bahasa Indonesia),
beberapa mass media, penerbi dan situs di jaringan internet yang
memiliki loyal terhadap agama Syi’ah.
Diantara yang terbaru ialah masuknya televisi Al Manar milik Hizbullah-Lebanon.
Diketahui bersama bahwa Indosat telah menyewakan transponder Satelit
Palapa C selama tiga tahun dari April 2008 sampai April 2011 M kepada TV
Al Manar. D
engan kerjasama ini, televisi Al Manar dapat menjangkau berbagai negara di Asia Tenggara, Cina, Taiwan sampai ke Australia.
Sudah bisa di tebak, bahwa televisi Al Manar ini pasti berperan sebagai
pencair kebekuan dan kekakuan sikap umat Islam di Indonesia terhadap
Syi’ah yang merupakan idiologi Hizbullah pemilik stasiun ini.
Adapun mass media lokal, penerbit buku, dan berbagai yayasan yang
menjajakan paham Syi’ah mulai banyak bertebaran, dan biasanya mereka
menggunakan nama ahlul bait, atau salah satu tokoh mereka sebagai nama
yayasan atau penerbit mereka.
Artikel
www.salafiyunpad.wordpress.com
Disalin dari
www.gensyiah.com
MARAJI
[1] ) Sebagaimana yang dilakukan oleh Ahmad Baso, salah seorang staf PBNU. Majalah SYIAR edisi Muharram 1428 H.
[2] ) Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, pada
makalahnya yang berjudul: Sunnah-Syi’ah di Indonesia: Perspektif Ilmu
Hadits
[3] ) Sumber: www.hidayatullah.com
[4] ) Sumber http://www.antara.co.id/view/?i=1230902078&c=EKB&s
[5] ) Babak Kedua Sengketa Gus Dur – Abu Hasan, oleh Ulil Abshar Abdallah, Tempo Interaktif, Selasa, 26 Maret 1996 | 09:36 WIB
[6] ) Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1101.
[7] ) Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan: Mungkinkah? Hal: 70 & 83
[8] ) Sebacai contoh, silahkan buka buku : Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan: Mungkinkah?, hal: 58, 123 &124.
[9] ) Kebenaran yang Hilang, hal.xv.
[10] ) Kebenaran yang Hilang, hal. 25.
[11] ) Idem.
[12]) Sumber: Memuja Fouda, Menfitnah Sahabat, oleh Asep Sobari, Lc, http://www.darulkautsar.net/article.php?ArticleID=879
[13] ) Roger Cohen of The International Herald Tribune, 22 Februari 1999 M.
[14] ) Sumber:
(الحرب المشتركة: إيران وإسرائيل) حسين علي هاشمي ص 35. والقبس الكويتية
4/12/1986، مجلة أكتوبر المصرية في عددها آب1982، مجلة ميدل إيست
البريطانية في عددها تشرين الثاني 1982.
[15] ) Sumber :
( الحرب المشتركة إيران وإسرائيل) حسين علي هاشمي ص 35
[16] ) Sumber :
( الحرب المشتركة إيران وإسرائيل ( حسين علي هاشمي ص 23، والمجلة السويدية TT في 18 آذار 1984.
fin