Follow us on:

hukum asal ibadah adalah haram

bismillaah,

taukah kamu kalau --> الأصل في العبادات التحريم
 

Al aslu fil ibaadari at tahrim ( hukum asal ibadah adalah haram )

وليس مشروعا من الأمور غيرُ الذي في شرعنا مذكور

Walaisal masru’an minal umuri ghoirul ladhi fi syar’inaa madhkurun
(Dan semua perkara agama yang tidak ada dalam syari’at kita maka itu bukanlah syari’at islam)

sebagaian ulama mengungkapan kaidah ini dengan redaksi yang berbeda diantaranya:

الاصل في العبادات الحظرالا بنص
 

Al aslu fil ibaadaati al khatri illa binassin (hukum asal dalam semua ibadah adalah haram kecuali ada nash yang mensyariatkannya)

Jadi --> silakan melakukan hal yang haram, dan sudah jelas hukum bagi orang yang mengerjakan yang HARAM, neraka tempatnya. (Dalil dan hujjah telah disampaikan, selanjutnya terserah bagi siapapun untuk berkecimpung dengan dosa²nya.., toh bukan ana yang menanggung dosa kamu..) ..:)

Hukum asal dalam semua ibadah adalah dilarang.

 
هذا فيه قاعدة: الأصل في العبادات التحريم. فلا يجوز للإنسان أن يتعبد لله – عز وجل – بعبادة، إلا إذا ورد دليل من الشارع بكون تلك العبادة مشروعة. ولا يجوز لنا أن نخترع عبادات جديدة، ونتعبد الله – عز وجل – بها، سواءً عبادة جديدة في أصلها، ليست مشروعة، أو نبتدع صفة في العبادة ليست واردة في الشرع، أو نخصص العبادة بزمان أو مكان .

Dalam mandhumah diatas terdapat kaidah: hukum asal dalam peribadatan adalah haram, maka tidak boleh bagi siapaun untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa dengan suatu ibadah kecuali ada dalil dari Al-Qur’an dan as sunnah yang mensyariatkan ibadah tersebut, dan tidak boleh bagi kita untuk membuat suatu bentuk ibadah-ibadah yang baru dan kita beribadah kepada Allah dengannya, baik dalam bentuk ibadah yang baru yang kita ada-adakan dan tidak ada syari’atnya, atau menambah bentuk ibadah yang ada dengan sifat dan tata cara yang tidak ada contohnya dalam syari’at, atau kita mengkhusukan suatu ibadah pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang tidak ada dalilnya dari al qur’an dan As-Sunnah.

Dalil dari al qur’an:

 
{ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ } (آل عمران : 31)
 

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ( QS Al-Imran : 31) dalam ayat ini di perintahkan bagi kita untuk mengikuti ( itiba’) Rasulullah
.
وقوله -جل وعلا-: { وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } (الأعراف : 158.)
 

“Dan ikutilah Dia ( muhammad ) supaya kamu mendapat petunjuk”.( QS Al-A’raf : 158 )
 
وقوله سبحانه: { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } (الأحزاب آية : 21)

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” ( QS al ahzab:21 )

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا


“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS Al-Hasyr : 7).

وقوله – عز وجل – { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } (الشورى آية : 21)

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Qs As-Syura’ : 21 )

فالتشريع حق خاص بالله – عز وجل

 

Maka membuat syari’at dalam agama merupakan hak khusus bagi Allah semata,

Dalil dari sunnah

من السنة حديث عائشة الصحيح: ” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه، فهو رد ( متفق عليه )
 

Di riwayatkan oleh Aisyah Radiallahu’anha: Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan dalam perkara agama kami yang tidak ada perintahnya maka perkara tersebut tertolak.” (HR Bukhari dalam kitab: As-Shulhu, hadist no : 2697 dan Muslim dalam kitab Aqdhiyyah hadist no : 1718)

” وفي رواية: ” من عمل عملا ليس عليه أمرنا، فهو رد

Dalam riwayat lain dikatakan : “Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami (Allah dan Rasul-Nya) maka amalan tersebut tertolak.”

وفي حديث العرباض أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: ” وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة ” كما في النسائي .
 

Dan dalam hadist yang di riwayatkan oleh Irbadh bin Syari’ah, bahwasanya Rasulullah bersabda: “ dan berhati-hatilah kalian dari perkara –perkara yang baru dalam agama,karena sesunggunya semua perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat ( lihat Sunan Nasa’i ) .

إذا تقرر ذلك، فإن هذه القاعدة قاعدة عظيمة، تحصل بها حماية الشريعة من التحريف والتبديل. فإنه لو قيل بجواز اختراع عبادات جديدة، لكان ذلك وسيلة إلى تبديل الشريعة، ووسيلة إلى وصف الشريعة بكونها ناقصة، وأننا نأتي نكملها ونزيد فيها، ووسيلة إلى الطعن في كون النبي – صلى الله عليه وسلم – خاتما للأنبياء والرسل.

QALBUN MAYYIT (hati yang mati)

“Yaitu hati yang sama sekali tidak ada kehidupan padanya. Hati ini tidak mengenal Rabbnya, tidak beribadah kepadaNya dengan melaksanakan perintah dan segala yang dicintai dan diridhai olehNya. Akan tetapi bersikap sesuai dengan hawa nafsu dan kesenangannya belaka, meskipun hal itu menyebabkan kemarahan dan kemurkaan Rabbnya. 


Jika dia telah meraih syahwat dan bagiannya, dia tidak peduli apakah diridhai atau dimurkai Rabbnya. Maka dia menghambakan diri kepada selain Allah, dengan rasa cinta, takut, harap, ridha, murka, pengagungan dan perendahan diri. 

Jika mencintai, maka mencintai karena hawa nafsunya. Jika membenci, membenci karena hawa nafsunya. Jika memberi, memberi karena hawa nafsunya. 

Jika mencegah pemberian, mencegah karena hawa nafsunya. Hawa nafsunya lebih dia utamakan dan dia cintai daripada keridhaan Maula-nya (Allah). 

Hawa nafsu adalah imamnya, syahwat adalah panglimanya, kebodohan adalah pengendalinya dan kelalaian adalah kendaraannya Hati ini penuh dengan pikiran untuk meraih tujuan-tujuan duniawi. Tertutup oleh hawa nafsu yang memabukkan dan kecintaan terhadap dunia. 

Mereka diseru kepada Allah dan hari akhirat dari tempat yang jauh. Tidak menyambut orang yang memberi nasihat, namun mengikuti setiap setan yang durhaka. Dunia lah yang menjadikan dia marah dan ridha, sedangkan hawa nafsu membuat dia tuli dan buta dari kebenaran.

Orang yang memiliki hati semacam ini, telah disebutkan oleh Allah sebagai makhluk yang lebih buruk dari binatang ternak.  

Allah berfirman, yang artinya :

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak mereka gunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mereka gunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf: 179)


13 Mawaridul Aman, hlm. 36

Blog Archive