Follow us on:

Der Pulsschlag der europäischen islamischen Generation

bismillaah,

by Al-Akhi Armen Ringgo Sukiro -Hafizhahullah-


Bismillāh..

Frage :


Was ist das Urteil über Muslime, welche Feiertage der Nicht-Muslime feiern, die Allāh nicht genehmigte, wie z.B. Muttertag, Sham al-Nasim (koptisches Osterfest) und Weihnachten?

Antwort:
All diese Tage sind erfundene Feiertage, in denen es einem Muslim nicht erlaubt ist, teilzunehmen oder mitzufeiern!

Im Islam gib es nur zwei ‘Id (Feste):
1) ‘Id-ul-Fitr (Fest des Fastenbrechens)
2) ‘Id-ul-Adha (Opferfest)

So sollte ein Muslim, den Allāh zur Wahrheit geleitet hat, jene welche solch erfundene Feste feiern beraten und sanft belehren. Wenn er diese Tat aufgibt, so wird es gut sein; andernfalls wird er als jemand angesehen, der ständig Bid’ah (Erneuerung) begeht und aufgrund dieser Tat sündigt.

Al-Ladschna ad-Da'ima li-l-Buhuth al-ʿIlmiyya wa-l-Ifta' (Das Ständige Komitee für wissenschaftliche Forschung und Rechtsfragen), Fatwa Nr. 16419

[Quelle (in Englisch): http://alifta.net/Search/ResultDetails.aspx?lang=en&view=result&fatwaNum=true&FatwaNumID=16419&ID=10774&searchScope=7&SearchScopeLevels1&SearchScopeLevels2&highLight=1&SearchType=EXACT&SearchMoesar=false&bookID&LeftVal=0&RightVal=0&simple&SearchCriteria=AnyWord&PagePath&siteSection=1&searchkeyword#firstKeyWordFound]

-------

Silvester ist ein Fest, das offensichtlich mit dem Todestag des katholischen Papstes Silvester zu tun hat.

[Quelle: http://de.wikipedia.org/wiki/Silvester]

Für Muslime hat Silvester keine Bedeutung. Das islamische Kalenderjahr richtet sich nicht nach dem gregorianischen Kalender, sondern nach dem Mond. Es stimmt nicht mit dem Sonnenjahr überein, sondern es verschiebt sich jedes Jahr um 11 Tage nach hinten. Das islamische Mondjahr endet im Monat Dhul-Hidscha. Das neue Jahr beginnt am 1. Muharram. Das Feiern dieses Tages als Neujahrstag entspricht nicht der Sunna, da es dafür keine Belege im Qurān oder der Sunna des Propheten (Allāhs Segen und Friede auf ihm) gibt.

Man sollte auch nicht anderen Muslimen ein "Schönes neues Jahr" wünschen; wird man aber zuerst angesprochen, darf man darauf antworten.

[Sehen Sie (in Englisch): http://www.islam-qa.com/en/ref/21290/new%20year]

-------

Aus der Sunna des Propheten (Allāhs Segen und Friede auf ihm) geht klar hervor, dass es für die Muslime nur zwei Feste im Jahr gibt: Das Opferfest und das Fastenbrechenfest. Alle Feste, die darüber hinausgehen, stellen eine Neuerung in der Religion dar und sind abzulehnen. Dies gilt sowohl für angebliche islamische Feste wie den „Geburtstag des Propheten“ als auch für christliche oder jüdische Feste. Es ist daher weder erlaubt, an Silvesterfeiern teilzunehmen noch dazu zu gratulieren.

Im Übrigen ist Silvester eine Geldverschwendung, da an einem einzigen Tag Tausende von Euro für Feuerwerkskörper ausgegeben werden.

Allāh (Gepriesen sei Er, der Erhabene) sagte im Qurān:

إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٲنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ‌ۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورً۬ا


„Denn die Verschwender sind Brüder der Satane, und Satan war undankbar gegen seinen Herrn.“
[Der heilige Qurān, Sūrah al-Isrā, Vers 27]

Wallāhu A`lā wa A`lam.

=======

Purbalingga, Indonesien -- 31. Dezember 2012


BAGIAN SATU

Bismillāh..

Tanya :

Bagaimanakah hukumnya kaum muslimin yang mana mereka merayakan hari-hari raya non-Muslim yang Allāh melarang kita daripadanya, seperti Hari Ibu, Syam an-Nasīm (ini adalah nama suatu hari libur nasional di Mesir, yang merujuk kepada hari raya Paskah yang dirayakan oleh kaum Nasrani Ortodoks Koptik di Mesir), dan hari Natal?

Jawab :

Seluruh hari raya tersebut adalah perayaan bid'ah yang tidak diizinkan bagi kaum muslimin untuk ikut serta di dalamnya maupun merayakannya. Dalam Islam hanya ada dua hari raya:
1) Idul Fithri (hari raya "berbuka puasa")
2) Idul Adh-ha (hari raya kurban)
Dengan demikian, seorang muslim yang telah Allāh tunjuki kebenaran hendaknya menasihati dan dengan lemah lembut mengajari mereka yang merayakan hari-hari raya ini. Jika dia meninggalkan perbuatan ini (yakni meninggalkan merayakan hari-hari raya non-Muslim tersebut), maka ini adalah kebaikan; tetapi jika tidak, dia akan dianggap sebagai seseorang yang bersikukuh melakukan bid'ah yang mana dia berdosa karena hal tersebut (karena bersikukuh merayakannya).

Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa: Fatwa nomor 16419

[Sumber (dalam bahasa Inggris):

http://alifta.net/Search/ResultDetails.aspx?lang=en&view=result&fatwaNum=true&FatwaNumID=16419&ID=10774&searchScope=7&SearchScopeLevels1&SearchScopeLevels2&highLight=1&SearchType=EXACT&SearchMoesar=false&bookID&LeftVal=0&RightVal=0&simple&SearchCriteria=AnyWord&PagePath&siteSection=1&searchkeyword#firstKeyWordFound]
------

BAGIAN DUA :

Malam-Tahun-Baru (istilah bahasa Jermannya: Silvester) adalah sebuah perayaan yang telah- jelas terkait dengan hari wafatnya Paus Katolik (bernama) Silvester. Malam-Tahun-Baru tidak memiliki makna apapun bagi kaum muslimin. Penanggalan Islam tidaklah didasarkan dari kalender Gregorian (kalender Masehi), tetapi didasarkan atas (pergerakan) bulan. Penanggalan Islam tidak terkait dengan tahun (pergerakan) matahari; penanggalan ini bergeser mundur sebelas hari. Penanggalan-bulan Islam berakhir di bulan Dzulhijjah. Tahun barunya berawal pada 1 Muharram.
Perayaan pada hari ini (yakni pada tanggal 1 Muharram) sebagai Tahun Baru juga bukan bagian dari sunnah, karena tidak terdapat dalil yang menerangkannya dari al-Quran ataupun sunnah Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wasallam).
Seseorang hendaknya tidak menngucapkan kepada muslim lainnya "Selamat Tahun Baru"; tetapi jika kita diberi ucapan yang demikian, kita boleh membalas ucapannya.

[Lihat (dalam bahasa Inggris): http://www.islam-qa.com/en/ref/21290/new%20year]


BAGIAN TIGA :

Berdasarkan sunnah Rasulullāh (Shallallāhu 'alaihi wasallam), telah jelas bahwa bagi kamu muslimin hanya terdapat dua hari raya dalam setahun: Idul Adh-ha dan Idul Fithri. Seluruh hari raya selain hari-hari raya ini melambangkan bid'ah dalam agama, dan harus ditolak. Hal ini termasuk juga hari-hari raya yang dianggap islami semacam "Maulid Nabi" sebagaimana pula hari-hari raya Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, tidak boleh hukumnya menghadiri perayaan Malam-Tahun-Baru maupun mengucapkan selamat atasnya.
Sayangnya lagi, perayaan Malam-Tahun-Baru merupakan ajang penghambur-hamburan harta, yang mana pada hari tersebut ribuan Euro (mata uang regional Eropa) dihabiskan untuk kembang api.
Allāh (Subhanahu wa Ta'ala) berfirman di dalam al- Qurān :

إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٲنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ‌ۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورً۬ا

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
[al-Qurān, Sūrah al-Isrā, ayat 27]

Wallāhu A'lā wa A'lam.

photo by Armen