Mencintai Sejantan 'Ali Bin Abi Thalib'
Posted by
putschy
| Friday, October 12, 2012 at 1:41 AM
0
comments
Labels :
fiqh wanita
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Waabarakatuh....
Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang, namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita. Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta...!!!
Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut disekitar kita saat ini. Walaupun bukan tidak ada, barangkali kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan. Tapi, kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh. Kekurangan teladan???
Mungkin.. Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah tentang membingkai perasaan dan Bertanggung jawab akan perasaan tersebut “Bukan janj-janji”.
Kisah pertama ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah. Chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”. Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya...
Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Terpercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. SUBHANALLAH.... Mengagumkan!!!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan lg; rasax siapa lg kalau bukan... Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah, sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaAllah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu,’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”. ’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan. Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan Ali. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!”. ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”. ’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan...
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”. ”Entahlah..”. ”Apa maksudmu?”. ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”. ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”.
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”. ‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”. Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”.
Kisah ini disampaikan disini, bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an. Kisah ini disampaikan agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah, bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu.
kerana pecinta sejati tak mengenal kata pilih kasih... tak mengenal kata meminta kembali.... melainkan selalu Ridho dengan ketetapan Illahi Rabbi.....
semoga bermanfaat
***
Renungan Buat Sang Istri
Wahai sang Istri ....
Wahai sang Istri ....
Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.?
Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!
Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!
Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami :
"Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku".
Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.
Jauhi dan jauhilah bermuka asam dan cemberut.
Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.
Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.
Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lambut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.
Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.
Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.
Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.
Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.
Hilangkanlah dari rumahmu foto-foto, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.
Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunat, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.
Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu
Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:"Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu" (Al-Ghafir : 60).
***
Tiga Tipe Wanita
Ringkasan :
Bahwa sesungguhnya wanita itu ada tiga tipe :
Tipe yang pertama itu cocok untukmu; tipe yang kedua sangat tidak cocok bagimu dan harus kamu hindari; dan tipe yang ketiga sebaiknya juga kamu hindari, siapa itu ?
Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang ingin menikah dengan gadis pujaannya. Lalu ia pergi kepada seorang yang arif dan bijak sana untuk meminta pendapatnya. Ketahuilah olehmu hai anakku...! kata bapak yang arif dan bijaksana itu.
Bahwa sesungguhnya wanita itu ada tiga tipe:
Tipe yang pertama itu cocok untukmu;
tipe yang kedua sangat tidak cocok bagimu dan harus kamu hindari;
dan tipe yang ketiga sebaiknya juga kamu hindari.
Tipe yang pertama adalah yang cocok bagimu yaitu seorang wanita yang muda belia, cantik anggun dan berwibawa. Belum pernah ada orang lain yang datang sebelum kamu. Jik aia melihat sesuatu yang baik darimu, maka ia akan memujinya. Dan sebaliknya, jika ia melihat sesuatu yang buruk darimu, maka ia akan merahasiakannya.
Tipe yang kedua adalah wanita yang sangat tidak cocok bagimu dan bahkan harus kamu hindari yaitu; seorang wanita yang telah mempunyai anak dari suaminya yang terdahulu. Lalu setelah itu ia
menikahimu dengan tujuan untuk menguras habis hartamu untuk diberikan kepada anaknya yang berasal dari suainya yang terdahulu, akan tetapi, bagaimanapun, ia tidak pernah berterima kasih kepadamu.
Tipe yang ketiga adalah wanita yang sebaiknya juga kamu hindari yaitu: seoarng wanita yang telah meinkah dengan lelaki lain selain kamu. Jika kamu sedang jaya dan memiliki uang yang banyak, maka ia akan sayang kepadamu. Akan tetapi sebaliknya, jika kamu sedang jatuh pailit dan tidak punya uang, maka ia akan kembali kepada suaminya yang terdahulu.
Dari Ma''qal bin Yasaar bahwasanya ia telah berkata; Pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Kemudian laki-laki itu bertanya kepadanya:
Ya Rasulullah..! Saya telah menikah dengan seorang wanita yang kaya raya dan terpandang dikampungnya. Akan tetapi, sayangnya, ia tidak dapat memberikan keturunan kepada saya. Maka bagaimanakah menurut pendapatmu..?
Lalu nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Kawinlah kamu sekalian dengan wanita yang dapat memberikan keturunan dan juga sayang kepadamu. Karena aku dapat berbangga hati karena banyaknya umat. (HR. Imam An-Nasai).
Dari Atho, saya telah mendapat informasi dari Jabir bin Abdullah bahwasanya ia berkata: Saya telah menikah dengan seorang wanita dimasa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam masih hidup. Hingga pada akhirnya pada suatu hari saya berjumpa dengan beliau seraya bertanya: Wahai Jabir..! Apakah kamu sudah menikah ..? Lalu saya menjawab: Ya, saya sudah menikah ya Rasulullah...!
Kemudian beliau bertanya lagi: Istrimu itu berstatus masih perawan atau sudah menjadi janda ketika kamu nikahi...? Saya menjawab: Ia sudah menjadi janda ketika saya nikahi. Beliau berkata lagi: Kenapa tidak kamu cari yang msaih perawan saja, karena kamu dan dia bisa bercada ria dengan leluasa...! Lalu aku berkata kepadanya: Ya Rasulullah...! Sebenarnya saya ingin mencari istri yang masih perawan. Akan tetapi ada seorang sahabat ynag bernama Abdullah telah meninggal dunia. Ia meninggalkan seorang istri dan tujuh tau mungkin sembilan orang anak perempuan, sehingga akhirnya saya merasa iba dan mendatangi janda tersebut serta menikahinya...! Mendengar cerita tersebut Rasulullah merasa bangga dan berdoa untuk saya. (HR. Muslim)
Dari siti 'Aisyah Radhiyallahu 'anha bahwasanya ia telah berkata, saya pernah bertanya kepada nabi Muhammad Shalallahu ''Alaihi wa Sallam, Ya Rasulullah...! tanyanya, Bagaimanakah menurut pendapatmu, kalau seandainya saja kamu turun kesebuah lembah di mana ada sebuah pohon yang telah dimakan ternak dan sebuah pohon yang belum dimakan ternak. Pohon manakah yang kamu pilih untuk mengembalakan ternakmu...?
Rasulullah Shalallahu ''Alaihi wa Sallam menjawab:
Tentu saja saya pilih pohon yang belum dimakan ternak lain...! (HR. Bukhari).
Maksud dari hadits ini menerangkan adalah bahwa Rasulullah Shalallahu ''Alaihi wa Sallam belum pernah menikah dengan seorang perawan, kecuali dengan Siti Aisyah binti Abu Bakr As-Shiddiq.
Maka tidak heran beliau begitu sayang kepadanya. Karena disamping masih muda, ia jug acerdas dan banyak meriwayatkan hadits nabi Shalallahu ''Alaihi wa Sallam. Sabda nabi Muhammad Shalallahu ''Alaihi wa Sallam dalma sebuah haditsnya: Menikahlah kamu dengan para perawan, karen tutur kata mereka lebih segar didengar, mereka mempunyai peluang yang lebih besar untuk dapat memberikan keturunan, dan mereka lebih rela untuk hidup sederhana. (HR. Ibnu Majah).
Dari Ibnu Umar bahwasanya ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
Menikahlah dengan wanita-wanita yang masih muda dan perawan, karena mereka lebih banyak mempunyai peluang untuk memberikan keturunan, lebih sejuk tutur katanya, dan lebih mulia budi pekertinya. (HR. Ibnu Majah).
Pada suatu hari ada seorang lelaki yang datang kepada nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Kemudian setelah menceritakan problem yang dihadapinya berkenaan dengan wanita idaman hatinya, maka iapun bertanya: Bagaimana menurut pendapatmu ya rasulullah..! Bolehkah saya menikahinya...?
Lalu nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melarang menikahinya seraya berkata: Wanita hitam yang dapat memberikan keturunan lebih aku sukai daripada wanita cantik yang mandul. (HR. Abu Hanifah).
semoga bermanfaat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Archive
-
▼
2012
(371)
-
▼
October
(181)
-
▼
Oct 12
(35)
- MENGENAL ISTILAH² DALAM HADITS
- BAGAIMANA MENAFSIRKAN AL-QUR'AN ?
- Tasawuf
- KEHIDUPAN PARA NABI DI ALAM BARZAKH
- Ebook Offline dari Website-website Bermanhaj Salaf
- Ringkasan bimbingan mengurus jenazah
- ^KEWAJIBAN MENANGKAL PERKEMBANGAN SYI’AH^
- Eksistensi Jin Menurut Syari’at Islam
- Orang Kafir pun Diberi Gelar 'WAHHABI' ?!
- Pendapat Aneh JIL:
- DAHSYATNYA UJIAN WANITA DAN DUNIA
- CIRI KHAS AKHWAT SALAFIYYAT
- Sunnahnya Memakai Pakaian Putih
- ^PERHIASAN EMAS^
- Pakaian Muslimah Yg Syar'i Ketika Ada Yg Bukan Mah...
- TIDUR CANTIK SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH SHALALLAHU...
- SALAH KAPRAH TERHADAP MAHAR
- KU AKUI BAHWA AKU MENCINTAINYA …!
- LIHAT DULU! BARU DILAMAR
- APAPUN KATA ORANG INILAH JALANKU
- Aurat Wanita di Depan Mahramnya (Bagian 1)
- Suami Seorang Wanita di Jannah (Surga)
- ^TABARRUJ (WANITA DALAM SOROTAN)^
- ¤Nazhor dan Khitbah¤
- PERINGATAN KEPADA KAUM WANITA
- Kepada Siapakah Akan Engkau Serahkan Puterimu?
- Mencintai Sejantan 'Ali Bin Abi Thalib'
- WANITA-WANITA LANGIT
- ^Perkara-Perkara Yang selalu Dilalaikan Wanita^
- KEPALA MEREKA BAGAIKAN PUNUK UNTA.
- Bersetubuh Bukan Sebab ( Hukum Waris Islam-2)
- "Bidadari yang terindah adalah wanita shalihah"
- NIKAH DENGAN BUKAN KERABAT
- Sepucuk Surat Buat Para Wanita
- ^SEBAIK-BAIK WANITA SHALAT DI RUMAH^
-
▼
Oct 12
(35)
-
▼
October
(181)