Follow us on:

^ALLAH BERADA DIMANA?

Bismillah,

[Allah subhanahu wa Ta’ala] berfirman,

yang artinya :

“Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Rabbnya Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta”
(QS.al_Mu’min:36-37)

mari perhatikan ayat diatas :

1. Nabi Musa عليه السلام = menyatakan Allah Ta’ala berada di atas langit

sedangkan

2. Firaun = mengingkari apa yang dinyatakan oleh Nabi Musa عليه السلام

jadi..

buat siapa saja yang ‘mengingkari’ Allah berada di atas langit,

maka..

aqidahnya mengikuti/sama dengan aqidah Firaun..

Dalil2 dari Al-Quran :

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

1. “Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian dia Istiwa’ DI ATAS 'Arsy “ (QS.Yunus:3)

--> diatas.. bukan dibawah..

2. “ Ar Rahman DI ATAS ‘Arsy istiwa’ “ (QS.Thaha:5)

--> diatas.. bukan dimana2 atau ada tiada tempat..

3. “Apakah kamu merasa aman terhadap (Allah) YANG BERADA di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap (Allah) yang ada di langit bahwa dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”

(QS.al-Mulk:16-17)

--> jelas sekali.. berada di ‘langit’..

4.“Mereka takut kepada Rabb mereka yang DI ATAS mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”.

(QS.an- Nahl:50)

--> diatas.. bukan dibawah.. disamping.. ditengah.. atau dimana2.. atau malah bilang.. saya ga tahu ada dimana..

5. “(ingatlah), ketika Allah berkata: "Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menidurkanmu dan MENGANGKATMU kepada-Ku “.

(QS.ali- Imran:55)

--> mengangkat itu sudah pasti keatas.. tidak mungkin kebawah..

6.“Bertasbihlah dengan menyebut nama Rabb kamu yang maha TINGGI”.

(QS.al-A’la:1)

--> tidak ada satu pun makhluk yg lebih tinggi dari Dia

7. “Sesungguhnya kami telah MENURUNKAN kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan peribadahan kepada-Nya”.

(QS.az-Zumar:2)

--> menurunkan.. ini sudah otomatis dari atas ke bawah..

8.“ Kepada-Nya lah NAIK ucapan-ucapan yang baik, dan amal shalih Dia lah yang mengangkatnya”.(QS. Faathir : 10).

--> naik itu ke atas.. tidak mungkin naik kebawah.. ke kiri atau ke kanan.. atau kemana2..

Firaun = mengingkari apa yang dinyatakan oleh Nabi Musa عليه السلام

jadi..

buat siapa saja yang ‘mengingkari’ Allah berada di atas langit,

maka..

aqidahnya mengikuti/sama dengan aqidah Firaun = KAFIR

tentang ayat di atas Ibnu Abil ‘Izz mengatakan, “Mereka jahmiyah yang mendustakan ketinggian Dzat Allah di atas langit, mereka yang senyatanya pengikut Fir’aun. Sedangkan yang menetapkan ketinggian Dzat Allah di atas langit, merekalah pengikut Musa dan pengikut Muhammad.” [Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah 2/441]
____________________________________________


tanya :

Istiwa' itu apa?? Terus kalau Arsy itu langit ke7kah??? Afwan gak ngerti..

jawab :

Arti Istiwa’

Lafazh istawa ‘ala (ﺍِﺳْﺘَﻮَﻯ ﻋَﻠَﻰ) dalam bahasa Arab – yang dengannya Allah menurunkan wahyu – berarti (ﻋَﻼَ ﻭَﺍﺭْﺗَﻔَﻊَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian).

Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Tidak ada... yang memahaminya dengan arti lain di kalangan salaf dan ahli bahasa.

Adapun ‘Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan. ‘Arsy adalah makhluk tertinggi.

Rasulullah shollallahu’alaihi wasllam bersabda:

ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺳَﺄَﻟْﺘُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﻩُ ﺍﻟْﻔِﺮْﺩَﻭْﺱَ

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺃَﻭْﺳَﻂُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺃَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻓَﻮْﻗَﻪُ

ﻋَﺮْﺵُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻭَﻣِﻨْﻪُ ﺗَﻔَﺠَّﺮُ ﺃَﻧْﻬَﺎﺭُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ

yang artinya,

“Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari)

‘Arsy juga termasuk makhluk paling besar. Allah menyifatinya dengan ‘adhim (besar) dalam Surat An-Nahl: 26.

Ibnu Abbas rodiallahu’anhu berkata :

ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲُّ ﻣَﻮْﺿِﻊُ ﺍﻟْﻘَﺪَﻣَﻴْﻦِ،ﻭَﺍﻟْﻌَﺮْﺵُ

ﻻَ ﻳَﻘْﺪِﺭُ ﻗَﺪْﺭَﻩُ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗﻌﺎﻟﻰ.

yang artinya,

“Kursi adalah tempat kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy (singgasana) tidak ada yang mengetahui ukurannya selain Allah Ta’ala.” (Hadits mauquf riwayat Al-Hakim dan dishahihkan Adz-Dzahabi dan Al-Albani)

Allah juga menyifatinya dengan Karim (mulia) dalam Surat Al-Mukminun: 116 dan Majid (agung) dalam Surat Al-Buruj: 15.

Dalam suatu hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa ‘Arsy memiliki kaki, dan dalam surat Ghafir: 7 dan Al-Haaqqah: 17 disebutkan bahwa ‘Arsy dibawa oleh malaikat-malaikat Allah.

Ayat dan hadits yang menjelaskan tentang istiwa’ di atas ‘Arsy menunjukkan hal-hal berikut:

1. Penetapan sifat istiwa di atas ‘Arsy bagi Allah, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

2. Bahwa Dzat Allah berada di atas.

Beberapa Peringatan Penting

Pertama: Istiwa’ adalah hakikat dan bukan majas. Kita bisa memahaminya dengan bahasa Arab yang dengannya wahyu diturunkan. Yang tidak kita ketahui adalah kaifiyyah (cara/bentuk) istiwa’ Allah, karena Dia tidak menjelaskannya. Ketika ditanya tentang ayat 5 Surat Thaha

(ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ),


Rabi’ah bin Abdurrahman dan Malik bin Anas mengatakan:


ﺍﻻِﺳْﺘِﻮَﺍﺀُ ﻣَﻌْﻠُﻮْﻡٌ،ﻭَﺍْﻟﻜَﻴْﻒُ ﻣَﺠْﻬُﻮْﻝٌ،

ﻭَﺍﻹِﻳﻤَﺎﻥُ ﺑِﻪِ ﻭَﺍﺟِﺐٌ.


“Istiwa’ itu diketahui, kaifiyyahnya tidak diketahui, dan mengimaninya wajib.” (Al-Iqtishad fil I’tiqad, Al-Ghazali)

Kedua: Wajib mengimani dan menetapkan sifat istiwa’ tanpa merubah (ta’wil/tahrif) pengertiannya, juga tanpa menyerupakan (tasybih/tamtsil) sifat ini dengan sifat istiwa’ makhluk.

Ketiga: Menafsirkan istawa (ﺍِﺳْﺘَﻮَﻯ) dengan istawla (ﺍِﺳْﺘَﻮْﻟَﻰ) yang artinya menguasai adalah salah satu bentuk ta’wil yang bathil. Penafsiran ini tidak dikenal di kalangan generasi awal umat Islam, tidak juga di kalangan ahli bahasa Arab. Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa penafsiran ini pertama kali dimunculkan oleh orang-orang Jahmiyyah dan Mu’tazilah. Mereka ingin menafikan sifat keberadaan Allah di atas langit dengan penafsiran ini. Kita tidak menafikan sifat kekuasaan bagi Allah, tapi bukan itu arti istiwa’.

Keempat: Penerjemahan kata istawa (ﺍِﺳْﺘَﻮَﻯ) dengan “bersemayam” perlu di tinjau ulang, karena dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa bersemayam berarti duduk, tinggal, berkediaman. Padahal arti istawa bukanlah ini, sebagaimana telah dijelaskan.

Kelima: Istiwa’ Allah di atas ‘Arsy tidak berarti bahwa Allah membutuhkannya, tapi justru ‘arsy yang membutuhkan Allah seperti makhluk-makhluk yang lain. Dengan hikmah-Nya Allah menciptakan ‘Arsy untuk istiwa’ diatasnya, dan Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun. Wallahu a’lam.

www.muslim.or.id

yang lebih aman, istiwa tidak diterjemahkan ke lain bahasa

dan kita tetap mengatakan Allah istiwa di atas Arsy

wallaahu a'lam
________________________________________

tanya :

ini adalah hujjah yg sering dilontarkan yg mempercayai bahwa Allah ada dimana-mana dan tanpa tempat ,,,

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid : 4). Ayat ini menegaskan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala bersama kita di ...bumi, bukan ada di langit.

Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

وَقَالَ إِنِّيْ ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ. (الصافات : ٩٩).

yang artinya,

“Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menuju Tuhanku (Palestina), yang akan memberiku petunjuk.” (QS. al-Shaffat : 99).

Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim alaihissalam berkata akan pergi menuju Tuhannya, padahal Nabi Ibrahim alaihissalam pergi ke Palestina. Dengan demikian, secara literal ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala bukan ada di langit, tetapi ada di Palestina.”

,,, bagaimana kita menyikapinya ,,,?

jawab :

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid : 4)

--> ini yang benar : Dan (pengetahuan) Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadiid: 4)

skr begini.. saat kita mengatakan kepada buah hati kita saat dia jauh disana, kita suka berkata, "anakku.. ibu akan selalu bersama kamu.. dimanapun kamu berada.."

pertanyaannya..

apakah si ibu ini ada dimana2...?

biar lebih kuat lagi, simak yg berikut :

Imam Malik -imam Darul Hijroh- mengatakan, "Allah di atas langit, sedang ilmuNya (pengetahuanNya) di setiap tempat, tidak akan luput sesuatu darinya."

Imam asy Syafi’i berkata, "Berbicara tentang sunnah yang menjadi peganganku dan para ahli hadits yang saya lihat dan ambil ilmunya seperti Sufyan, Malik, dan selain keduanya, adalah berikrar bahwa tidak ada ilah (yang berhak untuk diibadahi secara benar) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu di atas ‘arsy di langit…"

Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal, "Apakah Allah di atas langit yang ke tujuh di atas ‘arsyNya jauh dari makhlukNya, sedangkan kekuasaanNya dan pengetahuanNya di setiap tempat?" Beliau menjawab, "Ya, Dia di atas ‘arsyNya tidak akan luput sesuatupun darinya."

Imam Sufyan ats Tsaury -wafat pada tahun 161 H- pernah ditanya tentang ayat ini "Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." Beliau menjawab, "yakni ilmuNya."

Hanbal bin Ishaq berkata: Abu Abdillah (Imam Ahmad, pent.) ditanya apa makna "Dan Dia bersama kamu"? Beliau menjawab, "Yakni ilmuNya, ilmuNya meliputi segala hal sedangkan Rabb kita di atas arsy…"

Imam Nu’aim bin Hammad -wafat pada tahun 228 H- ditanya tentang firman Allah "Dan Dia bersama kamu" beliau berkata, "Maknanya tidak ada sesuatupun yang luput darinya, dengan ilmunya." (lihat Al ‘Uluw, Imam adz Dzahabi)

Ketika Imam Abu Hanifah mengatakan, "Allah subhanahu wa ta’ala di langit tidak di bumi", ada yang bertanya, "Tahukah Anda bahwa Allah berfirman, ‘Dia (Allah) bersama kamu’?" Beliau menjawab, "Ungkapan itu seperti kamu menulis surat kepada seseorang "saya akan selalu bersama kamu" padahal kamu jauh darinya. (I’tiqodul a`immah al arba’ah)

jadi..

kesimpulan dari ayat : "Dia bersama kamu…"

--> ialah ilmuNya, pengawasanNya, penjagaanNya bersama kamu, sedang Dzat Allah di atas arsy di langit. (Lihat Tafsir Qur`anil Azhim: 4/317)

selesai..

Jalan yang Lurus

semoga bermanfaat


Blog Archive