Follow us on:

^ISLAM TIDAK MEMERLUKAN “SIKAP ANEH” SUFI^

Bismillah,

Asy Syaikh Sa’ad Al Husain

Allah berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al Ahzab : 21)

Dan tiada jalan bagi seorang muslim untuk mewujudkan kecintaannya kepada Allah dan mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya kecuali dengan (sikap) ittiba’ (mengikuti) Rasulullah .

Allah berfirman : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. " (Ali 'Imran : 31)

Barang siapa yang menyelisihi manhaj Rasulullah yang mana Allah telah memilih dan meridhai manhaj itu bagi Rasul-Nya dan umatnya hingga hari kiamat – sebagaimana kaum mukminin pada kurun yang utama memahami dan telah mengamalkannya – maka Allah tidak akan menerima darinya, sekalipun ia telah mengerahkan kesungguhan, dan mengaku cinta pada Allah dan Rasul-Nya dan agama-Nya, bahkan sekalipun keinginannya dalam kebaikan dan petunjuk mencapai puncak, Allah berfirman :

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali ”. (An Nisa' : 115)

“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk”. ( Al A'raf : 30)

Sungguh umat terdahulu dan sekarang telah melampaui batas dalam menampakkan kecintaan pada agama dan Rasul atau kepada orang yang diyakini mempunyai kebaikan, dan mereka melampaui batas-batas syari'at Allah (yang ditetapkan) untuk hamba-hamba- Nya, maka pantaslah mereka mendapatkan kemurkaan Allah, laknat dan siksa-Nya firman Allah :

“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At Taubah : 30 – 31)

Dan sebelum Yahudi dan Nasrani, orang-orang Budha telah “Ghuluw” (bersikap melampaui batas) pada “Budha”, dan demikian juga orang-orang Hindu sebelum mereka telah “Ghuluw” pula pada “Brahma”, maka mereka menyembah dua orang tersebut. Bahkan orang-orang Nashara menambah sikap “ghuluw” pada Isa, mereka jadikan Isa sebagai bentuk dari dzat yang disembah, dan salah satu tuhan dari dari tiga tuhan (trinitas). Dan mereka juga berkata bahwasanya Maryam adalah “ibunya Tuhan” dan bahwasanya Allah ( Maha Tinggi Allah dari apa-apa yang mereka katakan) mereka katakan : “Tuhan Bapak”.

Dan sungguh Allah telah memperingatkan umat Islam (melalui Kitab dan sunnah Rasul-Nya), dari mengikuti jalannya orang-orang kafir dan “Ghuluw” dalam agama, Allah berfirman : Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (Al Maidah : 77)

Dan Nabi bersabda : “Janganlah kalian memujiku sebagaimana Nashara memuji Isa bin Maryam , sesungguhnya aku adalah hamba-Nya , maka katakanlah : “Hamba Allah dan Rasul-Nya”. ( Hadits riwayat Bukhari)

Maha benar Allah, dan telah benar sabda Rasul. Sungguh sebagian besar dari kaum muslimin (setelah kurun yang utama) telah mengikuti tatacara-tatacara orang sebelum mereka, yaitu Yahudi dan Nashara serta orang-orang musyrik pada perkataan dan perbuatan mereka yang paling buruk dengan dipimpin oleh orang-orang dinasti Fatimiyyah pada awalnya dan dinasti 'Utsmaniyyah pada akhirnya, dan dengan “bujukan dan was-was” tashawuf pertama dan terakhir.

Dan didapati pada sebagian besar kaum muslimin yang tidak berjalan “menunggangi” kesesatan tidak mempunyai sikap menentang mereka, berkatalah mereka pada keadaan mereka : “Bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku”.

Dan dengan itu, bahwasanya tidak ada sikap berlebih-lebihan kecuali terdapat kebenaran yang dihilangkan. Maka sungguh sikap “ghuluw” dalam pengakuan kecintaan telah menyertai penghilangan sikap mengharap dan takut pada Allah.

Dan senantiasa para du’at dan khatib - terlebih orang awam - setelah dua belas setengah abad dari wafatnya “Rabi'ah Al Adawiyyah” tetap masih mengikuti kurafat yang dinisbatkan kepadanya :

“Ya Allah jika aku menyembah-Mu lantaran sangat menginginkan surga-Mu, maka haramkanlah aku memasukinya, dan jika aku menyembah-Mu lantaran sangat takut dari neraka-Mu, maka masukkanlah aku ke dalamnya”.

Dan setiap orang mengistimewakan Rabi'ah dalam paparan-paparan sejarah -seandainya boleh berpegang teguh dengan sejarah dalam hukum-hukum agama- bahwasanya dia adalah seorang perempuan yang banyak bertaubat serta beribadah, dan tiada seorangpun yang mengatakan bahwasanya dia termasuk dari Ulil Amri (Umara dan Ulama) yang diambil dari mereka fatwa yang berkenaan dengan syari'at agama yang memuat nash-nash wahyu (Al Qur’an) dan fiqh dalam masalah agama. Dan tidaklah benar pengakuan kecintaan yang sesuai dengan syar'iat (agama) tanpa ada keseimbangan antara Ar Raja’ (mengharap) dan Al Khauf (rasa takut).

Allah berfirman : “Dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan)”. ( Al A'raf : 56)

Dan do’a adalah ibadah. Allah ' berfirman tentang para Nabi-Nya, malaikat-malaikat- Nya dan para hamba-hamba- Nya yang shalih, yang mana manusia “bertaqarrub” mendekatkan diri dengan do'a-do’a mereka sejak menyimpangnya kaum Nuh dari jalan Allah yang lurus hingga datangnya hari kiamat.

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”. ( Al Isra' : 57)

Dan iman tidaklah sempurna tanpa mengumpulkan antara mahabbah (cinta), raja’ (berharap) dan khauf (rasa takut).

Dan berkata orang-orang yang menisbatkan kepada Islam dan sunnah dalam do'a mereka pada Nabi dengan sikap “ghuluw” dalam kecintan pada Nabi dan menyelisihi petunjuknya

Wahai Mahluk Allah yang pertama, wahai yang awal dari yang awal dan akhir dari yang akhir

Adapun tentang Nabi Muhammad, Allah telah berfirman dalam hadits qudsi :

“Awal sesuatu yang Allah ciptakan adalah pena” (Hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi, dan Baihaqi)

Dan mereka memilih untuk bershalawat kepada Nabi dengan shalawat nariyyah, dan didalam shalawat Nariyah Rasulullah disifati dengan sifat yang tidak boleh disifati semacam itu kecuali Allah , dimana dengan “shalawat Nariyah” ini terlepaslah ikatan dan terbebas bencana dengannya, tercapai dengannya keinginan-keinginan dan terpenuhi dengannya hajat-hajat.

Padahal Rasulullah telah memilihkan untuk umatnya yang terbaik (yaitu para sahabat beliau) dan orang-orang setelah mereka suatu shalawat (dimana shalawat ini termasuk wahyu Allah kepada beliau) :

“Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau bershalawat kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha terpuji dan Maha Mulia”

Dan seorang penyair bersyair dengan pujian-pujian “bid’ah” yang menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya.

Dan mereka mendustakan firman Allah dan sabda Rasul-Nya bahwasanya beliau adalah seorang manusia dan bahwasanya beliau terciptakan dari tanah dan dari tulang sulbi Adam. Berkata Abul Huda Ash Shiyadi (dimana ia adalah seorang yang dijadikan khilafah 'Utsmaniyyah sebagai tempat kembalinya permasalahan- permasalah agama dari mulai awal hingga terakhir pada masa sulthan Abdul Hamid) :

“Allah yang Maha Agung memegang cahaya wajahnya dengan sebuah genggaman, maka Dia menciptakan darinya penghulu manusia Muhammad)

Dan orang-orang awam mereka berkata dalam pujian-pujian yang menyerupai celaan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kedudukan kenabian.

“Pipinya sangat merah dan air liurnya bersih sangat manis, perutnya seperti lipatan sutra ketika berhembus nafas.”.

Dan datanglah para pemikir dan penulis yang mereka dilebeli sebagai pemikir dan penulis Islami mereka mengaku membela ilmu syar'i (khususnya tafsir dan sejarah) padahal mereka bukan ahlinya, mereka berkata : “Sesungguhnya Allah memberi Muhammad dua sifat dari sifat-sifat- Nya :

“Pemurah dan Penyayang” (at-Taubah : 128)

Tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka salah jika mereka bermaksud menyekutukan- Nya dalam satu lafadz ; dan Allah telah mengatakan tentang manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir :

“Mendengar dan Melihat” (al-Insan : 2)

Dan mereka kesalahan berupa penyekutuan dalam lafadh jika mereka maksudkan penyekutuan makna secara mutlak, maka tiada sekutu bagi Allah dalam sifat-Nya.

Dan berkata sebagian dari mereka : "Sesungguhnya Muhammad lebih baik dari Musa" . Allah berfriman kepada Musa :

Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)".(Thaha : 84)

Allah berfirman kepada Muhammad :

“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi ridha ”.(ad-Dhuhaa : 5)

Mereka telah keliru dari segi bahasa dan syariat, Allah berfirman tentang para sahabat Nabi :

“Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah”. (at-taubah : 100)

dan Allah berfirman :

“Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan”. (al-Lail : 21)

Mereka telah melanggar larangan Rasulullah kepada umatnya yaitu larangan melebihkan antara beliau dan antara nabi tertentu:

“Janganlah mengutamakan antara para Nabi”.

Dalam riwayat lain :

“Janganlah mengutamakanku atas Musa”

Karena sesungguhnya manusia akan mati pada hari kiamat , dan aku adalah orang pertama yang dbangkitkan dari bumi. Maka tiba-tiba Musa memegang salah satu tiang dari tiang-tiang Arsy ; aku tidak mengetahui apaka ia termasuk orang yang dimatikan atau dihisab dengan teriakan kejadian kiamat yang pertama, (dalam riwayat lain) ataukah ia termasuk manusia yang dikecualikan Allah. (Muttafakun alaihi)

Rasulullah bersabda ketika memperingatkan permisalan yang dilakukan orang-orang yang berbuat dosa :

“Celakalah mereka yang melampaui batas, Celakalah mereka yang melampaui batas, Celakalah mereka yang melampaui batas” (Hadits riwayat Muslim)

Dan Rasulullah bersabda :

Sesungguhnya orang yang paling aku murkai dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah : orang banyak berceloteh,

Islam dan muslimin tidak membutuhkan “sikap aneh” sufi yang sesat dan senantiasa memperbandingkan bahasa-bahasa dan pemikiran-pemikiran dengan melampaui batas pada Al Qur’an dan sunnah Nabi-Nya yang terjaga, Allah berfirman tentang Nabi-Nya :

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min”. (at-Taubah : 128)

Dan Allah berfirman :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(ali Imran : 159)

Dan Allah berfirman :

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(al Anbiya : 107)

Dan Allah berfirman :

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(al Qalam : 4)

Dan Rasulullah bersabda tentang dirinya :

“Aku adalah penghulu anak Adam pada hari kiamat”

Dan pada riwayat Ibnu Hibba :

“Aku adalah penghulu anak Adam pada hari kiamat tanpa ada rasa bangga, dan (aku) manusia pertama yang dibangkitkan dari bumi, dan (aku) manusia pertama yang memberi syafaat, ditanganku bendera pujian, dibawahnya terdapat Adam dan manusia sesudahnya”

Dan Rasulullah bersabda :

“Aku diberi lima hal, yang tidak diberikan kepada seorangpun dari para nabi sebelumku :

aku diberi pertolongan dengan diberikannya rasa takut kepada musuh sejauh perjalanan sebulan, dan dijadikan bumi bagiku sebagai masjid dan suci, dimanapun salah seorang dari umatku menjumpai shalat maka hendaklah ia shalat, dan dihalalkan bagiku rampasan perang, dan dahulu seorang nabi diutus khusus kepada umatnya, sedangkan aku diutus untuk manusia seluruhnya, dan aku diberi syafaat”. (Muttafakun alaihi)

Barangsiapa tidak (merasa) cukup dengan tuntunan yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya maka berarti ia tidak menyerah kepada Allah dan syariat agama-Nya, dan tidak ada kebenaran dalam pengakuannya (bahwa ia) mencintai Rasulullah, dan ia tidak akan mendapati manisnya iman, dan sekali-kali kamu tidak akan dapat mendapati seorangpun memberi petunjuk baginya, Barangsiapa membenci sunnahku maka ia bukan termasuk dari golonganku”

Maraji':

majalah ad-Dakwah 1734

semoga bermanfaat

Blog Archive