Follow us on:

^^POSITIVE SUNNAH vs NEGATIVE BID'AH^^


Bismillah,

Al Imam Al Mujahid Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah :

“Jihad melawan munafiqin ini lebih berat daripada jihad melawan orang-orang kafir. Jihad ini merupakan jihadnya orang-orang khusus dari umat ini, yaitu para ‘ulama pewaris para nabi. Maka orang-orang yang tampil menegakkan jihad jenis ini hanyalah segelintir orang saja, demikian juga orang yang mau membantu mereka hanya sedikit saja. Namun demikian, meskipun secara jumlah mereka itu sedikit, mereka sangat besar kedudukannya di sisi Allah.”

***
tanya :
Memang na apa beda na antara jihad m'lawan munafikin dgan jihad m'lawan org2 kafir??? ÖÖ'

jawab :
itu ada rumusnya : 1 - 1/2 - 0

1 = orang beriman
1/2 = orang munafik
0 = orang kafir

lebih berat orang munafik = karena mereka itu tidak terlihat, mereka mengaku Islam tapi yang mereka lakukan dan syi'arkan adalah kesesatan, nah.. susah kalau udah kek gini.. nanti kalau kita tegakkan hujjah atas mereka, nanti mereka bilang, kita yang memecah belah, tidak menghargai perbedaan, mereka akan menuduh kita dgn sebutan2 buatan mereka dsb dsb,

dan orang2 munafikin ini lebih berbahaya daripada orang kafir, mereka ini bagai musuh dlm selimut, bersama2 dlm satu kapal, tapi mereka dibawah melubangi kapal pelan2..

contoh :
jihad melawan munafiqin = memerangi bid'ah

kira2 begitu

***
tanya :
Sprti ahmadiyah kah?? ÔÔ,

jawab :
ahmadiyah bukan Islam

= kafir

***
tanya :
Trus sprti apa??? Adakah cntoh nya?? @@'

jawab :
jihad = bukan dgn fisik saja, tapi bisa juga dengan pena,

nah..

ketika kamu memerangi pemikiran2 dan syi'ar2 para ahlul bid'ah, itu juga bisa disebut jihad

***

~ MEMERANGI KAFIR ~

“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Orang-orang kafir yang haram untuk dibunuh adalah tiga golongan:
1. Kafir dzimmi (orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin)

2. Kafir mu’ahad (orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati)

3. Kafir musta’man (orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin)
Sedangkan orang kafir selain tiga di atas yaitu kafir harbi, itulah yang boleh diperangi.

beberapa dalil yang menunjukkan haramnya membunuh tiga golongan kafir di atas secara sengaja.

[Larangan Membunuh Kafir Dzimmi yang Telah Menunaikan Jizyah]

Allah Ta’ala berfirman,

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
(QS. At Taubah: 29)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

[Larangan Membunuh Kafir Mu’ahad yang Telah Membuat Kesepakatan untuk Tidak Berperang]

Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Dosa orang yang membunuh kafir mu’ahad tanpa melalui jalan yang benar”.Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

[Larangan Membunuh Kafir Musta’man yang telah mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin]

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At Taubah: 6)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dzimmah kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dzimmah dalam hadits di atas adalah jaminam keamanan. Maknanya bahwa jaminan kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui). Oleh karena itu, siapa saja yang diberikan jaminan keamanan dari seorang muslim maka haram atas muslim lainnya untuk mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam jaminan keamanan.” (Syarh Muslim, 5/34)

Adapun membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian dengan kaum muslimin secara tidak sengaja, Allah Ta’ala telah mewajibkan adanya diat dan kafaroh sebagaimana firman-Nya,

“Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisaa’: 92)

‎~ MEMERANGI MUNAFIQ ~

Hakikatnya hati orang-orang munafik dan orang-orang kafir adalah satu dan mudah dikenali. Tujuan mereka adalah satu dan apa yang mereka sembunyikan juga satu, menghinakan kaum muslimin dan menolong musyrikin. Tetapi, di zaman Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, mereka tidak berani menampakkan persatuan, karena kekuatan Islam.

Pertama, sekarang hati orang-orang munafik dan orang-orang kafir menjadi sepuluh. Mereka bahu membahu, saling tolong-menolong untuk menghancurkan Islam dan menghalangi kejayaannya seperti dilakukan oleh generasi sebelum mereka.

Misalnya, kaum munafik telah menghinakan Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pada perang Uhud dengan pengunduran diri mereka yang menarik sepertiga pasukan. Itulah gambaran awal kaum munafik saat menghinakan Rasulullah Shallahu alaihi Wa Sallam, dan gambaran seperti itu masih terus berlanjut.


Firman Allah Ta’ala, "Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)'. Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS. Al-Imran : 167)


As-Syaukani mengomentari tentang firman Allah, “Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan,” beliau mengatakan, bahwa mereka adalah orang-orang munafik modern yang menuduh kaum mukminin menuju kekafiran.

Fenomena awal kemunafikan dari generasi pertama (di zaman Salaf), dalam kehidupan ini akan terus berkembang, hingga ke generasi sekarang ini, dan yang muncul dalam bentuk kemunafikan yang lebih tinggi (canggih) dalam menghinakan kaum muslimin serta dengan berbagai pola yang lebih membahayakan bagi kehidupan umat.


Orang-orang munafik pada zaman sekarang ini, mereka berdiri satu barisan bersama dengan orang-orang kafir untuk memerangi dan menyerang kaum muslimin. Dalih mereka bisa jadi karena menjaga kepentingan, menghapus kekerasan (radikalisme), atau bergaya filosofis dan berbagai alasan lainnya. Intinya, orang-orang munafik dari zaman dahulu maupun zaman sekarang akan kian meningkat jumlahnya dalam memerangi kaum muslimin.

4. Kafir harbi, yaitu orang kafir yang memerangi Allah dan Rasulullah dengan berbuat makar diatas muka bumi.

Dari keempat macam orang kafir tersebut, hanya kafir harbi yang boleh diperangi dan halal darahnya untuk ditumpahan.

Allah SWT Berfirman :

Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
( al-Quran, al-Maidah : 33 )

Kedua, orang-orang munafik menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong mereka. Di manapun dapat dilihat sikap orang munafik itu, yaitu bergesernya loyalitas (wala’) yang seharusnya dilakukan orang-orang munafik kepada Islam, justru kini telah berafiliasi (ber-wala’) kepada saudara-saudara mereka yang kafir.


Firman Allah Ta’alaa, "Kabarkanlah kabar gembira kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-temanh penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (QS. An-Nisaa’ : 128-139)


Ibnu Jarir mengatakan, “Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai teman-teman penolong dengan maksud mencari kekuatan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang dungu dan tidak sempurna. Dan, Qurtubi, menuturkan, "Ayat diatas (QS. An-Nisaa’ : 138-139) itu, mengandung larangan untuk mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan mengambil mereka sebagai penolong dalam berbagai perbuatan yang berhubungan dengan agama."


Ibnu Jarir lebih jelas lagi, mengomentari surah An-Nisaa’ ayat 138-139 itu, dan menegaskan, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani menjaid pemimpinmu."

Ketiga, hal yang menonjol dari sifat orang manufik adalah kecenderungan mereka untuk berhukum dengan segala hukum manusia. Baik itu berbentuk ‘urf (tradisi) leluhur, hukum adat, ataupun berbagai peraturan hukum konveri (buatan) manusia lainnya. Mereka meninggalkan hukum Al-Qur’an dan Sunnah seperti yang pernah terjadi di masa Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam. Mereka membenci hukum Allah dan Rasul-Nya dan lebih berpihak kepada perkataan manusia.


"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: 'Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,' niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (QS. An-Nisaa’ : 60-61).

Keempat, sifat lainnya yang dimiliki oleh orang-orang munafik, suka menghinakan dan melecehkan Allah, Rasulullah dan kaum mukminin. Hakikatnya wajah permusuhan orang-orang munafik kepada kaum mukminin begitu kasat dalam upaya pelecehan dan penghinaan mereka terhadap Islam.


"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'Kami telah beriman.' Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, 'Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.' Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka." (QS. Al-Baqarah : 14-15).


Kaum munafik ada yang tinggal bersama dalam komunitas mukminin, duduk bersama dalam berbagai majelis. Orang munafik itu berkata, "Aku adalah golongan kalian dan sejalan dengan kalian." Lalu, saat ia pergi kepada para pemimpinnya (dari kalangan syetan yang berwujud manusia dan orang-orang durjana), ia akan berkata kepada mereka, "Aku mengucapkan itu, karena dangkalnya akal orang-orang mukmin dan kedunguan mereka. Memang aku bersama mereka, tetapi aku menghina mereka, menertawakan pola pikir mereka."

Kelima, sifat atau ciri-ciri orang-orang munafik itu, mereka merasa sangat gembira dengan musibah yang menimpa kaum mukminin dan bersedih dengan kemenangan orang-orang mukmin. (QS. Ali-Imran : 120). Sampai saat ini orang-orang munafik itu, meneriakkan suara paling lantang permusuhan terhadap kaum mukminin, mereka tidak senang dengan kemenangan dan kejayaan serta kemajuan dakwah yang dilakukan oleh orang-orang mukmin.


"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali-Imran : 120)

Keenam, tentu sifat-sifat yang paling klasik orang-orang munafik itu, mereka menyeru kemunkaran dan mencegah kebaikan (ma’ruf). Friman Allah, "Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah : 67)

Semua orang munafik hanya akan menyeru perbuatan munkar (jahat) dengan segala coraknya dan logikanya. Mereka menyeru perbuatan syirik kepada Allah dan ibadah kepada selain-Nya, menyeru untuk meninggalkan shalat, baik terang-terangan atau terbuka dengan berbagai cara. Mereka tak henti-henti menyuruh manusia untuk memuja kehidupan dunia, dan melalaikan pada kehidupan akhirat.

Ketujuh, diantara sifat-sifat lainnya, yang dimiliki oleh orang munafik itu, memata-matai kaum muslimin demi kepentingan musuh-musuh Islam. (QS. Al-Imran : 118). Contoh dalam shiroh adalah kisah Hatib bin Abu Balta’ah, ketika Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, telah bersumpah menaklukkan Makkah, karena penduduk Makkah mengingkari perjanjian (arbitrase) yang telah mereka sepakati bersama kaum muslimin. Tetapi, sumpah Rasulullah itu, dibocorkan oleh Hatib bin Abu Balta’ah kepada orang kafir Quraisy.


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali-Imran : 118)


Itulah ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh orang-orang munafik, dan akan selalu berlangsung di sepanjang sejarah kemanusiaan, dan kehidupan orang-orang mukmin. Kenalilah mereka itu.

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=211896805492451&set=o.178870065487878&type=1&theater

semoga bermanfaat

Blog Archive