Follow us on:

SYI’AH & BUDAYA SYIRIK


Oleh Ustadz Abu Minhal
Sudah menjadi salah satu ciri khas Ahli Bid’ah, mereka berbuat ghuluw (berlebihan) dalam keyakinan-keyakinan (aqidah) yang mereka anut. Begitu pula dengan golongan Syi’ah, mereka tidak lepas dari fakta ini. Di antaranya ialah, ’aqidah mereka yang berhubungan dengan muwalah (loyalitas) terhadap Ahlul Bait (kecintaan terhadap keluarga Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam).[1]

Contoh Cengkeraman Syirik pada Agama Syi’ah
Kaitannya dengan ’aqidah ini (dan ’aqidah-’aqidah mereka lainnya), mereka benar-benar melampaui batasan agama. Hingga memunculkan agama baru, yang sangat berbeda dengan risalah yang diemban Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Karena itu, Syaikh Muhibbuddin al-Khathib rahimahullah[2] menuturkan:

Sangat tidak mungkin menjalin kesepahaman dengan Syi’ah. Karena mereka telah berlawanan dengan seluruh kaum muslimin (Ahli Sunnah) dalam perkara-perkara ushul (prinsipil). Kaum syi’ah belum merasa tenang dengan kaum muslimin, kecuali bila kaum muslimin ikut serta melaknat al-jibt dan thaghut, yaitu Abu Bakr dan ’Umar serta orang (sunni) lainnya sampai sekarang, dan mengumandangkan bara’ah (penentangan) kepada siapa saja yang bukan penganut Syi’ah, walaupun ia termasuk keluarga Nabi…[3]

Sikap ekstrim yang terpatri dalam diri para tokoh dan ulama Syi’ah, telah membawa mereka pada sikap menuhankan sahabat Ali radhiallahu ’anhu. Sehingga untuk mengokohkan ’aqidah syirik ini, mereka pun tanpa malu mengusung sekian banyak riwayat dusta. Mereka mengklaim, bahwa unsur ketuhanan telah menyatu pada diri sahabat yang menjadi menantu Nabi ini.

Misalnya, sifat-sifat Rububiyah (sebagai pencipta, pemberi rizki, pengatur alam semesta dan seterusnya), Uluhiyyah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi) dan kepemilikan Asmaul-Husna dan Sifat ’Ulya, menurut tokoh-tokoh Syi’ah, sifat-sifat ini ada pada diri sahabat yang menjadi khalifah keempat ini. Sudah tentu, sahabat Ali radhiallahu ’anhu yang mulia berlepas diri dari semua anggapan itu. Mustahil, beliau menempatkan diri pada posisi tuhan yang disembah selain Allah.

Diriwayatkan (dalam riwayat yang dusta) bahwa ’Ali berkata: ”Seandainya Abul Hasan (beliau sendiri) bersumpah di hadapan Allah agar sudi menghidupkan orang-orang yang yang mati dari generasi dahulu dan akhir zaman, niscaya akan dihidupkan.” Lebih fatal lagi, orang-orang Syi’ah meyakini bahwa tanah kuburan Ali memiliki andil dalam turunnya rizki, kesembuhan dan pemberian Allah.[4]

Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini, salah seorang ulama terdahulu dari kalangan Syi’ah –semoga mendapat balasan yang sepantasnya dari Allah-, di dalam karangannya Ushul Kafi, ia membuat suatu bahasan, Bab bahwa bumi semuanya milik Imam. Kata Abu ’Abdillah, ”Sesungguhnya dunia dan akhirat milik Imam. Dia meletakkannya di mana pun yang ia kehendaki dan menyerahkannya kepada yang ia kehendaki.”

Dia juga meriwayatkan dari Imam Muhammad al-Baqir: ”Kami adalah wajah Allah. Kami adalah mata Allah. Kami adalah wajah Allah. Dan kami adalah mata Allah di tengah makhluk-Nya.”

Tidak tanggung-tanggung, pengetahuan ilmu ghaib pun dinisbatkan kepada Ja’far ash-Shadiq. Menurutnya, Ja’far ash-Shadiq telah berkata: ”Sesungguhnya aku mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Dan aku mengetahui siapa saja yang di surga dan neraka, dan aku mengetahui kejadian yang telah berlalu dan yang akan datang.”

Lebih jauh, al-Kulaini mengetengahkan beberapa pembahasan dalam Ushul Kafi mengenai ”kehebatan” para imam Syi’ah yang mampu meliputi segala sesuatu. Misalnya dia membahas, bab bahwa para imam mengetahui seluruh ilmu yang ada pada para malaikat, para nabi dan rasul, bab para imam mengetahui kapan akan meninggal dan tidaklah mereka wafat kecuali karena keinginan sendiri, bab para imam mengetahui peristiwa yang sudah berlalu, akan terjadi, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi pada pendangan mereka, bab para imam mempunyai seluruh kitab-kitab (dari Allah), mengetahui dalam berbagai bahasa.

Syi’ah juga mengatakan, bahwa wewenang untuk menghalakan dan mengharamkan juga termasuk hak istimewa para imam Syi’ah. Anggapan seperti itu tentu saja dusta, karena menghalalkan dan mengharamkan ini bagian dari hak khusus bagi Allah Ta’ala.

Al-Kulaini mengungkapkan bualannya: ”Mereka (para imam) boleh menghalalkan apa yang mereka kehendaki dan mengharamkan apa yang mereka inginkan. Tidaklah mereka berkehendak, kecuali pasti dikehendaki oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.”

Perkataan mereka lainnya yang mengandung syirik, misalnya –menurut mereka- Ali berkata: ”… Akulah al-Awwal, Akulah al-Akhir, Akulah azh-Zhahir, Akulah al-Batin, dan Akulah pemilik bumi.” (Lihat Rijal Kissyi, hal. 137)

Ketika pelanggaran-pelanggaran yang sangat parah sudah merebak, maka tidak mengherankan bila mereka juga terbiasa bersumpah dengan nama Ali. Sebagai misal, kebanyakan ungkapan sumpah mereka berbunyi: ”Wa haqqi wilayati Ali (demi hak kepemimpinan Ali).” Begitu pula penamaan anak-anak mereka dengan nama Abdul-Husain dan Abdul-Hasan pun sudah biasa.

INI LEBIH PARAH LAGI!

Dalam kitab al-Anwarun-Nu’maniyyah, tertulis ungkapan kufur yang dahsyat. Penulis mengatakan: ”Ringkasnya, kami tidak bersatu dengan mereka (Ahli Sunnah) pada satu ilah, nabi dan imam. Sebab, mereka mengatakan bahwa Rabb mereka adalah yang Muhammad adalah Nabi-Nya, dan Abu Bakr sebagai penerus sepeninggalnya. Sedangkan kami (kaum Syi’ah) tidak mengakui Rabb ini, tidak juga kepada Nabi ini. Justru kami mengatakan, sesungguhnya Rabb yang penerus Nabi-Nya adalah Abu Bakr bukan Rabb kami, dan Nabi itu bukanlah nabi kami…”

Jadi, kecintaan buta dan dusta terhadap oarang-orang yang mereka daulat sebagai imam-imam, justru menjerumuskan mereka hingga menamakan sifat-sifat pada diri Ali radhiallahu ’anhu dengan sifat-sifat yang tidak ada yang berhak selain Allah, penguasa alam semesta.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyimpulkan kebiasaan Syi’ah dengan penjelasannya:

Maka, mereka (orang-orang Syi’ah) menjadikan imam-imam mereka sebagai tuhan-tuhan tandingan selain Allah. Mereka ber-istighatsah (memohon pertolongan dalam kesulitan) kepada imam-imam mereka, saat para imam tidak bersama mereka dan setelah kematian mereka, serta di sisi kubur mereka. Mereka (orang-orang Syi’ah) terseret kepada perkara-perkara yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) berupa ibadah-ibadah yang mengandung kesyirikan, yang meniru-niru kaum Nashara.[5]

Hal ini semakin menguatkan pandangan, bahwa Syi’ah merupakan bentuk agama baru yang tidak ada hubungannya dengan Islam sedikitpun. Kitab Ushul Kafi, Anwar Nu’maniyah dan kitab-kitab lainnya yang menjadi rujukan utama Syi’ah, sarat dipenuhi kesyirikan dan kultus individu.

Ulasan ini hanyalah sedikit nukilan, yang diharapkan cukup untuk menyibak tabir kelam ’aqidah agama Syi’ah yang sekarang semakin bergerak agresif di tanah air. Masih banyak ’aqidah mereka yang sangat membuat bulu kuduk bergidik, kecuali bila mereka menganggap keyakinan tersebut sebagai tauhid murni. Apa boleh buat. Justru semakin menguatkan, bila tuhan mereka lain daripada yang lain.[6]

AL QUR’AN MENEPIS PENYIMPANGAN ’AQIDAH SYIRIK (PAGANISME) PADA AGAMA SYI’AH

Seorang muslim akan sangat mudah mengingkari ’aqidah yang jelas-jelas berseberangan dengan nalar dan akal sehat, fitrah yang masih lurus, apalagi ayat-ayat al-Qur’an. Allah berfirman, memberitahukan Dia-lah pemilik alam semesta ini. Tidak ada seorangpun yang menyertai-Nya dalam pengaturan ataupun kepemilikannya. Misalnya dalam ayat:

”Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. al-A’raf/7: 128)

”Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Mulk/67: 1)

Hak penetapan halal dan haram pun juga milik khusus bagi Alah. Rasulullah pun tunduk pada ketetapan-Nya. Perhatikan firman Allah:

”Wahai Nabi,mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah menghalalkan bagimu?” (Q.S. at- Tahrim/66: 1)

Ilmu Allah luas tidak terbatas, meliputi segala sesuatu. Hanya Allah yang mempunyai keistimewaan ini. Pengetahuan manusia, bagaimanapun dia, tetap terbatas. Allah berfirman:

”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Diri sendiri.” (Q.S. al-An’am/6: 59)

Terakhir, dalam al Qur’an, Allah mengancam orang-orang yang menyekutukan apapun dengan Dzat-Nya. Ancaman yang sangat keras, siksaan neraka selama-lamanya bila mati dalam kesyirikan. Allah berfirman:

”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka.dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorangpun penolong pun.” (Q.S. al maidah/5: 72)

Semoga tulisan ringan ini semakin memantapkan kita tentang bahaya Syi’ah yang semakin gencar melancarkan gerakannya di negeri inni melalui media-media yang mereka miliki. Apalagi sempat muncul wacana yang merilis upaya penggabungan antara Ahlu Sunnah dan Agama Syi’ah oleh sejumlah pihak. Wallahul-musta’an.

Maraji’:

Al-Hujajul-Bahirah, Syaikh Jalaluddin ad-Dawani ash-Shiddiqi, Tahqiq Dr. ’Abdullah Hajj Ali Munib, Cetakan I, tahun 1420H-200M, Maktabah al-Bukhari.
Al-Khuthuthul-’Ariidah, Syaikh Muhibbiddin al-Khathib, cetakan I, 1420H-1999M, Dar ’Ammar Urdun.
Buthlaanu ’Aqaaidisy-Syi’ah, Syaikh Muhammad Abdus-Sattar at-Tunsawi, 1408H, Maktabah Imdadiyyah, Mekkah Mukarramah.
Tanaqudhu Ahlil-Ahwa wal Bida’ fil ’Aqidah, Dr. ’Afaf binti Hasan bin Muhammad Mukhtar, Cetakan I, Tahun 1421H-2000M, Maktabah ar-Rusyd, Riyadh.
’Ulama’usy-Syi’ah Yaqulun, susunan Markaz Ihyaut-turatsi Ahli Bait.

((Sumber: Majalah As-Sunnah edisi02/tahun XI/1428H/2007M, hal. 50-52, Penulis: Ustadz Abu Minhal))


[1] Kecintaan ini pun hanya sekedar kamuflase untuk menutupi kebusukan hati mereka terhadap kaum muslimin.

[2] Diceritakan oleh sebagian pengajar di universitas Islam Madinah, berita wafat beliau sangat menggembirakan para penganut Syi’ah. Pasalnya, beliau salah seorang ulama yang getol membongkar rentetan kepalsuan, kebohongan dan kekufuran yang sudah melekat erat pada doktrin-doktrin Syi’ah.

[3] Al-Khuthuth al-‘Aridhah, cetakan I 1999M/1420H, Dar Ammar, hal. 37-38

[4] Ushul Kafi (1/440-457). Kitab ini diklaim sekelas dengan kitab Shahih al-bukhari.

[5] Minhajus Sunnah (2/435)

[6] Riwayat-riwayat dari Syi’ah, penulis kutip dari buku-buku referensi


sumber: http://salafiyunpad.wordpress.com/2008/02/25/syi%E2%80%99ah-budaya-syirik/

semoga bermanfaat

IBNU TAIMIYAH

Beliau berkata : “Barangsiapa beranggapan bahwa Al-Qur'an telah dikurangi ayat-ayatnya atau ada yang disembunyikan, atau beranggapan bahwa Al-Qur'an mempunyai penafsiran-penafsiran batin, maka gugurlah amal-amal kebaikannya. Dan tidak ada perselisihan pendapat tentang kekafiran orang semacam ini”
Barangsiapa beranggapan para sahabat Nabi itu murtad setelah wafatnya Rasulullah, kecuali tidak lebih dari sepuluh orang, atau mayoritas dari mereka sebagai orang fasik, maka tidak diragukan lagi, bahwa orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan penegasan Al-Qur'an yang terdapat di dalam berbagai ayat mengenai keridhoan dan pujian Allah kepada mereka. Bahkan kekafiran orang semacam ini, adakah orang yang meragukannya? Sebab kekafiran orang semacam ini sudah jelas....

(Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).

AL BUKHORI

الامام البخارى

.
قال رحمه الله : ماأبالى صليت خلف الجهمى والرافضى

أم صليت خلف اليهود والنصارى

ولا يسلم عليه ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم

.
( خلق أفعال العباد :١٢٥
)

Iman Bukhori berkata : “Bagi saya sama saja, apakah aku sholat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka.
(Imam Bukhori / Kholgul Afail, halaman 125).

IMAM MALIK

االامام مالك

روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سمعت أبا عبد الله يقول :

قال مالك : الذى يشتم اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم

ليس لهم اسم او قال نصيب فى الاسلام.

( الخلال / السن: ۲،٥٥٧
)

Al Khalal

meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”

.
( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

Begitu pula Ibnu Katsir berkata, dalam kaitannya dengan firman Allah surat Al Fath ayat 29, yang artinya :
“ Muhammad itu adalah Rasul (utusan Allah). Orang-orang yang bersama dengan dia (Mukminin) sangat keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan keridhaanNya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, karena bekas sujud. Itulah contoh (sifat) mereka dalam Taurat. Dan contoh mereka dalam Injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan anaknya (yang kecil lemah), lalu bertambah kuat dan bertambah besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan orang-orang yang menanamnya. (Begitu pula orang-orang Islam, pada mula-mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan kuat), supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka. Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk orang-orang yang beriman dan beramal salih diantara mereka”.

Beliau berkata : Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa golongan Rofidhoh (Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi SAW, adalah Kafir.
Beliau berkata : “Karena mereka ini membenci para sahabat, maka dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini”. Pendapat tersebut disepakati oleh sejumlah Ulama.

(Tafsir Ibin Katsir, 4-219)

Imam Al Qurthubi berkata : “Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya juga benar, siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin”.

(Tafsir Al Qurthubi, 16-297)

bagi mereka yg mengaku cinta ahlul bait (terutama shbt ali) mk lakukanlah sbgmn ali bn abi tholib lakukan,yaitu:

Ali bin Abi Thalib radhi- yallahu ‘anhu mengancam untuk mencambuk orang yang mengutamakan diri-nya di atas Abu Bakar dan Umar dengan cambukan seorang pendusta.

Tidak didatangkan kepadaku seseorang yang mengutamakan aku diatas Abu Bakar dan Umar, kecuali akan aku cambuk dengan cambukan seorang pendusta.
Maka ketika itu seorang yang mengatakan beliau lebih utama dari Abu Bakar dan umar dicambuk delapan puluh kali cambukan. (Majmu’ Fatawa juz 4 hal. 422; Lihat Imamatul ‘Udhma, hal. 313).


Khalifah Ali (imam pertama mereka) Radhiyallahu ‘anhu berkata:

وسيهلك في صنفان: محب مفرط يذهب به الحب إلى غير الحق، ومبغض مفرط يذهب به البغض إلى غير الحق ، وخير الناس في حالا النمط الاوسط، فالزموه والزموا السواد الاعظم فإن يد الله على الجماعة.

Akan binasa tentang aku dua kelompok: (pertama) kelompok yang mencintai secara berlebihan sehingga kecintaannya membawa kepada yang tidak benar, dan kelompok yang membenci, yang kebenciannya membawa kepada yang tidak benar. Sebaik-baik manusia adalah yang moderat (tengah/adil) maka ikutilah ia, ikutilah kelompok terbesar (maksudnya waktu itu yaitu para sahabat dan tabi’in) karena tangan Allah ada di atas jama’ah.” (Nahjul Balaghah, 2/8)

Kelompok binasa pertama karena kecintaannya yang berlebihan adalah rafidhah. Sesungguhnya cintanya Rafidhah kepada Ali seperti cintanya orang Kristen kepada yesus Isa putra maryam.

Kecintaan yang membawa kesesatan dan kebinasaan!!

Maka ikutilah ahlussunnah yaitu para sahabat dan tabi’in, kelompok islam terbesar yang menjadi mainstream, yang menjadi warisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam al-Quran dan as-Sunnah.

Khalifah Ali juga berkata:

ان معاويه خير لي من هؤلاء الذين يزعمون لي شيعة


“Sesungguhnya Muawiyah lebih baik bagiku dari pada mereka yang mengaku sebagai syiahku.” (al-Ihtijaj, 2/290)

Ali juga berkata:

لوددت والله أن معاوية صارفني بكم صرف الدينار بالدرهم فأخذ مني عشرة منكم وأعطاني رجلاً منهم


Saya berharap andai saja Muawiyah tukar menukar dengan saya seperti menukar dinar dengan dirham, sehingga dia mengambil dariku 10 orang dari kamu dan dia memberiku satu orang dari mereka. (Nahjul Balaghah)

Ali Radhiallahu ‘Anhu berkata:

إن أهل إصفهان لا يكون فيهم خمس خصال : السخاوة والشجاعة والامانة والغيرة وحبنا أهل البيت

sesungguhnya penduduk Ashfahan tidak ada pada diri mereka 5 perkara: dermawan, berani, amanah, cemburu dan mencintai kami ahluil bait. (biharul anwar 21/301 riwayat 32)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:

Sungguh aku pernah berdiri di kerumunan orang yang sedang mendoakan Umar bin Khathab ketika telah diletakkan di atas pembaringannya. Tiba-tiba seseorang dari belakangku yang meletakkan kedua sikunya di kedua pundakku berkata: “Semoga Allah merahmatimu dan aku berharap agar Allah menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah
dan Abu Bakar) karena aku sering mendengar Rasulullah ? bersabda: ‘Waktu itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…’ ‘aku telah mengerjakan bersama Abu Bakar dan Umar…’,
‘aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar…’. Maka sungguh aku berharap semoga Allah menggabungkan engkau dengan keduanya. Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib.

Hadits-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini merupakan sebesar- besar dalil yang membuktikan kedustaan kaum Syi’ah Rafidlah yang mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.


Hasan ibn Ali Radhiallahu ‘Anhu (Imam Kedua) berkata:

أرى والله أن معاوية خير لي من هؤلاء يزعمون أنهم لي شيعة ابتغوا قتلي وانتهبوا ثقلي وأخذوا مالي، والله لئن آخذ من معاوية عهداً أحقن به دمي واومن به في أهلي، خير من أن يقتلوني فتضيع أهل بيتي وأهلي


“menurutku demi Allah, Mu’awiyyah itu lebih baik bagiku dari pada mereka yang mengaku menjadi syiahku, mereka ingin membunuhku, merampok barang-barangku dan merampas hartaku, demi Allah kalau aku mengambil perjanjian dari Muawiyah agar aku bisa melindungi darahku dan mengamankan keluargaku itu lebih baik dari para mereka (para syiah) itu membunuhku dan menelantarkan ahli baitku dan istrikuu.” (al-Ihjtijaj litthabarsi 2/290)...

Imam al-Baqir Radhiallahu ‘Anhu berkata:

لو كان الناس كلهم لنا شيعة لكان ثلاثة أرباعهم لنا شكاكاً والربع الآخر أحمق


“Seandainya semua manusia adalah syiah (pendukung) bagi kami niscaya 3/4 dari mereka ragu-ragu pada kami dan 1/4 sisanya adalah tolol.” (sumber: Rijal al-Kasysyi, h. 179).

Imam Ja’far as-Shadiq berkata:

ما أنزل الله من آية في المنافقين إلا وهــي في من ينتحـــل التشيع


Tidak ada ayat satupun yang Allah turunkan tentang orang munafiq melainkan ia ada pada orang yang bermadzhab tasyayyu’” (Rijal Kasysyi hal. 154; ungkapan yang sama diriwayatkan dari abul hasan dalam Raijal Kasysyi hal. 254))

Imam Ja’far juga berkata:

إن ممن ينتحل هذا الأمــر ليكـذب حتى إن الشيطان ليحتاج إلى كذبه


Sesungguhnya diantara orang yang meyakini perkara ini (yaitu bertasyayyu’) melakukan dusta hingga setan saja perlu kepada kedustaannya.” (Al-Rawdhah minal Kafi hal 212)


Ja’far as-Shadiq rahimahullah berkata:

إن ممن ينتحل هذا الأمر لمن هو شرٌّ من اليهود والنصارى والمجوس والذين أشركوا


sesungguhnya diantara orang yang mengikuti ini sebagai budaya ada yang lebih jahat dari yahudi, nashrani, orang majusyi dan orang-orang yang syirik” (Rijal al-Kasysyi 252)

Imam abul Hasan Musa ibn Ja’far al-Kazhim (imam ketujuh), Radhiallahu ‘Anhu berkata;

” لو ميزت شيعتي لم أجدهم إلا واصفة ولو امتحنتهم لما وجدتهم إلا مرتدين ولو تمحصتهم لما خلص من الألف واحد ولو غربلتهم غربلة لم يبق منهم إلا ما كان لي ، إنهم طال ما اتكؤا على الأرائك ، فقالوا : نحن شيعة علي ، إنما شيعة علي من صدق قوله فعله
” .

“Seandainya aku bedakan (aku pilah-pilah) syiahku niscaya aku tidak menemukan mereka kecuali washifah (namanya/sifatnya saja- wallahu a’lam) , dan kalau aku uji niscaya aku tidak mendapati mereka kecuali murtad, dan kalau saya benar-benar menyeleksi mereka niscaya tidak ada yang lolos dari seribu orang seorangpun, dan kalau aku ayak (saring) mereka niscaya tidak tersisa dari mereka kecuali apa yang untukku, sesungguhnya mereka cukup lama duduk di kursi goyang (ongkang-ongkang kaki), lalu mereka berkata: kami adalah syiah ‘Ali, sesungguhnya syiah ‘Ali adalah orang yang (jujur) ucapannya sesuai dengan kelakuannya.” (sumber: al-Rawdhah minal-Kafi lilkulaini, 8/228).

Imam Ridha (imam kedelapan) Radhiallahu ‘Anhu berkata:

إن ممن ينتحل مودتنا أهل البيت من هو أشد فتنة على شيعتنا من الدجال


Sesungguhynya diantara orang yang mengklaim (bertasyayyu’) mencintai kami ahlul bait ada orang yang lebih dahsyat fitnahnya atas syiah kami dari pada Dajjal.” (sumber: shifat as-Syi’ah karya as-Shaduq)

Benar sekali, Ali mencintai Abu Bakar Umar tetapi syiah memusuhi keduanya.

Ali menghancurkan kuburan tetapi syiah malah membangun kuburan.

Ali tidak mut’ah malah syiah mut’ah.

Ali tidak pernah berkeyakinan bahwa dirinya ditunjuk jadi khalifah Rasul tapi syiah mengkafirkan Abu Bakar dan Utsman dengan alasan katanya mereka merampas hak khilafah milik Ali.

Ali mencintai Aisyah dan Hafshah tapi syiah malah melaknat. Nau’udzu billah min dzalik

Dan orang syiah mengundang imam Husein ke Kufah untuk dibaiat ternyata mereka bunuh. Dan kini mereka meratap pura-pura menangis untuk menuntut balas. Padahal mereka tidaklah menuntut balas kecuali pada diri mereka sendiri....

source :

http://www.gensyiah.com/syiah-di-mata-para-imam-ahlul-bait.html

***

tidak ada yg suka mencela para sahabat dan mengungkit2 kesalahan mereka bahkan tidak tanggung-tanggung mereka dilaknat dan dikafirkan kecuali BEGUNDAL SYI'AH dan yg sepaham dgn mereka yg sama-sama KAFIR-nya

Nabi bersabda: “Barangsiapa mencela sahabatku, maka ia mendapat laknat dari Allah, malaikat dan seluruh manusia”

[Hadits Riwayat Thabrani]

kasihan agama syi'ah sekte Yahudi ini, imam2 mereka saja melaknat nya, lalu mereka mencoba menafsirkan Al-Qur'an sekehendak hawa nafsunya. kalau memang mereka jujur, mana al-qur'an mereka yg 17000 ayat itu? disembunyikan Imam fiktip yg merupakan legenda dan dongeng2 anak2 sebelum tidur. Imam khomeini mesum (mereka bilang ma'sum) yg melakukan sesuatu yg dilaknat Allah yg merupakan kejahatan seks sebagaimana kaum Luth. ngaku aja agama syi'ah nggajk usah ngaku2 Islam, apa tidak malu agama syi'ah tak punya kitab suci (Al-Qur'an kan yg diturunkan pada masa sahabat dan dikumpulkan sahabat) yg mereka tuduh kafir????? 


TUNGGU GUA, SAMPE DAJJAL DATANG, NAH DAJJAL ITU IMAM MEREKA...


Shobigh bin ‘Isl tiba di Madinah dengan membawa beberapa kitab. Lalu mulailah dia bertanya tentang ayat-ayat Qur’an yang mutasyabih (samar-samar) –untuk menimbulkan keraguan-. Lalu sampailah berita itu pada Umar, sehingga beliau mengutus orang untuk memanggilnya, dan beliau telah mempersiapkan pelepah kurma untuknya. Manakala dia masuk menghadap beliau dan duduk, bertanyalah beliau padanya,”Siapakah kamu?” Dia berkata,”Saya Shobigh.” Umar berkata,”Aku Umar, hamba Alloh.” Lalu beliau mendekatinya seraya memukulinya dengan pelepah kurma tadi hingga melukai kepalanya. Darahpun mengalir di wajahnya. Maka diapun berkata,”Cukup wahai Amirul Mukminin, demi Alloh, apa yang dulunya kudapati ada di kepalaku telah hilang.” (Al Ibanatul Kubro/Ibnu Baththoh/2/hal. 309/shohih)

kata orang syi'ah (karena tabiatnya benci dengan para sahabat) dalam menanggapi kisah ini berkata : "tanya kok dipukul, aneh"

Apakah kalian mendapati riwayat bgmn ketika dg keyaqinan penuh Ibnu Saba' [Laknat ALLOH seluruh makhluq yg bisa melaknat semoga penuh untuknya] mengaku sbg Rosul , 'Aliy Rodhiallohu 'anhu sbg ALLOH{na'udzubillah tsumma na'udzubillah!!!], lalu dibuang ke negeri yg lain setelah hampir dibakarnya, lalu sepuluh org yg ber'itiqod seperti itu tak mau bertaubat yg akhirnya dibakar dlm lubang ......?

hanca 27 10 11

Blog Archive