Follow us on:

PENGERTIAN HATI ( القلب )

bismillaah,

 Tahukah kalian kenapa HATI dalam Bahasa Arab di namankan AL QOLBU ( القلب ) Simak penjelasanya berikut ini :

Ia dinamakan "القلب" (hati) karena cepatnya berubah. Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:

إنما القلب من تقلبه إنما مثل القلب كمثل ريشة معلقة في أصل شجرة يقلبها الريح ظهراً لبطن ) رواه أحمد 4/408 وهو في صحيح الجامع 2364(

"Sungguh dia dinamakan القلب [al-qolb=hati ] karena تقلبه 'taqollubihi' (perubahannya). Perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tersangkut di pangkal pohon, kemudian angin menelungkupkan bagian atas menjadi bawahnya.(HR. Ahmad 4/408, terdapat dalam shahih al-Jâmi' 2364).

Dalam riwayat lain:

مثل القلب كمثل ريشة بأرض فلاة الريح ظهراً لبطن) أخرجه ابن أبي عاصم في كتاب السنة رقم 227 وإسناده صحيح: ظلال الجنة في تخريج السنة للألباني 1/102(

"Perumpamaan hati seperti bulu di tengah padang pasir yang di bolak-balikan angin." (Hadits dikeluarkan oleh Ibnu Abi 'Ashim dalam kitab as-Sunnah no.227 dengan sanad yang sahih dalam Dzilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah oleh al-Albani 1/102.)

Kalbu cepat berbolak-balik, sebagaimana yang telah disifati oleh Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- dengan sabdanya:

لقلب ابن آدم أسرع تقلباً من القدر إذا استجمعت غليانا (المرجع السابق رقم 226 وإسناده صحيح: ظلال الجنة 1/102)

"Sungguh kalbu anak Adam lebih cepat terbolak-balik dari pada bejana yang direbus." (Hadits dikeluarkan oleh Ibnu Abi 'Ashim dalam kitab as-Sunnah no.226 dengan sanad yang sahih dalam Dzilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah oleh al-Albani 1/102. )

Dalam riwayat lain:

أشد تقلباً من القدر إذا اجتمعت غلياناً (رواه أحمد 6/4 وهو في صحيح الجامع رقم 5147)

"Lebih amat terbolak-balik dari pada bejana yang di rebus." (HR. Ahmad 6/4. Shahihul Jami no.5137).

Allah -subhanahu wata'âla- yang membolak-balikkan hati dan merubahnya sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al-Ash bahwa dia mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- bersabda,

إن قلوب بني آدم كلها بين أصبعين من أصابع الرحمن كقلب واحد يصرفه حيث يشاء

"Sesungguhnya hati/kalbu anak keturunan Adam seluruhnya berada di antara jari jemari Zat yang Maha Pengasih, seperti satu kalbu, dibolak-balikkan sekehendak-Nya."

Kemudian Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- berdoa:

اللهم مصرف القلوب صرف قلوبنا على طاعتك (رواه مسلم رقم 2654)

[Allahumma mushorriful quluub, shorrif quluubana 'alaa thoo'atika]

"Ya Allah, pembolak-balik kalbu, palingkanlah kalbu kami kepada ketaatan-Mu." (HR. Muslim no.2654.)

Allah-lah yang memisahkan antara seseorang dengan kalbunya. Seseorang tidak akan selamat kecuali datang kepada Allah dengan hati/kalbu yang selamat. Kedukaanlah bagi pemilik kalbu yang sulit untuk zikrullah (mengingat Allah). Surga dijanjikan bagi siapa yang merasa takut kepada Allah yang Maha Pengasih, padahal tidak terlihat olehnya dan datang dengan hati yang bertobat.

Allah -azzawajalla- berfirman:

قال تعالى : ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗ (البقرة :74)

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS.al-Baqarah:74)

Pemilik hati yang kaku tidak terpengaruh oleh nasihat-nasihat kematian ataupun melihat orang mati dan jenazahnya. Bahkan meskipun dia termasuk yang mengusung jenazah dan menguruk kubur dengan tanah. Langkahnya di antara perkuburan seolah hanya di antara bebatuan.

Allah -subhanahu wata'âla- berfirman (dalam hadits qudsi):

… لا يقبل دعاء من قلب غافل (رواه الترمذي رقم 3479 وهو في السلسة الصحيحة 594)

"...tidak diterima doa dari hati/kalbu yang lalai lagi lengah." ( HR. at-Turmudzi no.3479. Dalam Silsilah as-Sohihah no.594).Pikirannya selalu melayang-layang saat melaksanakan shalat, membaca al-Quran, membaca doa maupun ibadah lainnya. Tidak dapat menadaburi dan merenungi makna-makna zikir. Membacanya sambil lalu dan dengan cara yang menjemukan jika telah dihafalnya. Sekalipun telah membiasakan diri berdoa dengan doa-doa tertentu pada waktu yang telah ditentukan oleh sunah, tetap saja dia tidak dapat khusyuk memahami makna-makna doa tersebut..

Rasulullah bersabda dalam hadisnya:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ...

"Fitnah (cobaan) dibentangkan kepada kalbu seperti keset, selembar demi selembar. Bagian manapun dari kalbu yang menyerapnya akan menjadi titik hitam."

Hingga menjadi seperti yang dikhabarkan Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam-:

أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ (رواه مسلم رقم 144)

"Hitam dengan sedikit bintik putih, seperti kerucut yang miring tertelungkup, tidak mengetahui kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, selain yang diterima oleh hawa nafsunya."( HR. Muslim no.14).

Yang demikian itu karena telah luntur darinya cinta kebaikan dan benci kemungkaran. Hal itu yang menguasainya sehingga tidak ada yang mendorongnya untuk mengajak berbuat baik maupun mencegah kemungkaran. Bahkan ketika mendengar kemungkaran terjadi bisa jadi malah meridainya, sehingga dia pun mendapat dosa seperti orang yang menyaksikan namun membiarkannya.

Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam-:

إذا عملت الخطيئة في الأرض كان من شهدها فكرهها - وقال مرة أنكرها - كمن غاب عنها ومن غاب عنها فرضيها كان كمن شهدها (رواه أبو داود رقم 4345، وهو في صحيح الجامع 689)

"Jika keburukan dilakukan di bumi dan dia menyaksikan dan membencinya –dalam riwayat yang lain mengingkarinya- seperti orang yang tidak hadir. Dan siapa yang tidak menyaksikannya tetapi meridainya maka seperti menyaksikannya."( HR. Abu Dâwud no.4345. Lihat Shahih al-Jâmi' 689).

Rida dengan perbuatan maksiat merupakan amal hati/kalbu yang menyisakan dosa seperti orang yang melihatnya...

Seorang mukmin hatinya haruslah sensitif, menyadari penyakit yang menyusup dan faktor penyebabnya, untuk kemudian bersegera mengobatinya sebelum menjangkit dan membinasakannya. Perkaranya besar dan serius. Allah -subhanahu wata'âla- telah memperingatkan kita mengenai hati yang keras, terkunci, sakit, buta, buntung, terbalik, ternoda dan dicap.

Allah -subhanahu wata'âla- kuasa melembutkan hati-hati kita karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik pelindung. Cukuplah Dia sebagai penolong dan tempat bergantung.

sumber :kitab ﴿ ظاهرة ضعف الإيمان / Fenomena Lemah Iman محمد صالح المنجد .

***


 Merasakan Manisnya Iman

ولهما عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه ، كما يكره أن يقذف في النار » .
وفي رواية : « لا يجد أحد حلاوة الإيمان حتى يحب المرء لا يحبه إلا لله » إلى آخره .
“Dan dalam riwayat keduanya (Al-Bukhari dan Muslim) dari Anas, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ada tiga perangai atau sifat yang jika ada pada diri seseorang, maka orang tersebut akan mendapatkan manisnya iman:
(1) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya,
(2) Mencintai seseorang, yang dia tidak mencintai orang tersebut kecuali karena Allah,
(3) Membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran tersebut sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka.”

Dan dalam riwayat yang lain disebutkan dengan lafazh: “Tidaklah seseorang mendapatkan manisnya iman sampai dia mencintai seseorang, dan tidaklah kecintaannya itu kecuali karena Allah …”

Kitab At-Tauhid LKIBA Ma’had As-Salafy Jember


Blog Archive