Follow us on:

BENARKAH ASWAJA PENGIKUT IMAM ABUL HASAN AL ASY'ARI ???



by membongkar kesesatan Habib Munzir

bismillaah,

Imam Abul Hasan Al-’Asy’ari rahimahullah [lahir tahun 260 H dan wafat pada tahun 324 H].
Beliau berkata dalam kitabnya Risaalah ila Ahli Ats-Tsagr: Ijmak kesembilan :
Dan mereka (para salaf) berkonsensus (ijmak) … bahwasanya Allah ta’aala di atas langit, diatas arsyNya bukan di bumi. Hal ini telah ditunjukan oleh firman Allah,


أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu (QS Al-Mulk : 16).

Dan Allah berfirman


إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (QS Faathir : 10).

Dan Allah berfirman


الرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang ber-istiwa di atas Arasy.” (QS. Thâhâ;5).
Dan bukanlah istiwaa’nya di atas arsy maknanya istiilaa’ (menguasai) sebagaimana yang dikatakan oleh qodariah (Mu’tazilah-pent), karena Allah Azza wa Jalla selalu menguasai segala sesuatu. Dan Allah mengetahui yang tersembunyi dan yang lebih samar dari yang tersembunyi, tidak ada sesuatupun di langit maupun di bumi yang tersembunyi bagi Allah, hingga seakan-akan Allah senantiasa hadir bersama segala sesuatu. 

Hal ini telah ditunjukan oleh Allah Azza wa Jalla dengan firmanNya,


وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

Dia bersama kamu dimana saja kamu berada (QS Al-Hadiid : 4).
Para ahlul ilmi menafsirkan hal ini dengan ta’wil yaitu bahwasanya ilmu Allah meliputi mereka di mana saja mereka berada” [Risaalah ilaa Ahli Ats-Tsagr 231-234].

Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy malah bersaksi bahwa ciri ahlussunnah adalah sebagai berikut: “Berkata Ahlussunnah dan Ashhab al-Hadits: “Dia bukan jisim, tidak menyerupai apapun, Dia ada di atas Arsy seperti yang Dia kabarkan (Thaha: 5). Kita tidak melancangi Allah dalam ucapan, tetapi kita katakan: istawa tanpa kaif. Dia adalah Nur (pemberi cahaya) sebagaimana firmann-Nya (an-Nur: 35), Dia memiliki wajah sebagaimana firman-Nya (al-Rahman: 27), Dia memiliki Yadain (dua tangan) sebagaimana firman-Nya (Shad: 75), dia memiliki dua ‘ain (mata) sebagaimana firmanNya (al-Qamar: 14), Dia akan datang pada hari kiamat Dia dan para malaikat-Nya sebagaiman firman-Nya (al-Fajr: 22), dia turun ke langit terendah sebagaimana dalam hadits. Mereka tidak mengatakan apapun kecuali apa yang mereka dapatkan dalam al-Qur`an atau yang datang keterangannya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” [Al Maqalat: 136].

Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkomentar tentang ‘aqidah Jahmiyyah yang satu ini dengan perkataannya :


وقد قال قائلون من المعتزلة والجهمية والحرورية : إن معنى استوى إستولى وملك وقهر، وأنه تعالى في كل مكان، وجحدوا أن يكون على عرشه، كما قال أهل الحق، وذهبوا في الإستواء إلى القدرة، فلو كان كما قالوا كان لا فرق بين العرش وبين الأرض السابعة لأنه قادر على كل شيء، والأرض شيء، فالله قادر عليها وعلى الحشوش.
وكذا لو كان مستويا على العرش بمعنى الإستيلاء، لجاز أن يقال : هو مستو على الأشياء كلها ولم يجز عند أحد من المسلمين أن يقول : إن الله مستو على الأخلية والحشوش، فبطل أن يكون الإستواء [على العرش] : الإستيلاء.

“Dan telah berkata orang-orang dari kalangan Mu’tazillah, Jahmiyyah, dan Haruriyyah (Khawarij) : ‘Sesungguhnya makna istiwaa’ adalah menguasai (istilaa’), memiliki, dan mengalahkan. Allah ta’ala berada di setiap tempat’. Mereka mengingkari keberadaan Allah di atas ‘Arsy-Nya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ahlul-Haq (Ahlus-Sunnah). Mereka (Mu’tazillah, Jahmiyyah, dan Haruriyyah) memalingkan (mena’wilkan) makna istiwaa’ kepada kekuasaan/kemampuan (al-qudrah). Jika saja hal itu seperti yang mereka katakan, maka tidak akan ada bedanya antara ‘Arsy dan bumi yang tujuh, karena Allah berkuasa atas segala sesuatu. Bumi adalah sesuatu, dimana Allah berkuasa atasnya dan atas rerumputan.


Begitu juga apabila istiwaa’ di atas ‘Arsy itu bermakna menguasai (istilaa’), maka akan berkonsekuensi untuk membolehkan perkataan : ‘Allah ber-istiwaa’ di atas segala sesuatu’. Namun tidak ada seorang pun dari kaum muslimin yang membolehkan untuk berkata : ‘Sesungguhnya Allah ber-istiwaa’ di tanah-tanah kosong dan rerumputan’. Oleh karena itu, terbuktilah kebathilan perkataan bahwa makna istiwaa’ (di atas ‘Arsy) adalah istilaa’ (menguasai)” [selengkapnya, silakan lihat Al-Ibaanah, hal. 34-37 – melalui perantaraan Mukhtashar Al-‘Ulluw lidz-Dzahabiy oleh Al-Albaaniy, hal. 239; Al-Maktab Al-Islamiy, Cet. 1/1401 H].

Al Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata dalam Al-Ibanah fi Ushul Diyanah hal. 69-76 : “Dan kita melihat seluruh kaum muslimin apabila mereka berdoa, mereka mengangkat tangannya ke arah langit, karena memang Allah tinggi di atas arsy dan arsy di atas langit. Seandainya Allah tidak berada di atas arsy, tentu mereka tidak akan mengangkat tangannya ke arah arsy.”



»̶♧☀♧«̶

ASY’ARIYAH ( mazhab Asy’ari atau ASWAJA)
[ Tidak termasuk Ahlus Sunnah Wal Jama'ah ]


Ada TIGA FASE keyakinan yang al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari lalui, yaitu :

»̶>❥Fase pertama bersama Mu’tazilah,
»̶>❥Fase kedua bersama Kullabiyah,
»̶>❥Dan TERAKHIR bersama Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah mendapatkan hidayah dari ar-Rahman.

ADAPUN,
Asy’ariyah / Mazhab Asy’ari / ASWAJA, tiada lain adalah KELANJUTAN DARI mazhab KULLABIYAH, yang TELAH DITINGGALKAN oleh al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari sendiri.

Bahkan, dengan tegas Beliau menyatakan bahwa beliau berada di atas jalan Rasulullah dan as-salafush shalih, sejalan dengan al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal , dan menyelisihi siapa saja yang berseberangan dengan beliau [7].

Rujukan :
Napak Tilas Perjalanan Hidup al-Imam Abul Hasan Al-asy’ari
(ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc.)
http://asysyariah.com/napak-tilas-perjalanan-hidup-al-imam-abul-hasan-al-asyari.html


♧♥♧♧♥♧♧♥♧

Ulama yang menyatakan bahwa Asy’ariyah (ASWAJA_pen), BUKAN AHLUS SUNNAH

1. Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu

Ibnu Khuzaimah rahimahullahu ditanya oleh Abu Ali Ats-Tsaqafi: “Apa yang kau ingkari, wahai ustadz, dari madzhab kami supaya kami bisa rujuk darinya?”

Ibnu Khuzaimah berkata: “Karena kalian condong kepada pemahaman Kullabiyah. Ahmad bin Hanbal termasuk orang yang paling keras terhadap Abdullah bin Said bin Kullab dan teman-temannya, seperti Harits serta lainnya.”
Perlu diketahui bahwa Kullabiyah adalah masyayikh (guru/pembesar) Asy’ariyah.

Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Kullabiyah adalah guru-guru orang Asy’ariyah….”(Kitab Istiqamah)

2. Ibnu Qudamah rahimahullahu

Beliau rahimahullahu berkata: “Kami tidak mengetahui ada kelompok ahlul bid’ah yang menyembunyikan pemikiran-pemikirannya dan tidak berani menampakkannya, selain zanadiqah (kaum zindiq, orang-orang yang menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan, red.) dan Asy’ariyah.”

3. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullahu
Beliau berkata: “Asya’irah dan Maturidiyah serta yang semisal mereka, bukanlah Ahlus Sunnah wal Jamaah.”

4. Syaikh Shalih Al-Fauzan pernah ditanya: “Apakah Asy’ariyah dan Maturidiyah termasuk Ahlus Sunnah?”

Beliau menjawab: “Mereka tidak teranggap sebagai Ahlus Sunnah. Tidak ada seorang pun yang memasukkan mereka ke dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka memang menamakan diri mereka termasuk Ahlus Sunnah, namun hakikatnya mereka bukanlah Ahlus Sunnah.”
(Lihat Takidat Musallamat Salafiyah hal. 19-30)

Rujukan :
Sufi Adalah Pengikut Firqah Asy'ariah
Ditulis Oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak
http://ibnulqoyyim.com/content/view/198/1/


♧♥♧♧♥♧♧♥♧

Dalam daurah Syar'iyyah Fi Masail Aqa'idiyyah Wal Manhajiyyah di Surabaya, dua tahun yang lalu, Syaikh Salim ditanya: Apakah Al Asy'ariyyah termasuk Ahlu Sunnah Wal Jama'ah? Beliau menjawab dengan tegas:
"Al Asy'ariyyah tidak termasuk Ahlu Sunnah Wal Jama'ah."

Dinukil dr :
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2019816777547&set=a.1763822417848.2091836.1307751853&type=3


________
Footnote :

[7] Perlu diketahui, mazhab Asy’ari atau ASWAJA atau Kullabiyah, semuanya berseberangan dengan prinsip yang diyakini oleh al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal . Dengan demikian, berseberangan pula dengan prinsip yang diyakini oleh al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari . Tajuddin as-Subki —seorang tokoh mazhab Syafi’i—berkata, “Abul Hasan al-Asy’ari adalah tokoh besar Ahlus Sunnah setelah al-Imam Ahmad bin Hanbal. Akidah beliau adalah akidah al-Imam Ahmad , tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Inilah yang ditegaskan berkali-kali oleh Abul Hasan al-Asy’ari dalam beberapa karya tulis beliau.” (Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra 4/236)


======
Catatan :

1> Apa itu madzab Kullabiyah ?
(lihat di https://www.facebook.com/photo.php?fbid=3281685483476&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=3&permPage=1)

2> Apa itu Mu'tazilah ?
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/03/ragam-pemikiran-mutazilah.html





SIAPAKAH ASWAJA ?

ASWAJA adalah mereka2 yg menyandarkan pemahaman mereka kepada tokoh yang mereka anggap sebagai pencetus faham mereka ini yaitu Abu Al Hasan Asy 'ariy dan Al Maturidi. Mereka sebenarnya boleh jadi faham dengan dalil2 AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, namun mereka memahaminya dengan sudut faham yang lain, dengan pemahaman yang berbeda, dimana mereka menganggap dan meyakini adanya bid'ah hasanah. Oleh sebab itu mereka banyak mengamalkan hal2 (bid'ah hasanah) yang menurut mereka tidak ada dalil larangannya, seperti tahlilan, yasinan, maulidan, ngalap berkah, sholawatan, niat sholat pake usholli dan lain2 banyak sekali ragamnya.
Mereka juga berkeyakinan bahwa Allah bukan diatas Arasy, namun bagi mereka Allah adalah ada pada segala tempat tanpa arah.

Tanya :
Siapakah Abu Al Hasan Asy 'ariy dan Al Maturidi ?

Jawab :
Mereka adalah tokoh idola kaum Asy 'ariyyah (NU)

ASY'ARIYAH, MATURIDIYAH DAN ISTILAH AHLUS SUNNAH.

Asy'ariyah dan Maturidhiyah banyak menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini, dan di kalangan mereka kebanyakan mengatakan bahwa madzhab salaf "Ahlus Sunnah wa Jama'ah" adalah apa yang dikatakan oleh Abul Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Sebagian dari mereka mengatakan Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu As'ariyah, Maturidiyah dan Madzhab Salaf.

Az-Zubaidi mengatakan : "Jika dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy'ariyah dan Maturidiyah".[14]

Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengatakan :"Ketahuilah bahwa pokok semua aqaid Ahlus Sunnah wal Jama'ah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi". [15]

Al-Ayji mengatakan :"Adapun Al-Firqotun Najiyah yang terpilih adalah orang-orang yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang mereka : "Mereka itu adalah orang-orang yang berada di atas apa yang Aku dan para shahabatku berada diatasnya". Mereka itu adalah Asy'ariyah dan Salaf dari kalangan Ahli Hadits dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah".[16]

Hasan Ayyub mengatakan : "Ahlus Sunnah adalah Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka berdua. Mereka berjalan di atas petunjuk Salafus Shalih dalam memahami aqaid". [17]

Pada umumnya mereka mengatakan aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah berdasarkan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Disini tidak bermaksud mempermasalahkan pengakuan bathil ini. Tetapi hendak menyebutkan dua kesimpulan dalam masalah ini :

[1] Bahwa pemakaian istilah ini oleh pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah dan orang-orang yang terpengaruh oleh mereka sedikitpun tidak dapat merubah hakikat kebid'ahan dan kesesatan mereka dari Manhaj Salafus Shalih dalam banyak sebab.

[2] Bahwa penggunaan mereka terhadap istilah ini tidak menghalangi kita untuk menggunakan dan menamakan diri dengan istilah ini menurut syar'i dan yang digunakan oleh para Ulama Salaf. Tidak ada aib dan cercaan bagi yang menggunakan istilah ini. Sedangkan yang diaibkan adalah jika bertentangan dengan i'tiqad dan madzhab Salafus Shalih dalam pokok (ushul) apapun.

[Disalin dari majalah As-Sunnah edisi 10/I/1415-1994 hal.29-32, terjemahan dari majalah Al-Bayan No. 78 Shafar 1415H/Juli 1994 oleh Ibrahim Said].

•.¸≈≈¸.•
Footnote :
[14] Ittihafus Sadatil Muttaqin 2:6
[15] Ar-Raudlatul Bahiyyah oleh Abi Udibah hal.3
[16] Al-Mawaqif hal. 429].
[17] Lihat : Tabsithul Aqaidil Islamiyah, hal. 299 At-Tabshut fi Ushulid Din, hal. 153, At-Tamhid oleh An-nasafi hal.2, Al-Farqu Bainal Firaq, hal. 323, I'tiqadat Firaqil Muslimin idal Musyrikin, hal. 150


***


Kullabiyah, Pendahulu Asy’ariyah


(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak)

Siapakah Kullabiyah?

Kullabiyah adalah orang-orang yang menisbahkan diri kepada Abdullah bin Said bin Kullab, masyhur dengan Ibnu Kullab.

Al-Imam adz-Dzahabi berkata, “Dia adalah tokoh ahlul kalam (filsafat) dari Bashrah di zamannya.”

Pemikiran Ibnu Kullab
Ibnu Kullab menafikan sifat-sifat yang berkaitan dengan masyiah dan iradah (kehendak), seperti datang, cinta, benci, dan lain-lain.
Mereka menyatakan bahwa sifat kalam itu seperti sifat ilmu dan qudrah, tidak dengan huruf atau suara dan tidak terbagi. Al-Qur’an adalah hikayat (ungkapan) kalamullah. Dia menyatakan bahwa iman hanyalah ma’rifah dan ikrar dengan lisan. (Lihat Mauqif Ibnu Taimiyah minal Asya’irah)

Murid-Murid Ibnu Kullab
Al-Imam adz-Dzahabi mengisyaratkan, di antara murid Ibnu Kullab adalah Dawud azh-Zhahiri dan Harits al-Muhasibi.


Sikap Ulama Ahlus Sunnah terhadap Kullabiyah
Ibnu Khuzaimah berkata ketika ditanya oleh Abu Ali ats-Tsaqafy, “Apa yang kau ingkari, wahai ustadz, dari mazhab kami supaya kami bisa rujuk darinya?”
Ibnu Khuzaimah berkata, “Karena kalian condong kepada pemahaman Kullabiyah. Ahmad bin Hanbal termasuk orang yang paling keras terhadap Abdullah bin Said bin Kullab dan teman-temannya, seperti Harits dan lainnya.”
Al-Imam Ahmad pernah memerintahkan kaum muslimin untuk mengisolir Harits al-Muhasibi, sehingga tidak ada yang shalat bersama Harits kecuali empat orang.
Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun Harits al-Muhasibi dia digolongkan sebagai pengikut Ibnu Kullab. Oleh karena itu, al-Imam Ahmad memerintahkan mengisolirnya, al-Imam Ahmad memang memperingatkan umat dari Ibnu Kullab dan pengikutnya.”
Abu Abdurrahman as-Sulami juga mengecam Kullabiyah.

Hubungan Kullabiyah dengan Asyariyah
Ibnu Taimiyah berkata, “Kullabiyah adalah guru-guru orang Asy’ariyah, karena Abul Hasan al-Asy’ari (keyakinan pada fase kedua _pen) mengikuti jalan Abu Muhammad bin Kullab….” (Kitab Istiqamah)
Dalam Majmu’ Fatawa beliau berkata, “Abul Hasan menempuh jalan Ibnu Kullab dalam masalah keyakinan terhadap sifat Allah….” (Majmu Fatawa, 12/178)

http://asysyariah.com/kullabiyah-pendahulu-asyariyah.html
 



MACAM-MACAM BID'AH
✿ MACAM-MACAM BID'AH

Bid'ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :

[1] Bid'ah qauliyah 'itiqadiyah :

Bid'ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

[2] Bid'ah fil ibadah :

Bid'ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari'atkan oleh Allah dan bid'ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :

a● Bid'ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah :
yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari'at Allah Ta'ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari'atkan, shiyam yang tidak disyari'atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.

b● Bid'ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.

c● Bid'ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah.
Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari'atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama'ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

d● Bid'ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari'atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari'at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya'ban (tanggal 15 bulan Sya'ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari'atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.

Dinukil dari :
PENGERTIAN BID'AH MACAM-MACAM BID'AH DAN HUKUM-HUKUMNYA
Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
http://almanhaj.or.id/content/439/slash/0

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2948184306155&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=3


 Madzhab para pendusta yg mengaku Sunni inilah yg diistilahkan dg Kholaf dalam
kalimat tsb dibawah ini ;

Sebaik-baiknya ikutan adalah
Sunnah para Salaf kita yg sholih

sebiuruk-buruk urusan adalah
Bid'ah para Kholaf

Kholaf = Asya'iroh Kullabiyyah Maturidiyyah Mu'tazilah Falasifah Sufiyyah Jahmiyyah = NU. Isme.

Berbeda dg faham Imam mulia yg bermadzhab Hambali scr tulen dlm hal 'Aqidah; Syari'ah.
Para Kholaf mengaku sbg Aswaja , tapi gado-gado dg sebab;
'Aqidah => Asya'iroh
Fiqh => Syafi'iyyah
keduanya secara dusta diklaim sbg bagian agama mereka,
pdhl:
bainal Masyriq wal Maghrib
bainas Sama'i wal 'Ardh
bainal Laili wan Nahar
perbedaan antara prinsip ;

* Imam Abul Hasan al-Asy'ariy
* Imam Asy-Syafi'i

adalah 2 Imam yg beragama dg 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah
sesuai dg pemahaman Salafush sholih rodhiallohu 'anhum ajma'in. Fiqh para Imam yg mulia adalah madzhab Ahli Hadits , karena Imam Ahmad bin Hanbal adalah Imam yg banyak riwayatkan hadits maka madzhab Hanbali masyhur diantara para Imam.
Sebagaimana Madzhab Syafi'i.
Namun madzhab yg sebenarnya, bukan Hanbali-Hanbalian, Syafi'i-Syafi'iyyan semata , pdhl bukan dan bahkan bertentangan total
dg madzhab Imam Syafi'i sebenarnya.
Apalagi menganggap 'Aqidah Imam Abul Hasan Al-Asy'ariy lebih baik dari Imam Syafi'i, hingga Maturidiyyah dan Kullabiyyah itu menurut para Muqollid yg hobby agungkan Qubur dalam beragama ini menganggap bahwasannya lebih benar 'Aqidahnya daripada Imam Syafi'i rohimahulloh.
Allohu Akbar!

Belum lagi Falasifah dan Sufiyyah serta adat istiadat warisan leluhur yg masih berkeyakinan Paganisme di combain dg ritual dg dibubuhi Wiridan dan Dzikiran serta Sholawatan tertentu yg tdk semuanya benar-benar berasal dari Islam(baca : SUNNAH) melainkan hanya sebagian saja, karena ebagian berasal dari Lafazh buatan yg digubah oleh para Tokoh Pembesar mereka, yg mendapatkan lafazh yg terlihat dan terdengar Islami krn dg bahasa Arab itu, hasil dari THIRAQAT semedi dan dg itu dapat wangsit , bukan Petunjuk Kebenaran , jg bukan Wahyu yg diWahyukan dalam Kitab Suci
Al-Qur_an dan diriwayatkan dalam As-Sunnah ash-Shohihah.

Maka disitulah pengatasnamaan para Imam scr zholim dan tdk benar karena dusta atas nama para Imam , lebih keji drpd dusta atas nama Emak Bapak bukan?

Blog Archive