Follow us on:

"Ushul Tsalatsah"






بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

Berikut ini, saya salin ulang sebuah kitab aqidah ahlussunnah wa jama'ah. Semoga dapat bermanfaat bagi saudara-saudaraku sekalian. Adapun segala kekurangan seperti kurangnya pemakaian font-font alQuran (arabic), saya minta maaf. Hal ini berhubung keterbatasan waktu dan fasilitas yang ada. Wallahu a'lamu bishshowab.


Kitab      : Ushul Tsalatsah (Mengenal Allah, Mengenal Rasul dan Dinul Islam)
Karya      : Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
Penerbit   : Waqaf As Salam Al Khairi, Riyadh, 1421 H


Ketahuilah , semoga Allah merahmati anda, sesungguhnya kita wajib mempelajari empat perkara, yaitu :

1.   Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.
2.   Beramal berdasarkan ilmu.
3.   Menda’wahkan ilmu tersebut dan mengajak orang untuk mengamalkannya.
4.   Bersabar terhadap gangguan dalam menuntut ilmu, beramal dan berda’wah.

Dalil pernyataan di atas adalah firman Allah ta’ala :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal kebajikan, saling nasihat dan menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3)

Imam Syafi’i (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i Al Hasyimi al Quroisy. Beliau lahir di Ghaza tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H) rahimahullah ta’ala berkata : Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah kepada hamba-Nya kecuali surat ini, niscaya surat ini sudah cukup bagi mereka.(Maksudnya adalah surat ini sudah cukup untuk mendorong orang agar komitmen dengan Islam yaitu dengan beriman, beramal shalih, berdakwah dan bersabar dalam melakukan itu semua. Lihat Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Al Utsaimin hlm.24)

Imam Bukhori (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al Bukhori. Beliau dilahirkan di kota Bukhara pada tahun 194 H rahimahullah ta’ala (dalam kitab shohihnya,-pent) membuat bab tersendiri dengan judul “Wajib Berilmu Sebelum Berucap dan Berbuat.” Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :

 “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan memintalah ampun atas dosamu.”(QS. Muhammad : 19)

Beliau memulai dengan berilmu lebih dahulu sebelum berucap dan melakukan perbuatan.

Ketahuilah,-semoga Allah merahmatimu- sesungguhnya setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajari tiga perkara berikut dan beramal berdasarkan ketiga hal tersebut.

1.   Sesungguhnya Allah telah menciptakan  dan memberi rezeki kepada kita. Dia tidak membiarkan kita begitu saja, akan tetapi Dia mengutus seorang rasul untuk kita. Barang siapa menaati rasul tersebut maka dia akan masuk surga. Barangsiapa yang menentangnya, maka dia akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian (orang-orang Makkah) yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami juga telah mengutus rasul kepada Fir’aun. Fir’aun menentang rasul tersebut, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”(QS. Muzammil : 15-16)

2.   Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan dengan sesuatu selain-Nya ketika seseorang beribadah kepada-Nya, meskipun yang dipersekutukan dengan-Nya tersebut adalah malaikat yang dekat dengan Allah maupun rasul yang diutus-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :

“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah keputusan Allah, maka janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin:18)

3.   Sesungguhnya orang yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah tidak memiliki loyalitas kepada orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun orang-orang itu adalah kerabatnya yang paling dekat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Engkau tidak akan mendapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun mereka itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara atau keluarga mereka sendiri. Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan memperkuat mereka dengan ruh yang berasal dari-Nya. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya ada sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha dengan mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Mereka itu adalah golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.”(QS. Al Mujadalah:22)

   Ketahuilah,-semoga Allah memberi keteguhan kepadamu untuk melakukan ketaatan- sesungguhnya hanifiyah, agama Nabi Ibrahim, adalah agama yang menyeru manusia agar beribahadah kepada Allah semata. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan Allah menciptakan mereka untuk tujuan tersebut.

Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:

   “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz Dzariyat: 56)

   Makna beribadah kepada-Ku dalam ayat di atas adalah mentauhidkan-Ku. Perintah Allah yang paling agung adalah perintah untuk bertauhid. Bertauhid adalah menyerahkan peribadahan hanya kepada Allah. Larangan Allah yang paling berbahaya adalah larangan melakukan perbuatan syirik. Syirik adalah beribadah kepada selain Allah di samping (beribadah) kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”(QS. An Nisa’: 36)


Tiga Landasan Utama

Kalau engaku ditanya , “Sebutkanlah tiga landasan yang wajib diketahui oleh orang?” jawablah, “Mengenal Rabb, agama, dan Nabi-Nya yaitu Muhammad saw.”


Landasan Pertama

Mengenal Rabb

Kalau engkau ditanya, “Siapakah Rabb kamu?” Jawablah,”Rabbku adalah Allah yang telah menciptakanku dan seluruh ala mini dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia adalah sesembahanku. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk kusembah selain Dia. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Segala puji bagi Allah Rabb segenap alam.”(QS. Al Fatihah:2)

Kalau engkau ditanya,”Dengan apakah engkau bias mengetahui Rabbmu?” Jawablah,”Dengan tanda-tanda kekuasaan (ayat-ayat)-Nya adalah adanya malam, siang, matahari dan bulan. Di antara makhluk-makhluk-Nya adalah tujuh langit, tujuh bumi, segala yang berada di dalamnya dan segala yang berada di antaranya. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:
“Sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah adanya malam,siang,matahari dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan bulan. Bersujudlah kepada Allah yang telah menciptakannya kalau kalian (benar-benar) hanya menyembah keada-Nya.” (QS.Fushilat:37)

Allah ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam tempo enam masa. Dia lantas bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Allah juga menciptakan) matahari, bulan dan bintang. Masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah itu hanya hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raf: 54)

Rabb adalah Dzat yang berhak untuk disembah. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:

“Wahai manusia, sembahlah rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Allah telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap bagi kalian. Dia menurunkan hujan dari langit. Dan dengan hujan itu, Allah mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Janganlah kalian menjadikan tandingan untuk Allah padahal kalian mengtahuinya.”(QS. Al Baqoroh: 21-22)

Ibnu Katsir (Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar Al Quraisyi AD Dimasqi Al Hafizh. Beliau adalah salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau wafat pada tahun 774 H) rahimahullah mengatakan, “Pencipta segala yang ada ini adalah Dzat yang berhak untuk diibadahi.”

Macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara lain: Islam, iman, ihsan, do’a:

Do’a ada dua macam: do’a permintaan dan do’a ibadah.
Doa permintaan adalah doa yang dipanjatkan seseorang agar terpenuhi hajat kebutuhannya.
Do’a ibadah adalah doa yang dipanjatkan seseorang untuk mencari pahala di sisi Allah dan agar selamat dari siksa-Nya,

khauf(Reaksi yang muncul akibat ras khawatir akan terjadinya sesuatu yang membahayakan),
raja’(Keinginan seseorang terhadap  sesutau yang mungkin diperoleh dalam waktu dekat atau jauh akan tetapi diposisikan sebagai sesuatu yang bias diperoleh dalam waktu dekat),
tawakal(Menyandarkan hati kepada Allah dalam mencari kemanfaatan dan menolak marabahaya dengan tetap mencari sebab-sebabnya yang dibenarkan oleh syariat),
raghbah(Berkeinginan untuk memperoleh sesuatu yang disenangi),
rahbah(Rasa takut yang mengakibatkan lari dari sesuatu yang ditakuti),
khusyuk(Merasa dan hina dengan keagungan Allah),
khasyyah(Rasa takut yang dilandasi dengan pengetahuan terhadap keagungan dan kebesaran sesuatu yang ditakuti), inabah(Kembali kepada Allah dengan dilandasi dengan melakukan ketaatan dan tidak berbuat kedurhakaan kepada-Nya), isti’anah(Meminta pertolongan),
isti’adzah(Meminta perlindungan sebelum ditimpa musibah),
itighosah(meminta perlindungan sesudah ditimpa musibah),
menyembelih hewan kurban,
nadzar dan amal ibadah lainnya yang diperintahkan Allah ta’la.

Semua ibadah itu adalah hak Allah.

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Oleh karena itu, janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin: 18)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah itu walaupun sedikit saja kepada selain Allah maka dia adalah orang musyrik dan kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Barangsiapa yang menyembah sesembahan lain di samping (menyembah) Allah padahal tidak ada keterangan tentang sesembahan itu maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al Mukminun: 117)

Dalam sebuah hadits dikatakan:

“Do’a adalah inti sari ibadah.”(Hadits ini adalah lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi. Lihat footnote hadits ini dalam kitab Taisir Wushul ila Nailil Ma’mul bi Syarh Tsalatsatil Ushul buah karya Nu’man bin Abdil Karim Al Watr)

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

“Rabb kalian berkata,’Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kukabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Ku akan masuk jahanam dalam keadaan terhina.’”(QS. Ghafir: 60)

Dalil tentang khauf adalah firman Allah ta’ala:

“Janganlah kalian takut kepada mereka, takutlah kepada-Ku kalau kalian (benar-benar) beriman.” (QS. Ali Imran: 175)       

Dalil tentang raja’ adalah firman Allah ta’ala:

“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya, hendaknya bermal shalih dan tidak menyekutukan Allah dengan seorang pun.” (QS. Al Kahfi: 110)

Dalil tentang tawakal adalah firman Allah ta’ala:

“Dan bertawakallah kepada Allah jika kalian (benar-benar) beriman.”(QS.Al Maidah: 23)

Allah berfirman:

“Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka dia akan mencukupi (keperluannya).”(QS. Ath Thalaq: 3)

Dalil tentang raghbah, rahbah dan khusyuk adalah firman Allah ta’ala:

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera untuk melakukan kebaikan dan menyembah Kami dengan dilandasi rasa harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al Anbiya: 90)

Dalil tentang khasyyah adalah firman Allah ta’ala:

“Janganlah kalian takut kepada mereka akan tetapi takutlah kepada-Ku.”(QS. Al Baqarah: 150)

Dalil tentang inabah adalah firman Allah ta’ala:

“Dan kembalilah kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.”(QS. Az Zumar: 54)

Dalil tentang isti’anah adalah firman Allah ta’ala:

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”(QS. Al Fatihah: 5)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

“Jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”(HR. Ahmad & Tirmidzi)

Dalil tentang isti’adzah adalah firman Allah ta’ala:

“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai shubuh.”(QS. Al Falaq: 1)

Allah berfirman:

“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb manusia.’”(QS. An Naas: 1)

Dalil tentang istighatsah adalah firman Allah ta’ala:

“Jika kalian memohon bantuan kepada Rabb kalian niscaya Dia akan menabulkannya.” (QS. Al Anfaal: 9)

Dalil tentang menyembelih kurban adalah firman Allah ta’ala;

“Katakanlah,’Sesungguhnya shalatku, hewan sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Rabb segenap alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.’”(QS. Al An’am: 162-163)

Dalil dari hadits Nabi adalah:

“Allah melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Allah.”(HR. Muslim)

Dalil tentang nadzar adalah firman Allah ta’ala:

“Mereka memenuhi nadzar-nadzar mereka dan takut dengan suatu hari yang siksanya merata ke mana-mana.”(QS. Al Insan:7)


Landasan Kedua

Mengenal Agama Islam dengan Dalil-dalilnya

Islam artinya adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menjalankan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun-rukun.

Tingkatan Pertama : Islam

   Rukun Islam ada lima, yaitu: bersyahadat laa ilaha illallah muhammad rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah.

   Dalil syahadat adalah firman Allah ta’ala:

   “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dia, Yang menegakkan keadilan . Para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu (juga mengatakan yang demikian itu). Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Yang maha Perkas lagi Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18)

   Makna kalimat laa ilaha illallah adalah tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah. Kalimat laa ilaha artinya meniadakan seluruh sesembahan selain Allah.  Kalimat illallah artinya menetapkan peribadatan hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya sebagaimana juga tidak ada sekutu bagi Allah dalam kekuasaan-Nya.

   Tafsir kalimat laa ilaha illallah diperjelasa dengan firman Allah ta’ala:

   “Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,’Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah.(Aku hanya menyembah) Dzat yang telah menciptakanku. Sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepada-Ku. Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya. Mudah-mudahan mereka kembali kepada kalimat tauhid tersebut.’”(QS.Az Zukhruf: 26-28)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Katakanlah, hai ahli kitab, kemarilah kepada kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu: Janganlah kita menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah. Kalau mereka berpaling, maka katakanlah: Persaksikanlah bahwa kami adalah orang yang berserah diri.”(QS. Al Imran: 64)

   Dalil tentang syahadat muhammad rasulullah adalah firman Allah ta’ala:

   “Sungguh telah dating seorang rasul kepada kalian dari kaum kalian sendiri. Dia merasakan berat penderitaan kalian, sangat menginginkan kalian (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(QS. At Taubah: 128)

   Makna syahadat muhammad rasulullah adalah menaati perintahnya, membenarkan kabar yang dibawanya, menjauhi segala yang dilarng dan dicegahnya dan tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan tuntunan beliau.

   Dalil tentang shalat, zakat dan tfsir tauhid adalah firman Allah:

   “Tidaklah mereka diperintahkan kepada Allah dengan menyerahkan ibadah hanya kepada-Nya dengan lurus, menegakkan shalat dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

Dalil tentang puasa adalah firman Allah ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk mengerjakan shoum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

   Dalil tentang haji adalah firman Allah ta’ala:

   “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)

Tingkatan kedua: Iman

   Iman memiliki tujuh puluhan cabang. Cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan laa ilaha illallah. Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah salah satu cabang dalam iman.
   Rukun iman ada enam: beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk.

   Dalil tentang keenam rukun di atas adalah firman Allah ta’ala:

   “Bukanlah menghadapkan wajah kalian kea rah timur dan barat itu suatu kebaikan, akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)

   Dalil tentang beriman kepada akdir yang baik dan buruk adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al Qamar: 49)

Tingkatan ketiga: Ihsan

   Ihsan merupakan rukun tersendiri. Makna ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau  melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. An Nahl:128)

   Allah ta’ala berfirman:

   “(Allah) yang melihat kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.”(QS. Asy Syu’ara: 217-219)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Kalian tidak berada dalam suatu keadaan , tidak membaca suatu ayat dari Al Qur-an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya.” (QS. Yunus: 61)

   Dalil  dari hadits Nabi adalah hadits Jibril yang terkenal. Hadits itu diriwayatkan dari Umar bin Khotthob radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:

Pada suatu hari, tatkala kami duduk bersama Rasulullah saw datanglah seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan memiliki rambut yang sangat hitam. Bekas  perjalanan jauh tidak tampak pada orang tersebut, namun tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia lantas duduk di depan Nabi saw dan menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.

Lelaki itu mengatakan,”Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.” Rasulullah saw menjawab,”Islam itu adalah bersaksi Laa ilaha illallah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika mampu menempuh perjalanan ke sana.” Lelaki itu mengatakan,”Engkau benar.”

Kami terheran-heran dengan lelaki itu; dia bertanya namun dia juga yang membenarkan jawabannya. Lelaki itu kemudian berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah menjawab,”Beriman kepda Allah, malaikat, kitb-kitab, para rasul, hari akhir dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” Lelaki itu berkata,”Engkau benar.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan.” Nabi menjawab,”Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesunguhnya Allah meilhatmu.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat.” Nabi menjawab,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Lelaki itu bertanya lagi,”Kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tanda hari kiamat.” Nabi menjawab,”Bila seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang dan miskin yang menggembalakan kambing saling berlomba meninggikan bangunan.”

Umar radliyallahu 'anhu berkata,”Lelaki itu kemudian pergi dan aku pun diam sejenak. Nabi lantas berkata kepadaku,’Wahai Umar apakah engkau tahu siapa orang yang bertanya tadi?’Aku menjawab,’Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’Nabi berkata,’Lelaki itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.’”(HR. Muslim)
 
Landasan Ketiga

Mengenal Nabi Kalian, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Mutholib bin Hasyim dari suku Quraisy. Suku Quraisy itu berasal dari bangsa Arab dan bangsa Arab itu berasal dari keturunan Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as, kekasih Allah. Semoga sholawat dan salam yang paling mulia dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim as dan juga kepada Nabi kita. Beliau berumur 63 tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi dan 23 tahun setelah menjadi nabi dengan turunnya surat Al Muddatsir. Negeri tempat beliau tinggal adalah Makkah, setelah itu beliau hijrah ke Madinah.

   Allah mengutus beliau untuk membasmi kesyirikan dan mengajak (orang) untuk bertauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Agungkanlah Rabbmu dan bersikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala dan jangan kamu memberi dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Bersabarlah untuk (memenuhi perintah) Rabbmu.” (QS. Al Muddatsir: 1-7)

   Makna qum fa andzir adalah memberi peringatan terhadap bahaya syirik dan berdakwah kepada tauhid. Makna wa robbaka fakabbir adalah agungkanlah Allah dengan bertauhid. Makna wa tsiyaa baka fathohhir adalah bersihkanlah amal perbuatanmu dari syirik. Makna war rujza fahjur adalah meninggalkan berhala dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.

   Beliau memulai dakwah dengan dakwah tauhid itu selama sepuluh tahun. Setelah itu, beliau dimi’rajkan ke langit. Beliau diberi kewajiban untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu. Beliau mengerjakan shalat di Makkah selama tiga tahun. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.

    Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah hukumnya wajib bagi umat ini, yaitu dengan berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Kewajiban hijrah selalu ada sampai hari kiamat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya (kepada mereka): ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ mereka menjawab:’Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian bisa berhijrah di bumi itu?’ Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki, wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).’ (QS. An Nisa’: 97-98)

   Allah ta’ala berfirman:

   “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas. Oleh karena itu, sembahlah Aku saja.”(QS. Al Ankabut: 56)

   Al Baghowi rahimahullah mengatakan,” Sebab turunnya ayat di atas adalah karena adanya orang-orang Islam yang berada di Makkah yang belum berangkat hijrah. Allah lantas menyeru mereka dengan nama orang-orang beriman. Dalil hijrah dari hadits Nabi adalah:

   “Hijrah itu tidak akan terputus sampai pintu taubat tertutup. Pintu taubat tidaklah tertutup sampai matahari terbit dari barat.”(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ad Darimi)

Setelah beliau tinggal di Madinah, Allah memerintahkan (kepadanya untuk menjalankan syariat Islam yang lainnya, seperti shoum, haji, jihad, amar makruf nahi mungkar dan syariat Islam yang lainnya. Beliau menyempurnakan sisa syariat itu selama sepuluh tahun. Setelah itu , beliau meninggal dunia. Semoga shalawat serta salam Allah limpahkan kepada beliau.

   Agama beliau kekal. Dalam urusan agama, tidak ada satu kebaikan pun yang tidak beliau terangkan kepada umatnya, dan tidak ada satu kejelekan pun yang tidak diperingatkannya. Kebaikan yang beliau perintahkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Kejelekan yang beliau peringatkan adalah syirik dan segala sesuatu yang dibenci dan tidak disukai Allah. Allah mengutus beliau untuk semua manusia. Allah mewajibkan jin dan manusia untuk taat kepada beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Katakanlah,”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semua.” (QS. Al A’Raf:158)

   Allah telah menyempurnakan segala agama-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian, Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al Maidah: 3)

   Dalil bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga akan wafat adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya engkau akan mati dan mereka pun juga akan mati.” (QS. Az Zumar: 30)

   Setiap orang yang meninggal akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya pula Kami akan mengembalikan kalian serta dari bumi itu pula Kami akan mengeluarkan kalian pada hari yang lain.” (QS. Thaha: 55)

   Allah ta’ala berfirman:

   “ Allah telah menumbuhkan tanaman untuk kalian, kemudian Dia akan benar-benar mengembalikan kalian.” (QS. Nuh: 17-18)

Setelah dibangkitkan (dari kubur), manusia akan dihisab dan dibalas sesuai amal perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Agar Dia membalas orang-orang yang berbuat kejelekan sesuai dengan amal perbuatannya dan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dengan balasan yang lebih baik (surga).” (QS. An Najm: 31)
  
   Barang siapa yang mengingkari adanya hari kebangkitan maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka tidak akan pernah dibangkitkan. Katakanlah,”Tidak demikian, demi Rabbku, engkau benar-benar akan dibangkitkan dan kemudian engkau akan diberitahu amal perbuatanmu. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(QS. At Taghobun: 7)

   Allah mengutus seluruh rasul untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Mereka Kami utus sebagai rasul yang menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan agar tidak ada alasan  bagi manusia untuk membantah Allah setelah kedatangan rasul.”(QS. An Nisa’: 165)

   Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as, sedangkan rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dalil bahwa rasul yang pertama adalah Nabi Nuh alaihissalam adalah firman Allah ta’ala:

   “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya.”(QS. An Nisa’: 163)

   Allah mengutus pada setiap umat seorang rasul yaitu dari nabi Nuh alaihi salam sampai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Rasul tersebut  memerintahkan umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah dan melarang mereka beribadah  kepada thaghut. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Sungguh, kami telah mengutus seorang rasul  pada setiap umat (agar menyerukan),’Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’”(QS. An Nahl: 36)

   Allah mewajibkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya untuk mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,”Thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang disembah, diikuti dan ditaati oleh seseorang sampai melampaui batas.”

   Thaghut beraneka macam, akan tetapi pembesarnya ada lima macam, yaitu: iblis, orang yang disembah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut, orang yang menyeru orang lain agar menyembah dirinya, orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara yang ghaib dan orang yang berhukum dengan selain hukum Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

   “Tidak ada paksaan (untuk memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya jalan yang lurus telah jelas dan jalan yang sesat juga telah jelas. Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut dia beriman kepada Allah maka dia telah berpegang teguh dengan tali yang kuat.” (QS. Al Baqarah: 256)

   Ini semua adalah makna laa ilaha illallah

   Dalam hadits dinyatakan:
   “ Inti dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.”

   Hanya Allah yang mengetahui. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabat beliau.

by ust. Ibnu Arifin al Bakasiy

semoga bermanfaat

source

Blog Archive